Chapter 08

17.1K 1.2K 45
                                    

BAGI YANG BACA JUDUL INI HARUSNYA KALIAN BACA YG JUDULNYA "KETIKA AKU HAMIL" TAPI KALO MAU SKIP YG JUDUL ITU GPP, JADI AKU JELASIN DISINI.

"JADI SI PANCA INI KAKAK DARI SI RAMA ATAU BISA DIBILANG PAMANNYA ARAM. KARENA PANCA GAK BISA PUNYA ANAK, ARAM DIANGGAP ANAKNYA SENDIRI KARENA DARI KECIL MEREKA TINGGAL SATU RUMAH. PANCA BEGITU MENYAYANGI ARAM. ARAM ITU KESAYANGAN KELUARGA BESARNYA" JADI KALAU INGIN DENDAM DENGAN PANCA, AKAN LEBIH MUDAH MELALUI ARAM.

OH YAA

Kalian vote dulu lah, semua orang memang bisa membuat cerita tapi meluangkan waktu! Itu yang susah..... memberi vote adalah salah satu cara menghargai author.

Dan satu lagi cerita ini ditawar sama author lain lalu ingin diperjualbelikan, dia mau edit biar lebih enak dibaca sama ganti cast stright. Aku msih mikir, Emang cerita kayak gini bisa dijual?
Padahal menurutku ini hanya cerita biasa aja.

.


KEMBALI KECERITA

Aram kembali kehotel bersama Deo. Sepanjang perjalanan Deo diam dan menatap keluar.

Aram dengan telaten membawa barang barang penting Deo walaupun tak banyak, ia juga berjalan dibelakangnya.

"Aram, bisakah kamu memesan kamar lain"

"Kakak kenapa, apa daddy bicara yang tidak tidak denganmu?" Tanya Aram.

"Bukan, aku hanya lelah, ingin istirahat"

"Kalau ingin istirahat, berbaringlah, aku akan mengantikanmu pakaian juga membersihkan tubuhmu dengan air hangat"

"Tidak perlu, pergilah"

"Tapi kak, aku hanya ingin membatumu".

"Pergi Aram"

"Tapi-----"

"KUBILANG PERGI YA PERGI" bentak Deo sambil mendorong Aram keluar dari kamar hotelnya.

Aram bangun dari tersungkurnya, lalu menatap pintu itu. "Aku hanya mengkhawatirkanmu kak" ucapnya lirih.

.


Setelah mengantar Deo, Aram bertemu dengan pamannya Panca. Ia ingin tahu apa yang mereka bicarakan sampai membuat mood Deo begitu buruk.

Dua lelaki berbeda umur itu kini sedang dibalkon kamar hotel.

"Dad"

"Hm"

"Aku benar benar mencintainya, tidak peduli dia mencintaiku atau tidak, aku akan melakukan segalanya agar dia tetap disisiku"

Panca terlihat meneguk ludahnya dan masih terlihat tenang meski mendengar kalimat mengerikan itu.

Tidak ada bercanda ataupun main main didalamnya. Panca tahu bagaimana sifat keponakan yang sudah dianggapnya anak itu.

"Aram, bisakah kau menikmati masa mudamu, sebagai gantinya, daddy akan bekerja untuk masa depanmu, jadi kau tak perlu repot bekerja lagi seumur hidupmu tapi tinggalkan dia, daddy tahu bagaimana perasaanmu, daddy mengerti.

Aram memutar mutar cincin yang dipakainya sambil menatap sorot lampu mobil dibawah sana.
"Membiarku terluka? Itu yang daddy maksud mengerti?"

Panca maju selangkah mendekati Aram.
"Apa kamu tidak memikirkan jika usiamu nanti 30 tahun, dia sudah 45 tahun, jika kamu sudah 40 tahun dia sudah 65 tahun, apa kau yakin bisa bersamanya jika wajah dan dan tubuhnya sudah berubah?"

Aram terkekeh "kau lucu dad" ucap Aram sambil menatap tajam pada Panca.

Deg

Panca tahu itu bukan pandangan biasa.
"Aram maksud daddy-"

FAITHFULNESS ENDWhere stories live. Discover now