Eps. 23 - Who's in the Rooftop?

132 39 10
                                    


Jumat, 9 Agustus 2019

"Udah, nggak usah mikirin nama geng dulu, nggak penting itu," gerutu Dinka yang sebal karena sudah lima belas menit mereka berlima berkumpul, Kiev dan Rissa terus menerus membahas tentang nama geng baru mereka yang sejak kemarin belum juga diputuskan itu.

"Kipli! Lo yang ajak kita semua ngumpul buat ngusut masalah Pak Jonathan, tapi lo malah becanda melulu! Mending gue balik aja kalau kayak gini! Buang-buang waktu!" semprot cewek berambut pendek itu lagi.

"Eh jangan jangan, Din! Iya, abis ini kita bahas. Kan lagian juga masih belum pada kelar makan," sahut Kiev panik karena Dinka sudah hampir bangkit dari kursinya.

JS yang sedang seru bermain gim di ponselnya berdesus. "Sst! Berisik," ucap cowok itu.

Kiev menirukan ucapan JS dengan cibiran sambil melempar buntalan kecil tisu ke arah sahabatnya itu.

"By the way, kenapa sih kita bahasnya di sini?" tanya Rissa. "Kenapa nggak di basecamp aja?"

Siang ini sepulang sekolah, lima remaja dari klub film yang sejak kemarin sepakat untuk membentuk tim investigasi sendiri untuk mengusut kasus Jonathan itu berada di warung batagor Mang Bago langganan Kiev dan JS. Warung kecil yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolah mereka itu hanya memiliki satu buah meja panjang yang dikelilingi enam kursi. Menurut Kiev, mengobrol di warung Mang Bago lebih aman. Jika mereka berlima memenuhi meja, maka tidak akan ada pembeli lain yang datang dan Jarang sekali ada siswa dari sekolah mereka yang jajan ke tempat itu.

Ale yang baru saja bergabung setelah memesan satu porsi batagor lagi pun menjawab pertanyaan Rissa. "Di sekolah, kita diawasi terus. Nggak bebas. Lagipula basecamp sekarang ramai terus karena hari pemilihan ketua dan festival udah makin dekat."

"Betul. Kalau di sini aman. Paling yang dengerin obrolan kita cuma Mang Bago. Mang Bago juga nggak bakalan bocor. Ya, kan Mang?" seru Kiev pada Mang Bago, pria berusia 30 tahunan yang kini sedang sibuk menyiapkan batagor pesanan Ale.

"Dijamin aman!" sahut Mang Bago.

Kiev menjentikkan jarinya senang. Sesaat kemudian perhatian Kiev teralihkan pada Dinka yang sedang menyendokkan suapan terakhir batagor ke mulutnya.

"Enak kan, Din?" tanya Kiev spontan, berusaha sok akrab pada musuh bebuyutannya itu.

"Mayan," jawab Dinka singkat sambil mengunyah.

"Kok, lumayan. Ini enak banget," timpal Rissa.

Kiev mengangkat tangan kanannya untuk mengajak Rissa ber-high five. "Enak kan? Selera lo bagus, Ris! Tos!" tukas Kiev yang langsung disambut oleh Rissa.

Dinka melengos karena dua temannya itu. "Iya deh, iya, yang satu selera! Emang lidah gue aja yang beda," ucap Dinka ketus.

"Jadi gimana? Ada info terbaru apa?" Ale akhirnya berusaha menengahi keributan tidak penting di antara teman-temannya itu.

"Besok pagi-pagi banget, gue berencana buat ke rooftop sama JS, buat nyari ponsel atau apa pun yang mungkin ada hubungannya sama kejadian penusukan Pak Nathan," jelas Kiev.

"Kenapa pagi-pagi?" tanya Rissa.

"Biar sekolah masih sepi," jawab Kiev. Cowok berkacamata itu berencana untuk menyelinap ke dalam sekolah lewat pintu tersembunyi di belakang auditorium yang biasanya digunakan JS untuk membolos.

Dinka mengernyitkan dahi. "Kenapa nggak sore-sore aja, atau malam? Kan lebih sepi. Kalau pagi waktu kalian singkat banget sebelum anak-anak pada datang. Jangan sampai ada yang mergokin kalian berdua keluar dari auditorium," omel cewek itu.

SPOILERWhere stories live. Discover now