7 | Consciousness

2.3K 411 137
                                    

Ayo komen dan vote yang banyak, biar aku updatenya cepat.
.
.
.

Vincent menghela napas panjang.

Pria itu telah berdiri tiga puluh menit di depan pintu sebuah unit apartemen asing dengan gelisah. Ia memejam mata. "Aku perduli padamu, Vin." Kalimat itu diucapkan dengan nada putus asa dan terluka tadi.

"Sialan!" umpatnya. Harusnya Vincent tidak disini dan harusnya ia menahan dirinya untuk tidak membalas keperdulian Soyoung. Karena perduli adalah awal dari empati lalu berkembang menjadi sebuah perhatian. Semakin perduli membuat segalanya mulai terhubung, lebih banyak kontak, komunikasi dan berakhir saling ketergantungan.

Pria itu mengusap wajahnya beberapa kali. "Seharusnya aku pulang." Ia memutar tubuh dan telah bergerak dua langkah. Namun, perasaan khawatir tak berdasar itu kembali membuatnya berhenti.

Jika Shin Soyoung menginap di rumah seorang pria malam ini dalam keadaan hormon yang meledak-ledak, berpotensi ia akan dimanfaatkan. Walaupun Ryu Junkoo bukan seorang bajingan, namun sekertaris Direktur utama Kim itu tetap seorang pria.

Maka kesimpulannya, Shin Soyoung harus ikut pulang bersamanya.

Vincent mengepalkan kedua tangan disisi tubuh. Ia kembali ke depan pintu, mengulurkan tangan untuk memencet bel dan menunggu.

"Hah? Direktur?" Ryu Junkoo menyambutnya dengan pandangan kaget serta heran. "Mau cari Soyoung ya? Kami sedang nonton drama series dan dia akan menginap disini." Vincent menyipitkan mata, menatap Junkoo dengan tajam. "Boleh saya masuk?" tanyanya.

Jun mengangguk. "Boleh sekali! Silahkan Direktur. Apa mau ikut bergabung juga dengan kami, menonton televisi?" Vin tak menjawab, ia terus melangkah.

"Soyoung!" Soyoung mendongak dan melebarkan mata. "Hah? Kak Vin, ken-kenapa disini?" Gadis itu menelan ludah susah payah, ia bergegas bangkit dan memperbaiki tampilannya yang berantakan.

Vincent menatap mata sayu adik tirinya itu yang membengkak. "Ayo pulang! tidur di rumah saja," ajak pria itu. Soyoung menggigit bibirnya gugup. "Ak-aku.." Ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Aku minta maaf," sela Vin. "Tap-tapi aku akan tidur dengan Jun malam ini, Kak," lirih Soyoung terbata, masih sedikit kesal karena sakit hatinya belum lenyap sepenuhnya.

"Tidur bersama Jun?" Vincent mengerutkan dahi heran. Soyoung selalu saja melemparkan kalimat ambigu yang berhasil menguji emosinya.

"Mak-maksudnya tidur di rumah Jun." Soyoung meringis. Pria itu mengurut batang hidungnya. "Ayo pulang. Kau masih punya rumah." Vincent menarik lengan Soyoung hingga keluar dari ruang tengah.

Gadis itu menoleh pada Junkoo yang tidak bisa berbuat apapun selain menonton drama kakak adik tersebut. "Tolong aku!" pinta Soyoung dengan raut memelas tanpa suara seraya mengulurkan tangan.

Jun mengejar keduanya. "Soyoung sebaiknya istirahat disini, Direktur." Vincent berhenti tepat di pintu utama.

Ternyata lengan gadis itu sedang ditahan oleh Jun. Vin menautkan kedua alis, menatap tajam pada Ryu Junkoo yang begitu berani mencengkram lengan Soyoung dengan sama kencangnya.

Vincent mengeratkan rahang. "Dia adikku," ucapnya sembari merapatkan gigi.

Jun lantas melepaskan genggamannya. Ia menaikkan kedua tangannya ke udara dan mengucapkan kata maaf tanpa suara ketika Soyoung memandang sedih padanya.

[]

Soyoung beberapa kali melirik Vincent.

Wajah pria itu muram menatap lurus kedepan. Kakaknya itu bahkan masih mengenakan jubah tidur dan sendal kamar. Apa begitu buru-buru?

Lies, Secrets and Untouchable Stepbrother Where stories live. Discover now