18 | Lovebird

2.5K 313 133
                                    

Pada saat ia tahu bahwa yang melumpuhkan dua penculik itu adalah orang yang sangat dirindukan sekaligus dibencinya, Soyoung menjadi emosional dan kesal pada ke-tidak konsistenan perasaannya, karena tiba-tiba ia terharu dan hampir menangis.

Gwangtae melemparkan wajah kelewat cemas, menyeberangi ruangan sambil memastikan bahwa anak buah Lee Mujin benar-benar sudah tidak sadarkan diri lagi.

Kemudian ia bergerak cepat, melepaskan ikatan pada tangan dan kaki Soyoung. Memeriksa semua bagian tubuh gadis itu, mengusap lembut dimana ada memar atau bekas merah.

"Mana yang sakit? Adakah yang terluka? Tidak apa-apa kan? Jangan diam saja, Shin Soyoung. Yang mana yang sakit, sayang?" Gwangtae menangkup kedua pipi gadis itu dan mengusap air mata yang mengalir di sana.

Mendengar itu, dada Soyoung membuncah. "Kak Vin.." rintihnya dengan bibir gemetar, ia lantas mendekap erat tubuh Gwangtae.

Pria itu mengusap rambut Soyoung dengan penuh kasih sayang. "Sudah ya, kita pergi dulu dari sini. Anak buah Lee Mujin akan segera kemari, Soyoung. Mereka tidak akan tinggal diam."

Soyoung mengusap pipinya yang basah sekali lagi sambil memperbaiki pakaiannya. Ia bangkit ketika Gwangtae menariknya, kemudian keduanya bergerak cepat keluar dari kamar motel murah itu.

"Ya! Gwangtae!"

Langkah mereka terhenti di koridor karena sebuah teriakan.

Keduanya menengok ke belakang dan mendapatkan beberapa anak buah Lee Mujin telah berada tak jauh dari kamar yang baru mereka tinggalkan.

Soyoung mengamati kala Gwangtae menjalin jemari mereka. "Jangan lepaskan tanganku," perintahnya yang dibalas Soyoung dengan anggukan pelan.

Keduanya melesat pergi diiringi teriakan. "Dasar! Pengkhianat!"

"Ambil mobil! Aku akan mengejar mereka agar tidak kehilangan jejak!" perintah salah seorang yang mengejar mereka.

Gwangtae mencengkram lengan Soyoung. Mereka terus berlari tanpa henti melewati gedung-gedung dan toko tua. Keduanya mendapatkan persimpangan dan menoleh, karena bingung akan lewat jalan mana.

Gadis itu tersengal. "Kita akan tertangkap, Kak," katanya meringis sambil menumpuhkan telapak tangan di lutut.

"Tidak, tak akan kubiarkan siapapun menangkap atau melukaimu. Aku harus memastikan kau lolos dari mereka!"

Gwangtae mendapatkan pria-pria tadi semakin menyusul mereka. Ia menggigit bibir. "Ayo kesana dulu!" Ia menarik kembali lengan Soyoung menuju sebuah tempat sampah raksasa, kemudian bersembunyi di baliknya.

Gadis itu sampai meringis karena bau busuk dan lalat yang terbang berlalu lalang disekitar mereka.

"Kau lihat disana, ada jalan kecil langsung ke jalan protokol dan kau bisa mendapatkan taxi, lalu langsung pulang ke rumah Tuan Kim." Soyoung menelan ludah susah payah. .

Sementara di belakang sana, kedua anggota Lee Mujin tadi terus mencari.

"Dan aku akan ke sebelah sini, aku akan mengumpan mereka sehingga mengejarku."

Soyoung menggeleng. "Tidak, kita harus bersama."

Terdengar suara mobil berhenti tak jauh dari mereka. Gwangtae mendesis, ia mengulurkan kepalanya untuk mengintip, melihat ke belakang sana.

"Mereka sangat banyak, Soyoung. Biarkan aku mengecoh mereka. Kau hanya perlu mengikuti jalan sempit ini."

Soyoung tetap menggeleng. "Please, aku mau kau denganku Vincent Kim." Soyoung menengadah memandang pria itu, memohon agar tetap bersama.

Lies, Secrets and Untouchable Stepbrother Where stories live. Discover now