37 🔹Disappear

7.2K 846 5
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
_________________________




"Woahhh"

Aludra hampir menjatuhkan rahangnya jika saja tidak ingat statusnya sekarang. Matanya mengerjap dengan penuh binar saat sebuah pintu yang baru saja dibukakan oleh Antares, langsung meminta matanya untuk dicuci.

Di depannya dihuni oleh jenis pepohonan serta tumbuhan berbuah, yang mampu membuatnya menelan ludah. Surga dunia untuk dirinya yang ditakdirkan menyukai buah-buahan.

"Jika kamu hanya masih berdiri, maka sebaiknya kita kembali"

Suara datar dari sampingnya menyadarkan Aludra dari lamunan sematanya.

"Apa aku boleh ke sana?", tanya ragu Aludra.

"Terserah", ujar acuh Antares sambil melipat tangan. Mendengar kata yang seakan menjadi lonceng di telinga Aludra. gadis itu mulai berjalan keluar. Udara segara menyapu kulitnya. Sangat asri dan dia menyukai itu.

"Kebun ini punya siapa?", tanya Aludra.

"Milik Ratu sebelumnya", cetus Antares. Lelaki itu berjalan di lain arah, mengambil duduk di sebuah bangku panjang yang sudah tersedia di sana.

"Nenekmu?", tanya Aludra.

"Hm"

Aludra mengangguk saja. Tidak heran lagi tentang sikap acuh Antares. Cerita Amber beberapa hari yang lalu membuatnya sedikit demi sedikit mengenal lelaki itu. Tentang Antares yang dingin, cuek, kejam, pandai berperang, serta cerdas.

"Heii, apa aku boleh mencoba sedikit buah-buah di sini?", tanya Aludra.

"Terserah"

Aludra tersenyum lebar, matanya menjelajahi kebun tersebut dengan antusias.

"Baiklah Sky! Aku anggap itu pengiyaan", ujar semangat Aludra. Gadis itu berlari cepat menuju tanaman rambat yang merambat di kayu yang sengaja dibuat untuk tanaman anggur tersebut.

Aludra memilih buah bulat kecil yang bergelantungan itu dengan seksama, hingga ia menemukan setangkai buah anggur yang benar-benar masak. Dengan pelan, Aludra memetiknya supaya buah disekitarnya tidak terganggu.

"Sky! Kamu mau aku ambilkan?", tanya Aludra melambaikan tangan pada Antares yang terus menatapnya dengan tatapan datar andalannya.

"Tidak"

Aludra berlari kecil untuk duduk di samping Antares. Tangannya memetik buah di tangannya, lalu melahapnya dengan santai tanpa beban.

"Nenekmu sangat pandai mengurus tempat ini. Lihat, dia menghasilkan buah segar, aku ingin belajar dengannya", celetuk Aludra dengan mukut menikmati manis asamnya buah anggur tersebut.

"Dia sudah mati", ujar acuh Antares membuat acara mengunyah Aludra berhenti. Gadis itu menatap tak enak pada Antares.

"Maaf, aku tidak tahu", ujar Aludra.

Antares menatap Aludra dengan alis terangkat.
"Tidak ada yang perlu dimintamaafkan, dia memang sudah mati dan itu adalah faktanya", ujar datar Antares.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now