17 | Secrets tell the truth

1.7K 306 155
                                    

Soyoung merasa harinya semakin suram akibat patah hati.

Walau dikatakan cinta pertama itu tak akan berhasil, namun ia tidak menyangka akan berakhir sesakit ini. Ia bahkan belum percaya mereka telah berakhir, benar-benar berakhir.

"Oh, adikku kau disini?" Vincent melangkah masuk, seperti biasa tanpa mengenakan pakaian. Hanya handuk kecil tersampir di bahunya. Matanya menyipit mengamati Soyoung yang tengah menghembus dan menarik napas sembari menggerakkan flying chest kesisi tubuh berulang kali membuat dada gadis itu membusung lalu mundur, begitu seterusnya.

"Hai, Lex?" Soyoung melirik sekilas pada kakak tirinya itu. Ingin panggil Vin, namun akan membuatnya bertambah sakit hati. "Kau tidak punya baju, Lex?" sindirnya karena melihat ketelanjangan si pria bertato.

Vincent tertawa, "kenapa? Aku seksi, ya? Kau takut tergoda?"

Soyoung berdecih. "Aku tidak akan bodoh untuk kedua kalinya, menyukai sekali lagi kakak tiriku sendiri."

Vincent menyalakan mesin kardio dengan kecepatan minimal. Ia mulai melangkah di tempat sambil terus mengamati Soyoung.

Bulir peluh menetes di sisi kepalanya gadis itu, kulit tubuhnya yang terbuka juga tampak berkilat lembab sebab telah berolahraga dalam jangka waktu yang lama.

"Kau melakukan gerakan yang salah, bahu dan lenganmu bisa cedera."

Soyoung berhenti dan memperbaiki gerakannya.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Soyoung. Kau bahkan tidak tidur semalaman. Apa kau begitu menyukainya? Menyukai si Vincent palsu yang tampan."

Kalimat terakhir Vincent, berhasil membuat Soyoung menghentikan gerakannya kembali. "Sialan Lex, kau cerewet seperti nenek tua."

Pria Kim itu mendesis. "Cinta itu akan mati dan tumbuh seiring kita menghembus napas. Kendalinya ada padamu, Shin." Vin turun dari kardio dan mendekat pada Soyoung. "Perhatikan kesehatanmu, jika kau sakit atau terjadi insiden yang tidak mengenakkan, berapa hati yang akan kau patahkan?" Vin menyentuh bagian bawah pundak Soyoung, mendorong sedikit ke belakang untuk memperbaiki posisi gadis itu. "Lagipula kau pucat sekali, sudahi saja olahraganya dan beristirahatlah." Vincent terus mengomel sambil mengusak puncak kepala si gadis Shin.

Soyoung memperhatikan wajah tampan Vincent. Harusnya beginilah perasaannya pada seorang kakak, merasa dikasihi dan dikhawatirkan. Bukannya malah bergairah dan selalu ingin minta disetubuhi. Dari awal memang dirinya yang salah karena berakting seperti jalang.

"Aku akan ke kampus." Soyoung bangkit, namun tiba-tiba pandangannya gelap.

Untung saja Vincent menangkap tubuhnya sebelum tersungkur ke lantai. "Ya! Kau tidak apa?"

Soyoung menggeleng. "Tidak, mungkin karena belum makan dari kemarin."

"Jangan seperti remaja belasan, Shin. Kau menyiksa dirimu sendiri jika begitu."

"Ya, aku akan makan, Kakak. Baiklah, aku bersiap dulu." Soyoung mengurut pelipisnya, sambil melangkah keluar, ia mengingat-ngingat kapan ia terakhir menstruasi.

[]

"Apa Vincent Kim, eh maksudnya pria penyamar itu selalu memakai pengaman jika kalian berhubungan?" tanya Eunji pada Soyoung yang daritadi hanya memerhatikan supnya tanpa menyentuh.

"Atau kau memang terlalu binal sehingga tak membiarkan pria itu memakai pengaman karena ingin merasakan penisnya yang sangat besar tanpa penghalang apapun diantara kalian."

Soyoung memukul kepala belakang Eunji. "Bicara apa kau ini, Lee."

Eunji menyipitkan mata dan mencibir. "Kau kan gila, Shin Soyoung. Jika sudah terangsang, kau tidak memikirkan apapun selain kenikmatan yang dihasilkan penyatuan dua kelamin kalian. Oh no, oh yess. Lebih cepat, Kak Vin. Ya begitu, aku suka sekali milikmu di dalamku."

Lies, Secrets and Untouchable Stepbrother Where stories live. Discover now