42 🔹Improve

7.5K 930 20
                                    

Always Enjoy
Happy Reading
__________________________





Tiga orang lelaki tampan berlarian dengan cepat menyusuri rumah sakit besar di kota ini. Ratusan mata menatap mereka dengan binar kagum namun tak dipedulikan oleh mereka. Bukan saatnya untuk memikirkan keadaan sekitar, karena ada sebuah hal penting menggeparkan batin masing-masing.

Di sana tak jauh dari mereka berdiri terlihat wanita yang sedang terisak di kursi tunggu depan sebuah ruang ICU.

"Bun, kenapa bisa begini?", tanya lelaki salah satu dari mereka. Wanita itu berdiri, memeluk tubuh putra sulungnya dengan erat.

"Bunda juga nggak tahu, adik kamu tiba-tiba kejang-kejang Xander", ujar lirih Aquilla.

"Bunda tenangkan diri dulu, sekarang bunda mending duduk lagi. Coba rileks bun, Sesha bakalan baik-baik aja", ujar Bian.

Aquilla mengangguk dan menurut saja, walaupun wanita itu sedang diam sekarang, namun hatinya sudah gundah gulana bercampur takut.

Vernon ikut duduk di samping sang bunda, memeluk wanita itu dari samping, sedangkan Xander dan Bian memilih terus berdiri. Dirinya dan Xander mendapatkan kabar dari sang bunda jika kondisi Sesha tiba-tiba down, membuat keduanya bergegas ke rumah sakit.

Di parkiran keduanya berjumpa dengan Bian yang juga baru sampai, setelah mendapatkan tugas melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah.


Xander tanpak menatap pintu ruang rawat yang masih tertutup dengan hati yang mewanti-wanti agar adiknya Sesha selamat. Sudah dua bulan lamanya gadis itu berada di sana tanpa ada sebuah penyakit yang menjadi penyebab. Tiba-tiba saja jantung gadis itu melemah saat sedang bersama anak sahabat sang bunda.

Ceklek

"Gimana adik saya dok?", tanya cepat Xander.

"Pasien tadi mengalami kejut jantung. Dan puji syukur pasien mengalami keberuntungan atas kejadian itu. Akibat aktivitas yang cukup berbahaya bagi nyawa, kejutan tersebut berhasil menstabilkan kerja jantung, hingga sekarang pasien bisa dipindahtempatkan di ruang rawat inap", ujar dokter perempuan tersebut, yang langsung memberikan napas kelegaan bagi mereka.

"Apa adik saya benar-benar baik-baik saja dok?", tanya pasti Bian.

"Pasien baik-baik saja, kondisi tubuhnya juga sudah membaik. Pasien diperkirakan bisa sadar 24 jam kemudian", jawab sang dokter.

Terlihat brankar yang didorong oleh perawat dengan seorang gadis manis berwajah pucat. Matanya masih tertutup sempurna dengan oksigen menutup mulut dan hidungnya. Tubuhnya terlihat sedikit kurus dengan pipi yang mulai menirus. Namun dalam kondisi demikian dirinya masih tetap tak kehilangan paras indah dan menawan itu.

Setelah dibawa ke ruang VVIP, akhirnya keempat manusia itu bisa bebas leluasa menatap dia yang masih tak sadarkan diri. Aquilla duduk di samping brankar, mengelus rambut putri bungsung dengan penuh kasih sayang.

"Cepet bangun sayang, bunda sama abang kamu nunggu di sini", ujar Aquilla dengan sendu. Pemandangan di depannya benar-benar menyakitkan hatinya. Sesha, gadis manis yang biasanya ceria itu kini diam kaku di atas sana.

"Bunda kembali ke rumah diantar Vernon aja, istrahat dulu bun besok kembali lagi", ujar Xander.

"Bunda di sini aja, kalian yang harusnya balik. Seharian ini kalian full kerja", ujar Aquilla kepada tiga anak kembarnya.

"Bunda juga butuh istrahat, biar Xander dan Bian yang jaga Sesha", ujar Bian.

"Ayo bun", ajak Vernon.

Destiny Line [END]Where stories live. Discover now