Chapter 14

12.2K 778 28
                                    

Rama jujur masih belum bisa menerima Deo. Meski Alan mencoba membujuknya berulang kali.

Rama belum tahu sepenuhnya bagaimana masa lalu dan kehidupan Deo seperti apa. Karena ada seseorang yang sengaja menutupinya. Hal itu membuat Rama penasaran dan terus mencari tahu soal kehidupan masa lalu Deo.

Semua itu bukan tanpa alasan. Karena Rama sering terlibat masalah dengan banyak instansi demi melindungi nama baik Aram yang selalu ingin dekat dengan seorang Deo.

Menurut Rama, Deo memang orang baik tapi bukan untuk Aram. Terlebih Deo itu jauh lebih tua dari Aram. Ya walaupun Rama mengakui wajah Deo tidak setua dirinya.

Dengan pemandangan laut lepas. Rama berdiri dengan gagah sambil memegang sebuah amplop berwarna coklat ditangan kanannya.

Rama perlahan membuka amplop yang diberikan orang suruhannya beberapa menit yang lalu.

Dan betapa kagetnya Rama melihat semua fakta yang selama ini disembunyikan kakaknya Panca.

Didalam amplop amplop itu berisi perjanan hidup Deo yang begitu keras sampai harus menjadi budak kakaknya.

Rama tidak menyangka. Kakaknya yang begitu ia hormati ternyata menyimpan kebusukan seperti ini?.

.



Disaat Aram membereskan kekacauan dikamar itu tiba tiba beberapa orang dan Rama masuk kekamar hotel Deo dengan mudahnya.

Deo untung sudah mandi dan berpakaian lengkap. Begitu juga dengan Aram. Namun barang barang yang dibeli Aram belum sepenuhnya Aram buang ketong sampah. Sehingga Rama dapat melihatnya dengan jelas.

Melihat Rama. Deo seperti dikuliti hidup hidup kedua kalinya untuk pagi ini.

"Papa" gumam Aram.

"Duduk Aram dan juga kau Deo" pinta Rama. Auranya yang tegas membuat keduanya tunduk dedepan Rama. Meski tangan Aram masih terulur menyingkirkan pelumas yang menjadi hiasan meja disana.

Deo yang menyadari hal itu semakin merasa malu dan ingin semua ini cepat berlalu.

Rama menghembuskan nafasnya melihat Aram yang masih dianggapnya anak anak itu sekarang sudah pandai membuat anak juga ternyata.

"A aku baru mau menghampiri papa" ucap Aram pertama kali.

"Kau tahu. Mamamu begitu mengkhawatirkanmu kemarin. Kau tidak bisa dihubungi sampai malam. Sekarang mamamu demam. Kalau bukan mamamu yang memohon untuk melihatmu secara langsung. Papa tidak akan jauh jauh kesini untuk melihatmu"

Mendengar mamanya sakit. Aram semakin merasa bersalah. Dia memang dibebaskan oleh Alan tapi Aram melupakan satu hal. Hanya sekedar memberi kabar atau mengaktifkan handphonnya itulah permintaan Alan.
"Maaf pa, aku akan segera pulang dan menjenguk mama"

"Kau tahu Aram. Mamamu bahkah tak mau sering sering menelfonmu karena ia memberimu privasi, kebebasan dan mendukung apapun yang kamu inginkan. Tapi kau membuatnya sakit kali ini. Meski kau putraku aku lebih memilih Alan daripada kau. Jika aku disuruh menyelamatkan satu nyawa diantara kalian maka aku akan langsung memilih mamamu tapi nyawa mamamu ada pada dirimu"

"Pa. Aku minta-"

"Minta maaf dengannya bukan denganku, aku tidak akan mencampuri hubunganmu dengannya asal kau menghormati dan menjaga perasaan mamamu"

Setelah berucap seperti itu. Rama langsung berdiri dan meninggalkan keduanya. Namun sebelum benar benar pergi. Rama menghampiri Deo yang ikut mengantar Rama sampai kedepan pintu sehingga jarak mereka begitu dekat lalu membisikkan sesuatu yang membuat Deo langsung berkaca kaca.

FAITHFULNESS ENDWhere stories live. Discover now