Eps. 10 - Tell Me Your Secret

133 35 7
                                    


"Ada sesuatu yang secara aneh muncul di kepala gue dan kadang-kadang bisa beneran kejadian," ucap Dinka pada Ale suatu hari di sebuah ruang rawat inap rumah sakit karena Ale sudah dua hari dirawat karena kecelakaan motor sepulang sekolah. Dinka merasa bahwa kecelakaan Ale adalah kesalahannya.

Ale yang tidak mengerti maksud Dinka tidak berkomentar. Cowok yang sedang berbaring itu meminta tolong pada sahabatnya itu untuk memencet tombol di samping ranjangnya karena kondisinya sekarang masih belum memungkinkan untuk melakukannya sendiri. Tangan kanannya masih digips, dan punggungnya masih terasa nyeri untuk bergerak.

Setelah mendapatkan posisi yang nyaman, Ale kembali memusatkan perhatiannya pada Dinka yang duduk di samping ranjangnya dengan ekspresi wajah cemas.

"Kayak firasat gitu?" tanya Ale dengan suara pelan. Benturan di kepala yang dia dapat saat kecelakaan masih membuat kepalanya sedikit pusing.

Dinka menggeleng pelan. "Gue nggak tahu," jawabnya. "Yang jelas sesuatu tentang kecelakaan motor tiba-tiba muncul di kepala gue. Dan selama seminggu belakangan ini gue merasa bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk sama lo."

Ale tertawa kecil. "Itu karena lo khawatir aja sama gue," goda Ale.

Dinka membelalak. "Gue serius Le. Makanya gue ngelarang lo bawa motor sementara ke sekolah karena cuma lo satu-satunya orang terdekat gue yang sering bawa motor, dan gue ngerasa bakal ada sesuatu yang buruk. Dan beneran kejadian, kan?" omel Dinka.

"Lo percaya kalau ini terjadi gara-gara sesuatu yang lo lihat dan lo rasain itu?" tanya Ale.

Dinka mengangkat bahunya. "Gue nggak tahu. Tapi, ini bukan pertama kalinya terjadi, makanya gue bingung kenapa bisa kayak gini. Kayak ada semacam bayangan samar yang muncul tiba-tiba gitu."

Dinka berani mengakui hal itu pada Ale karena cowok itu adalah satu-satunya teman terdekatnya sejak SMP. Dinka yakin bahwa Ale tidak akan meledeknya atau menganggapnya aneh.

Sejak kecil dia sudah beberapa kali merasakan firasat seperti ini. Dulu dia tidak terlalu menyadarinya karena masih kecil. Seiringnya bertambahnya usia, dia semakin peka dan sadar bahwa apa yang dia rasakan adalah sebuah pertanda. Apalagi saat firasat itu mulai muncul dan menyebabkan orang-orang terdekatnya celaka. Pertama ayahnya, dan kini Ale.

"Ini bukan karena firasat lo, Dinka. Gue emang jatuh karena ngebut bawa motornya dan nggak waspada pas mau putar balik," ucap Ale mencoba membuat Dinka tidak memikirkan hal itu menjadi sesuatu yang serius.

"Tapi kalau lo nurutin apa yang gue bilang, nggak bakalan kejadian kayak gini, Le! Seharusnya gue nggak biarin lo pulang duluan kemarin," ucap Dinka dengan nada menyesal.

Namun, pada akhirnya saat itu Ale akhirnya berhasil menenangkan Dinka dan membuat cewek itu tidak merasa bersalah. Bukan karena Ale tidak mempercayai apa yang dilihat atau dirasakan Dinka sebagai firasat, tetapi dia tidak ingin sahabatnya itu cemas dan fokusnya terganggu.

Sejak saat itu, Ale belum pernah melihat Dinka secemas itu lagi. Dinka juga tidak pernah membahas tentang hal itu lagi padanya. Cowok itu menyimpulkan bahwa semuanya berjalan dengan baik-baik saja atau jangan-jangan sahabatnya itu pandai menutup-nutupi. Ale pun tidak ingin membahas hal itu karena tidak ingin Dinka memikirkan hal itu lagi.

Namun, hari ini Ale baru sadar ketika melihat Dinka memimpin rapat. Ekspresi Dinka saat itu, mengingatkan Ale pada kejadian setahun lalu saat dirinya mengalami kecelakaan.

Rapat mingguan Klub Levinema akhirnya selesai setelah dua jam. Seluruh anggota Levinema sudah meninggalkan basecamp. Di ruangan seluas 16 meter persegi itu kini hanya tersisa Ale dan Dinka.

SPOILERWhere stories live. Discover now