45🔹Fail

8K 823 6
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
_________________________





Kantin tampak berisik dengan murid-murid yang berjajar untuk mengantri pada stan yang mereka inginkan. Di sana menjajalkan aneka makanan murah meriah yang begitu ramah di kantong.

Terlihat seorang gadis dengan rambut di kempang gulung seperti tanduk, berusaha keluar dari kerumunan setelah pesanannya sudah ia dapatkan.

Sesha, gadis itu mendengus kepanasan. Dengan bibir manyum 5 senti ke depan, gadis itu berusaha mencari keberadaan Sophia yang katanya sudah duluan duduk di salah satu bangku kantin.

Akhirnya lega juga saat sudah melihat target. Tangannya yang setia membawa nampan tampak diam saat ada orang lain yang tak lain Ares di samping gadis itu. Sesha membuang napas kasar, memutar arah mencari tempat lain. Bukan karena apa, dia tidak mau menjadi nyamuk di antara keduanya, yang sedang melakukan acara suap-suapan.

"Sesha!"

Sesha menoleh ke samping, tepatnya ke sudut kantin, dimana seorang gadis cantik yang tak lain Amber sedang melambaikan tangan, memintanya untuk kemari.

Dengan senang hati gadis itu ke sana, meletakan nampan miliknya ke atas meja, lalu duduk di samping Amber.

"Udah lama?", tanya Sesha.

Amber mengunyah makanannya dengan cepat.
"Baru aja sih", jawabnya dengan enteng.

"Ayo cepet makan", ujar lanjut Amber.

Sesha terlihat mengangguk sambil tersenyum manis, dengan cepat ia segara melahap makanannya dengan hikmat. Amber, Sesha ingat gadis itu. Amber pelayan pribadi miliknya di kehidupan pertama. Hah, kenapa dunia sesempit ini? Amber, gadis baik dan setia yang pada waktu itu mati di tangan Thera, tak lama sebelum dirinya ikut mati terbunuh.

"Kevin mana? Biasanya kalian terus nempel", ujar Amber.

"Lagi kena hukum setelah ketahuan manjat tembok saat mau bolos", jawab Sesha.

Amber berohria lalu lanjut berpindah menghabiskan air mineral miliknya hingga tandas.

"Ngomong-ngomong Sesha, maaf gue nggak sempat jenguk lo setelah sadar", ujar Amber.

"Sans aja", ujar balas Sesha.

"Jadi sekarang lo udah sehat-sehat aja kan?", tanya Amber.

"Lo bisa liat sendiri", jawab Sesha seadanya.

"Eh eh ada Winnie", ujar Amber mulai kalut saat gerombolan para pembully mulai datang dari pintu kantin. Gadis itu menunduk sedikit agar para iblis itu tidak melihatnya. Bukan karena apa, dirinya sering menjadi bahan suruhan sang ketua. Walaupun dirinya bukan salah satu korban yang dibully, hanya saja siapa yang suka disuruh-suruh? Menolak pun rasanya mau nyari mati.

Masih ingat dengan Winnie, gadis yang menjadi pengagum salah satu saudara Sesha, Bian. Gadis yang selalu menjaga image di depan Sesha, agar namanya tidak buruk di telinga calon adek ipar katanya. Dia gadis dengan body waw tak lupa empat teman sekerjanya, Lily, Araya, Qla, dan Callista.


"Hai Sesha!"

Sesha yang dipanggil malahan Amber yang menelan ludah. Winnie bersama teman-temannya segera duduk di meja yang mereka tempati, dengan Winnie yang duduk di samping Sesha.

"Hai juga", ujar Sesha.

"Gue denger lo baru aja pulang dari hospital kan? Sakit apa sih?", tanya Winnie menopang dagu dengan satu tangan, bersama posisi tubuh menyamping menghadap Sesha.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now