Tres

1.1K 134 2
                                    

Dua hari selanjutnya. Ditengah uang bulanan yang semakin menipis untung nya Zaizan sudah pulang dari sulawesi. Pria dengan jempol andalan nya itu bahkan membawakan oleh-oleh khas sulawesi. Juga janji Zaizan yaitu mentraktir makan malam selama seminggu. Tentu, Delka pun menerima dengan hati yang  gembira.

Hal itu pun juga yang membuat Delka mengambil cuti sehari di kantor nya dengan alasan ada keperluan mendesak. Tidak lupa dengan jas abu-abu yang membalut kaos putih juga celana kain senada yang membuat dirinya terlihat gagah. Pakaian satu-satunya yang masih layak dibanding kemeja dan jaket lusuhnya. Sebenarnya ia memang tampan kalau saja pakainnya sesuai. Tidak dengan training dan kaos yang sudah sobek.

Delka menunggu Zaizan datang pagi ini, setelah semalam memberitahu perihal dirinya yang akan dijemput untuk menemani bekerja.

Setelah menunggu lima belas menit dan akhirnya Zaizan menjemputnya dengan mobil hitam entah punya siapa. Selama diperjalanan mereka banyak mengobrol. Mereka berdua menginjakkan kaki di halaman panti kesehatan anak dihadapannya. Dari nama plang besar terpampang di gedung itu, sudah terlihat jelas bahwa panti ini dikhususkan untuk anak-anak yang menderita penyakit atau rehabilisasi dan tidak bisa dirawat di rumah. Delka senang dengan fakta kalau dia akan bertemu anak-anak kecil. Berharap bisa menjadi sosok yang menghibur untuk mereka.

Tapi harapan nya pupus ketika hanya ditugaskan menemani bos dadakan nya yang hanya berjalan tak menentu melihat beberapa fasilitas rumah sakit yang baru dibangun. Ia jadi kesal dan ingin pulang saja rasanya.

Tapi baru saja ia mengeluh, bos dadakan nya itu berhenti di ujung dihadapan sebuah pintu besar dengan lorong kaca di kanan kirinya. Delka baru menyadari kalau ini ruang khusus perawatan untuk para anak pejabat tinggi. Setelah bisikan Zaizan yang menjelaskan kebingungannya. Menjawab semua wajah penasaran Delka.

Kakinya sudah lelah dan harus memasang tubuh tegap ketika bos itu berjalan masuk tanpa diikuti oleh pengawal yang lain. Dia pun hanya bisa menunggu di depan pintu itu dengan rasa penasaran yang tinggi. Siapa yang di rawat di sana?

"Aku mau pulang."

Delka sedikit terjengit. Suara itu bahkan tidak terdengar seperti suara anak-anak kecil pada umumnya. Suara itu terdengar jelas suara yang sudah mengalami pubertas. Kemungkinan pemilik suara itu remaja dewasa sekitaran 18 sampai 20 tahunan. Tapi kenapa dirawat disini? Apakah sosok itu memiliki korelasi dengan sang bos?

Delka menautkan alisnya ditengah bisik-bisik suara dari dalam ruangan. Suara berikutnya membuat Delka semakin yakin kalau pasien yang dirawat itu bukanlah anak-anak.

"Aku udah dewasa. Kenapa harus dirawat disini lagi?!"

"Ini yang terbaik untuk kamu sayang."

Delka hanya menghela napas. Sepertinya sudah terlalu jauh kalau dirinya ikut campur atau sekedar ingin mengetahui siapa suara yang menarik perhatiannya itu.

Setelah berkeliling panti selama lebih dari dua jam, bosnya mampir di ruang kepala panti dan berbincang disana. Hal tersebut menarik kesempatan dirinya untuk beristirahat setelah diberikan ijin oleh para pengawal lainnya yang juga rekan kerja Zaizan. Sedangkan teman nya itu tetap berdiri kokoh di depan pintu.

Delka menikmati sejuknya angin yang berhembus di pelataran taman panti kesehatan ini. Tidak menyangka bahwa tempat healing seperti ini sangat sepi padahal tiduran berdiam diri di kamar inap disini lebih terasa menyiksa karena bosan. Delka seakan tau suasana hati para pasien disana, ketika dulu dirinya juga pernah mengalami hal serupa saat dirawat karena tipes. Tak tanggung-tanggung saat itu dirinya benar-benar ditinggal oleh ibunya yang bekerja dan adiknya yang sekolah.

Matanya terpejam seakan menyimpan semua duka dan lelah dari tatapan nya itu. Merasakan beban yang terangkat sekali saja.
Membuat dirinya terlena untuk terlelap di sandaran bangku taman. Tapi lagi-lagi, selalu ada saja yang mengganggu ketenangannya ketika sebuah suara olokan yang saling bersahutan terdengar tak jauh dari sana.

Tuna Netra (Delshel) [End] ✓Where stories live. Discover now