24 🔹Jenguk

9K 912 2
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
_________________________





"Tolong bantu bukain dong pak!"

Satpam yang sedang bersantai sambil membaca majalah terbaru langsung berdiri dari tempat duduknya. Pria paruh baya itu segera mendorong pagar besi menjulang tersebut dengan tergesa.

"Emang nona yakin bisa bawa motornya? Di sana jalan umum loh. Non bisa bapak anter aja", tutur ragu pak satpam tersebut pada Sesha yang sedang memasangkan helm pengaman kepalanya.

Sesha menyengir sambil mengancungkan jari jempolnya.
"Nggak usah pak, Sesha bisa kok bawa motornya di jalan umum", ujar Sesha.

"Yaudah, hati-hati bawa motornya non, kalau ada apa-apa langsung hubungin bapak", ujar pak satpam dengan ramah.

"Sippppp, Sesha pamit dulu. Dadah bapak genteng", ujar cengir Sesha sebelum menggas motor maticnya meninggalkan gerbang rumah.

Sedangkan pria paruh baya itu hanya menggeleng saja, melihat tingkah anak majikannya. Ia langsung menutup kembali gerbangnya dan berjalan menuju tempatnya tadi.

Sesha mengendarai motor matic milik bundanya dengan kelajuan sedang. Jika boleh jujur, dirinya sedikit gentar membawa kendaraan roda dua ini, dikarenakan sudah hampir 3 tahun vakum untuk menyentuh yang namanya motor.

Waktu masih di bangku menengah pertama, ia pernah mengalami kejadian yang sangat membuatnya merasa bersalah seumur hidup. Dimana waktu itu ia menabrak seorang pria paruh baya.

Walaupun sudah dianalis dan terbukti jika ia tidak bersalah di sini, ia masih saja merasa bersalah. Wktu itu, pria itu tiba-tiba berlari menerobos jalan yang sedang ramainya. Alhasil Sesha yang waktu itu sedang buru-buru karena sudah terlambat ke sekolah, menabrak pria itu. Gadis itu buru-buru karena sedang melaksanakan UJian Nasional, dan ia sudah sangat terlambat.

Tapi Sesha mengaku bersalah di sini. Karena waktu itu dia masih tidak diperbolehkan membawa kendaraan karena masih di bawah umur.

Bian langsung mengirim pria paruh baya itu ke luar negeri untuk berobat, serta membayar segala administrasi hingga tuntas.

Sesha kembali fokus pada jalan di depannya. Saat melihat alfamidi di samping jalan, gadis itu segera menghentikan motornya. Ia berjalan masuk tak lupa mengabil keranjang yang terletak di samping pintu masuk. Sesha melegakan beragam snack dan minuman segara ke dalamnya, lalu berjalan menuju kasir.

Sesha setia menunggu sampai pelanggan yang sedang bertransaksi di depannya itu selesai. Gadis itu memilih mengotak-atik ponselnya.

"Mbak, uang anda kurang 95.000,00_"

Terdengar suara kasir perempuan pada pelanggan di depannya dengan ramah, tak lupa senyum formal yang menjadi ciri khas mereka.

"Masa sihh mbak, saya kan cuman beli enam barang doang. Atau jangan-jangan mbaknya lagi mainin harga kan?"

Sesha mendongak sedikit. Ia seperti tidak asing dengan suara itu. Ia menatap punggung yang membelakanginya. Namun gadis itu kembali tak ambil pusing, ia tidak ingin ikut campur urusan orang lain.

"Maaf banget nihh mbak. Mbak nggak boleh nuduh selagi tanpa bukti. Saya bekerja jujur kok mbak. Mbak memang cuman membeli enam barang saja, namun harganya tinggi semua. Jika mbak masih tidak percaya, saya bisa telfon managernya mbak. Nahh disana, mbak bisa tanya langsung harga-harga yang mbak beli ini", ujar kasir wanita itu dengan siara yang masih ramah.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now