Eps. 21 - Make a Plan

142 31 11
                                    



"Wow!" seru Rissa pelan.

Ekspresi takjub muncul ketika Kiev dan JS mengeluarkan proyektor yang sudah beberapa hari ini disimpan dalam peti di pojokan basecamp Levinema itu ke hadapan Ale, Dinka, dan Rissa.

Kiev akhirnya memutuskan untuk menceritakan semua yang dialaminya pada teman-temannya. Cowok itu tahu, dia tidak akan langsung dipercaya seperti ketika pertama kali dirinya bercerita pada JS. Namun, dia sudah tidak tahan lagi menahan ini semuanya sendirian. Apalagi sudah berkali-kali spoiler yang dilihatnya benar-benar terjadi.

"Proyektor ini," ucap Kiev sambil menyentuh tubuh proyektor yang terbuat dari besi kuningan yang warnanya mulai menghitam itu. "Dari proyektor ini gue bisa lihat hal-hal yang udah gue kasih tahu sebelumnya. Termasuk kejadian Pak Nathan di auditorium."

"Sorry ya Kiev, bukannya gue nggak percaya sama lo. Tapi... gimana caranya? Kok bisa?" tanya Rissa sambil mengernyitkan dahi.

"Andai gue bisa ngasih lihat ke kalian kayak gimana bentuk spoiler yang gue lihat. Sayangnya, nggak bisa. Gue udah coba ajak JS buat nungguin spoiler itu muncul, tapi nggak ada. Spoiler itu muncul kalau gue muternya sendirian," jelas Kiev sambil menatap teman-temannya bergantian.

Di luar dugaan Kiev, Dinka tidak mendebatnya sama sekali sejak tadi seperti yang biasa cewek itu lakukan jika berhadapan dengan Kiev. Dinka dan Ale seperti percaya-percaya saja pada apa yang Kiev ceritakan. Padahal di pikiran Kiev, Dinka adalah orang pertama yang akan menyangkalnya habis-habisan dan yang akan mengejeknya konyol.

"Apa mungkin kita coba lagi?" sahut JS tiba-tiba.

"Coba apa?" Dinka membuka suara.

"Kita coba nyalain proyektornya terus kita tungguin sama-sama!" tukas Kiev sambil menjentikkan jarinya. Cowok berkacamata itu kemudian berjalan ke belakang ruangan untuk mengambil roll film yang tertinggal di dalam peti.

Rissa mendekati Kiev untuk melihat lebih jelas proses Kiev memasang roll film ke proyektor antik itu, yang kemudian juga diikuti oleh JS, dan Ale. Sementara Dinka yang sedang berdiri sambil melipat tangannya di dada masih berada di tempatnya.

Kiev memasang roll film 8mm itu pada roller dengan cekatan karena sudah terbiasa menggunakan proyektor itu.

"Ini film kosong. Nggak ada isinya. Tapi dari sinilah spoiler itu muncul," jelas Kiev.

Ketika akhirnya proyektor telah selesai disiapkan, Kiev pun refleks memberi arahan.

"Dinka, bisa minta tolong nyalain lampu?" pinta Kiev.

Dinka terkesiap. Cewek itu sempat mematung beberapa detik, tetapi pada akhirnya tetap bergerak untuk mematikan saklar lampu yang letaknya memang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sekalian sama kunci pintunya dong. Thank you," tambah Kiev lagi sembari membetulkan kacamatanya di hidung.

Dinka berdecak sebal. Dalam hati cewek itu merutuk Kiev. Untung saja saat ini Dinka sedang dalam mood kalem sehingga dirinya menurut saja diperintah oleh Kiev. Kemudian, ketika Dinka hendak meraih gagang pintu untuk mengunci, ternyata Ale lebih dulu beranjak dari tempatnya dan mencapai pintu basecamp.

"Biar gue aja," kata cowok itu sambil tersenyum pada Dinka.

"Makasih, Le," balas Dinka singkat.

Proyektor pun siap untuk dinyalakan. Kelima remaja itu berdiri di belakang benda antik itu untuk bersiap melihat apa yang dikatakan oleh Kiev.

"Siap ya, Guys!"

"Siap!" sahut yang lain hampir serempak.

Cahaya warna kuning berpendar ke dinding basecamp Levinema. Cahaya dari proyektor antik yang sudah beberapa hari ini tidak dilihat lagi oleh Kiev. Suara roller yang berputar pun memenuhi telinga lima remaja di ruangan itu.

SPOILERWhere stories live. Discover now