Eps. 05 - It's Not Dejavu

165 41 9
                                    

Kiev hanya bisa mematung ketika Dinka melempar sobekan-sobekan kertas map itu tepat di depan wajahnya. Bukan hanya terkejut karena Dinka ternyata semarah itu padanya, tetapi juga karena kejadian itu sudah pernah dilihatnya.

Ini pasti de javu...

Kiev mencoba meyakinkan diri bahwa apa yang baru saja terjadi adalah situasi di mana seseorang merasa pernah mengalami situasi yang sama sebelumnya. Dejavu! Penjelasan itu jauh lebih masuk akal dibanding dirinya harus mempercayai bahwa apa yang terjadi barusan sama dengan apa yang dilihatnya di tayangan proyektor tua itu semalam.

Benar-benar nggak masuk akal!

Namun, Kiev sangat yakin bahwa dirinya tidak sedang berhalusinasi saat melihat tayangan itu muncul. Dia sedang sadar, tidak mengantuk, apalagi dipengaruhi obat-obatan. Ditambah lagi, dia mengalaminya sampai dua kali.

Kebingungan Kiev atas apa yang terjadi segera berganti dengan perasaan bersalah. Saat dia kembali menatap Dinka, mata cewek itu berkaca-kaca. Kiev segera mengalihkan pandangannya karena menatap Dinka membuat dada Kiev nyeri. Dalam hati, dia mengakui bahwa apa yang dikatakan Dinka padanya itu memang benar. Dia pernah mengecewakan cewek itu di masa lalu. Wajar jika kini cewek itu masih mengungkitnya.

Dinka tidak mengatakan apa-apa lagi. Cewek itu pergi dari hadapan Kiev begitu saja dan masuk ke basecamp Levinema.

Kiev bergeming di tempatnya. Dia menahan diri untuk tidak mengikuti Dinka masuk ke basecamp. Percuma membahasnya sekarang. Dinka sedang emosi bahkan sebelum dia berbicara dengannya tadi. Cowok itu masih ingat ekspresi Dinka saat melewati kelasnya.

Cowok itu pun mendesah panjang. Dia akhirnya kembali memikirkan dejavu yang dialaminya. Jika apa yang dilihatnya semalam benar-benar terjadi hari ini, artinya...

"Ada kemungkinan video pertama yang gue lihat di rumah kakek, juga bakalan terjadi?" gumamnya. Cowok itu mengacak-acak rambutnya karena frustrasi.

"Video apa?"

Suara seseorang dari arah belakang membuyarkan lamunan Kiev. Cowok itu membalik badan. Di belakangnya, JS menatapnya serius.

"Eh, Je. Sejak kapan lo di sini?" tanya Kiev gelagapan.

"Lo tuh yang sejak kapan ada di sini? Bengong sambil ngomong sendiri. Ini kenapa berantakan begini?" JS menunjuk sobekan-sobekan kertas map yang berserakan di lantai koridor.

Kiev buru-buru membungkuk untuk memungut sobekan-sobekan itu di lantai, kemudian membuangnya ke tong sampah di depan basecamp Levinema.

"Gue abis ribut lagi sama si Cewek Naga," jawab Kiev dengan suara berbisik karena takut Dinka yang berada di dalam basecamp bisa mendengarnya.

"Kenapa lagi sih kalian berdua?" JS menggeleng-geleng heran.

"Biasalah. Udah nggak usah dibahas. Ada yang lebih penting dibanding itu, Je. Soal proyektor," tukas Kiev. Cowok itu menarik JS untuk menjauh dari pintu basecamp Levinema, merapat ke ujung koridor.

"Video yang gue lihat dari proyektor itu, benar-benar kejadian, Je!" jelas Kiev.

"Video apa lagi?"

"Video dari proyektor Kakek!"

"Itu lagi yang lo bahas. Mana ada yang kayak gitu, Kipli! Lo ngigo kali!"

"Lo nggak percaya sama gue Je? Nih, barusan gue ribut sama Dinka, itu gue udah lihat kejadiannya di video yang tayang dari proyektor Kakek Gin! Nih, buktinya!" Kiev mengeluarkan bulatan kertas yang sebelumnya dia lempar dan mengenai punggung Dinka. Cowok itu sempat memungut bulatan kertas itu dan memasukkannya ke saku celana seragamnya sebelum mengejar Dinka tadi.

SPOILERWhere stories live. Discover now