07🔹TEROR

19K 1.8K 12
                                    

Stay Enjoy
Happy Reading

__________________________


Pagi ini Sesha sudah duduk mematut dirinya di depan cermin full face di kamarnya. Ia menatap ngeri pada wajahnya yang seperti zombie hidup, dengan bibir pucat dan kantung mata panda mengintari kelopak matanya. Apalagi hidungnya yang memerah sesekali mengelurkan cairan menjijikan itu.

Sesha mengambil liptint yang tergeletak di atas meja belajarnya, memoleskan sedikit di bibir keringnya.

Setelah itu Sesha langsung menyambar tasnya, menutup mulutnya dengan masker. Hari ini memang gadis itu masih kurang sehat, namun bagimana lagi ia harus menjalankan kewajibannya sebagai siswa PKL. Sudah cukup untuk satu hari ia izin karena menderita flu yang menyerangnya dua hari yang lalu.

Sesha langsung duduk di meja makan yang terlihat sepi, dengan bundanya yang sedang membuat segelas susu keju untuknya. Wanita itu meletakan gelas mengepul itu di depan Sesha.

"Kamu nggak mau izin aja untuk hari ini nak. Bang Bian bakalan ngomel kalo tau kamu nekat tetap pergi padahal udah dilarang", ujar Aquilla pada putri bungsunnya yang sedang melepas maskernya, lalu menyengir padanya.

"Ya jangan dikasi tau abang Bian lahh Bunn hehe", cengir Sesha membuat wanita paruh baya itu hanya bisa menghela napas.

Wanita itu mengambil tas ankanya yang berada di atas meja. Lalu memasukan satu buah kota pink dengan botol minum senada di dalam sana.

"Kalo makan siang makan ini aja, kamu lagi sakit nggak boleh makan makanan yang kurang sehat. Nggak boleh jajan sembarangan juga", ujar Aquilla dibalas anggukan patuh Sesha yang masih setia menyuapkan sesuap demi sesuap, masakan buatan sang bunda yang selalu nikmat setiap saat.

Sesha meneguk habis susunya lalu segera berdiri, menyalim bundanya lalu mengecup pipi kanan kiri wanita itu.

"Sesha berangkat yaa Bun... Dadahh", ujar Sesha yang langsung berdiri melambaikan tangan.

"Hati-hati, makanannya jangan lupa dimakan!"

Sesha menaiki mobil yang dikendarai oleh supir rumahnya. Hari ini gadis itu tidak sanggup untuk mengendarai sepeda kesayangannya, dengan tenaga yang berkurang dari biasanya.

Gadis itu kembali memakai maskernya, agar penyakitnya tidak membawa dampak lain bagi orang lain, setelah sampai di depan gedung raksasa itu.

"Makasih pak", ujar Sesha turun.

"Nanti saya jemput ya nak", ujar sang supir dibalas amggukan oleh gadis itu.

Sesha berjalan cepat menuju ruangan khusus anak magang yang berada di lantai lima.

"Sophia"

Gadis yang baru saja menutup lift itu sontak menekan kembali agar berhenti. Mempersilahkan agar Sesha ikut masuk bersamanya.

"Lo masih kurang sehat?", ujar Sophia menatap masker hitam Sesha dengan prihatin.

"Iyanihh, mana ingus gue pada mendesak keluar huhh", keluh kesal Sesha dibalas kekehan dari mulut temannya itu.

"Ehh iya Sesh, si Devan nanyain lo kemarin", ujar Sophia dengan luwes sambil menarik pelan tangan Sesha keluar dari lift, setelah sampai pada lantai ke lima.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now