Eps. 09 - Does She has a Secret?

135 38 11
                                    

Sabtu, 2 Agustus 2019

"Rapat langsung gue mulai aja ya, Guys. Udah jam segini, nih," ucap Alika setelah melihat arloji di tangan kanannya. Waktu menunjukkan pukul 14.30 WIB. Cewek berambut keriting pendek itu memindai seluruh ruangan basecamp untuk memeriksa apakah seluruh anggotanya sudah hadir. Hanya lima belas orang. Kurang dua orang lagi.

"Kiev mana?" tanya Alika kepada siapa pun yang ada di dalam ruangan.

Seluruh anggota Levinema menggeleng. Dinka yang sedang sibuk mencatat sesuatu di ponselnya pun mendongak. Cewek itu ikut memindai seluruh ruangan rapat. Kiev dan sahabat kentalnya JS tidak ada.

"Barusan gue chat, katanya udah on the way ke sini kok, Kak," sahut Rissa sambil mengangkat ponselnya.

Dinka berdecak pelan. Terlambat adalah salah satu kebiasaan Kiev yang tidak Dinka sukai. Cowok itu jarang sekali datang on time apalagi di saat-saat penting seperti rapat bahkan saat syuting. Jika tidak bisa profesional seperti itu bagaimana dia bisa menjadi ketua Levinema yang baik. Tanpa sadar cewek itu mendesah hingga menarik perhatian Ale.

"Kenapa sih?" tanya Ale yang duduk di sampin kanan Dinka sambil memiringkan kepalanya.

"Nggak kenapa-kenapa. Si Ngaret itu, biasalah, bikin rapat molor aja. Buang-buang waktu," tukas Dinka dengan nada ketus.

"Kan udah biasa," ucap Ale tidak terlalu menanggapi. Cowok itu kemudian hanya terkekeh kecil seusai meledek Dinka yang semakin sewot. Setelah itu dia kembali berkutat dengan ponselnya sambil menyisir rambutnya yang hitam lurus dengan sebelah tangan. Beberapa cewek di ujung meja berbisik-bisik sambil menatap ke arah Ale gara-gara gestur yang dibuat cowok itu.

Dinka yang menyadari hal itu tidak heran. Sahabatnya itu memang idola cewek-cewek satu sekolah. Sedikit saja pergerakan dari Ale membuat cewek di sekitarnya jejeritan. Namun, Dinka sadar bahwa keberadaan Ale di klub film ini menjadi salah satu daya tarik siswa-siswa untuk masuk ke klub ini. Sayangnya cowok itu menolak karena lebih mementingkan ekskul paskibrakanya. Sehingga dia terpaksa harus bersaing dengan Kiev saja.

Berbicara tentang Kiev, sebenarnya Dinka masih memikirkan kejadian beberapa hari lalu saat dia bertengkar dengan cowok itu di depan basecamp. Dia ingat dirinya begitu marah hingga refleks menyobek proposal dan melemparkannya begitu saja ke wajah Kiev.

Selama ini, Dinka memang selalu perang dingin dengan cowok itu. Saling menyindir, saling mencela, tapi kemarin adalah pertama kalinya Dinka memaki-maki Kiev secara langsung seperti itu. Saat itu dia sedang emosi, dan akhirnya terpancing untuk meluapkan keresahannya pada Kiev. Cowok itu datang di saat yang tidak tepat.

"Masih lama nggak ini Kipli sama JS?" Alika terdengar mulai kesal. "Kita mulai aja deh rapatnya, ya."

Suara Alika membuat Dinka tersadar dan selesai memikirkan Kiev. Di saat yang bersamaan, Kiev dan JS muncul dari balik pintu basecamp. Keduanya susah payah membuka dan menutup kembali pintu karena tengah menggotong peti kayu.

"Sorry, sorry gue telat! Abis ambil ini ke rumah," alasan cowok itu dengan napas terengah-engah. Di pelipisnya terlihat titik-titik keringat. Begitu juga dengan JS.

Semua orang di ruangan bersuara, penasaran dengan apa yang dibawa Kiev.

"Apaan itu?" tanya Ale.

Kiev dan JS menggotong peti kayu itu ke belakang ruangan, kemudian meletakkannya di dekat lemari berkas di ujung. Cowok berkacamata itu menepuk-nepuk kedua telapak tangannya untuk membersihkannya dari debu.

Rissa melambai ke arah Kiev sambil melemparkan senyum cerahnya kemudian menunjuk dua kursi kosong di samping kirinya sebagai tanda bahwa dia telah mengamankan tempat untuk Kiev dan JS.

SPOILERWhere stories live. Discover now