17🔹MEET

11.4K 1K 9
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
________________________



Bunyi berisik mengganggu tidur nyenyak seorang gadis dengan penampilan kusut bagaikan gembel kolom jembatan. Matanya perlahan terbuka menampilkan manik abu-abu yang masih menyesuaikan cahaya terang, yang masuk ke dalam indera penglihatannya.

Gadis itu Sesha. Dia langsung terduduk saat ia sudah perpindah latar. Mulutnya terbuka lebar sambil menatap sekitarannya yang sangat luas. Ia menyingkap selimut putih tebal berbulu, yang masih menyentuh tubuhnya memberi kehangatan.

Kaki jenjang dengan pakaian yang masih sama, yaitu kemeja hitam dengan rok sekolah miliknya. Satu buah objek yang sangat menarik perhatiannya dan juga penyebab dari terganggunya tidur nyenyaknya.

Laut. Sesha tersenyum lebar dan berhenti di kaca yang menjadi pembatasnya dengan deru ombak yang berkumandang menghampirinya. Gadis itu langsung menggeser kaca pembatas. Detik itu juga ia memejamkan mata saat angin sejuk menerpa kulitnya, sangat dingin.

Sesha berjalan keluar, turun dari balkom yang ditopang oleh sebuah batu karang. Dia langsung duduk, menikmati sapuan segarnya air laut di pagi hari. Bahkan sekelompok burung di udara ikut turun mencari makan di dekat sana.

"Woahh ini dimana?", gumam kagum Sesha.

Sesha berdiri kembali dan langsung mencari suara keramaian yang menyapa telinganya. Gadis itu berkelana di sekitar batu karang depan balkomnya.

Sesha menatap sebuah batu besar, yang menutupi pemandangan seberang sana. Gadis itu nekat memanjat tanpa alas kaki. Kedua tangannya berpegangan pada sisi batu yang berlubang, lalu kakinya ikut menapak ke atas.

Ada beberapa orang yang berlalu lalang dengan kendaraan silih berganti. Sesha menatap ke sebelah kiri, ada sebuah gedung depan yang bersambung dengan kamarnya.

"Jadi ini hotel?", gumam Sesha.

"Apa yang kamu lakukan Lucyasesha?"

Sesha langsung terjungkal ke belakang. Tubuhnya langsung ditangkap dengan cepat oleh Sky yang entah sejak kapan berada di sana.
Sesha mendelik, lalu turun dengan cepat.

"Ngagetin aja tau nggak?!", ujar Sesha dengan kesal.

"Kamu ngapain di sini?", ujar Sky mengabaikan ucapan Sesha.

"Rebahan", ketus Sesha.

"Lain kali jangan melakukan hal itu, bukannya kakimu masih sakit? Kemarilah, kita sarapan pagi. Tapi sebelum itu kamu harus mandi dulu", ujar Sky langsung berjalan.

Setelah beberapa menit membersihkan diri, dan juga menggunakan sebuah dress selutut bewarna biru laut yang diberikan Sky, keduanya pun berjalan menuju restoran yang masih satu unit dengan hotel yang mereka tempati.

"Kita ada dimana?", tanya Sesha saat melihat pelayan hotel memiliki wajah fitur kebaratan.

"Inggris, tepatnya di ibu kota London", ujar datar Sky sambil membolak-balik buku menu.

"Lo? Ahh sudahlah", ujar Sesha lalu membuang muka kesal.

"Mau makan apa?", tanya Sky.

"Terserah", ujar ketus Sesha.

Sky hanya mengangguk dan tidak terlalu memusingkan gadis manis di depannya. Lelaki itu lebih memilih memanggil salah satu pelayan dan memesan makanan mereka dengan menggunakan bahasa internasional tentunya.

Sesha mendengus saat Sky kini membuka laptopnya yang sengaja ia bawa. Gadis itu sungguh tidak betah berlama-lama dekat dengan lelaki patung itu. Ia juga tidak tahu dimana ponselnya karena terakhir berada di almamater sekolahnya, yang kini entah kemana.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now