2 | Antisocial

2.8K 434 131
                                    

Ia terlambat bangun.

Soyoung berniat mengumpati Lee Eunji jika bertemu nanti, karena telah mengajaknya ke Sixtynine malam tadi.

Gadis Shin itu mengurut pelipisnya yang berdenyut sebab nekat menenggak beberapa loki brandy dengan tingkat alkohol lebih dari tiga puluh lima persen.

Walau sudah di larang Mingyu dan Lucas dengan alasan besok akan ada kelas etnolinguistik Mr. Jung. Namun alasan itu tidak cukup mencegahnya menyesap cairan memabukkan itu.

"Jangan larang aku! Aku sedang gelisah karena seseorang." Begitu katanya semalam.

Dan pagi ini ketika ia bangun, orang yang membuat hatinya gelisah sudah lebih dulu meninggalkan rumah. "Bi, apakah Kak Vincent sudah berangkat?" tanyanya seraya menggigit pinggiran roti bakar yang renyah. "Seperti biasanya, Nona muda." Kepala pelayan Misun menunduk sopan.

"Kakak sangat unik." Soyoung mengunyah lambat, merasakan tekstur coklat yang lumer di lidahnya.

"Ya, saya juga tidak pernah melihat anak muda zaman sekarang yang serajin Tuan. Beliau banyak berubah." Soyoung mengerutkan kening.

Mungkin perceraian orang tua merubahnya, pikir gadis itu. Kasihan sih.

"Benarkah? Berarti Bibi sudah lama bekerja dengan Papa Kim?" Sekarang Soyoung menjadi sedikit penasaran. "Benar, dulu saya asisten Nyonya besar, Neneknya Tuan Vincent." Gadis itu mengangguk dan mengulurkan tangan untuk mengambil gelas berisi susu di sebelah kirinya. Kemudian menyesap cairan itu sedikit demi sedikit sambil mengingat wajah kakak tirinya kembali.

Padahal sudah dua minggu mereka serumah, namun ia dan Vincent nyaris tidak pernah berinterkasi. Pria Kim itu tidak pernah terlihat berlalu lalang di ruangan lain selain ruang kerja, kamar dan ruang olahraga.

Tidak tahukah pria itu? Semakin ia menutup dirinya. Maka Soyoung semakin penasaran ingin menggali dan mencari tahu tentang seorang Vincent Kim, orang pertama yang membuat kepalanya panas dan bergairah.

Soyoung kembali menghela napas dan bangkit. "Bibi, aku berangkat dulu." Ia kemudian mengambil totebag untuk disampirkan di bahu. "Oh, tidak bawa mobil Nona?" tanya kepala pelayan Misun karena Soyoung melangkah menuju ruang utama, alih-alih berbelok ke garasi.

"Temanku akan menjemput, Bi. Sampai jumpa lagi." Ia melanjutkan langkah.

Lee Eunji memperlihatkan cengiran bodohnya. "Kepalamu pasti masih sakit. Kita bolos saja hari ini bagaimana?" Soyoung berdecak memutari mobil miliknya.

"Kau memang iblis penggoda, padahal aku telah berjanji pada ibuku untuk menjadi anak yang baik," kekeh Soyoung sambil menyilangkan sabuk pengaman ke tubuhnya.

Eunji berdecih. "Omong kosong!" Gadis Lee itu segera melajukan maybach ungu metaliknya. "Memangnya kau mau ajak aku kemana, Lee Eunji?"

"Kemana saja! Karena jika ingin ke klub malam masih terlalu pagi." Soyoung mendengus. "Kau pikir aku sangat suka kesana?" teriak Soyoung karena Eunji melajukan mobilnya dengan lumayan kencang. "Mungkin! Buktinya malam tadi kau seperti orang putus asa."

"Sesuatu menggangguku," ucap gadis Shin itu menyugar rambut yang bergerak-gerak karena angin. "Sesuatu itu apa?" Mereka telah sampai di Fell+Cole, sebuah kedai eskrim yang terletak di kawasan Hongdae.

"Kenapa kedai eskrim?"

"Karena aku ingin," jawab Eunji santai, meninggalkan Soyoung di meja paling sudut yang langsung berbatasan dengan trotoar, namun terpisah oleh partisi kaca.

Gadis Lee itu kembali lagi bersama dua cone berisi eskrim warna-warni dengan aneka topping. "Ceritakan padaku, siapa yang mengganggumu?" tanyanya seraya mengulurkan tangan berisi eskrim untuk si teman.

Lies, Secrets and Untouchable Stepbrother Where stories live. Discover now