CURHATAN REY

348 17 0
                                    

Happy reading...

Keesokan harinya saat sedang sarapan Aisyah dan pak Rey tidak saling bicara.

Ralat. emang pak Rey tidak pernah bicara kepada Aisyah kalau tidak penting-penting amat.

"Ekhem, mba, pak Rey Aisyah berangkat" ucap aisyah dan berdiri dari tempat duduk

"Hmmm silahkan" jawab Livia

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam" jawab mereka

Ada yang tidak beres.

Tumben dia tidak menatapku sama sekali.

Apa dia marah? Rey bertanya-tanya pada hatinya.

"Mas selesai" ucap Rey

"Hemm, hati-hati di jalan mas" ucap Livia

"Iya, kamu juga hati-hati di rumah sendirian kalau ada apa-apa hubungi mas"

"Iyaa mas ku sayanggg" manja Livia

"Yaudah mas berangkat assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam take care"

.

Saat tiba di kampus Aisyah di sambut oleh 2 sejoli, siapa lagi kalau bukan Zahra dan Rifki.

........

Sepulang dari kampus Aisyah mampir ke Gramedia untuk membeli novel yang sedang ia incar.

Sedangkan Zahra dan Rifki mereka sudah pulang dari tadi.

Meskipun Aisyah sedikit marah kepada pak Rey tapi dia tetap meminta ijin terlebih dahulu kepada pak Rey.

Pak Rey dosen

Assalamualaikum, pak saya ijin pulang dari kampus langsung ke Gramedia.

Hari ini bukan jadwalnya Rey ke kampus melainkan Rey pergi ke kantor untuk mengecek kondisi perusahaanya.

Tak ada balasan apapun dari Rey meskipun sudah centang 2 biru.

Sedangkan Rey yang menerima chat tersebut di buat uring-uringan karena Aisyah masih sempat-sempatnya meminta ijin sedangkan Rey kemarin sudah memarahinya.

"Baik banget kamu Syah, padahal kemarin saya memarahi kamu"

"Maafkan saya, saya belum bisa menjadi suami yang baik  buat kamu"

"Dan maafkan saya, saya belum bisa mencintai kamu sepenuhnya, dan bahkan secara tidak langsung saya tidak adil kepada kamu" batin Rey

Sedangkan di saat Rey sedang melamun datang seseorang dan mendekati Rey.

"Assalamualaikum"

"..."

"Assalamualaikum pak Rey" teriaknya mampu membuat Rey terkejut.

"Ehh, wa'alaikumussalam silahkan duduk, kamu bikin saya kaget ada apa?"

Ya, dia adalah  Ryan Fauzi Ramdani sering di panggil Ryan, dia adalah orang kepercayaannya Rey.

" Emmm, tidak begitu penting juga sih pak " ucap Ryan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Saya lihat sepertinya bapak ada masalah" bisa di bilang Ryan cukup kepo dengan urusan orang lain.

"Karena ke 2 istri bapak kah?"

"Hmmm, begitulah tapi ini bukan tentang istri pertama saya melainkan istri ke dua saya"

Ryan hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Menurut kamu apa saya tidak adil kepada istri-istri saya?"

"Tidak adil yang seperti apa dulu pak?" Tanya Ryan

Kalau saya bicara yang sesungguhnya tapi ini adalah aib, kalau saya tidak cerita bisa buat kepala saya makin pusing. Argh masabodo dengan aib sekarang saya butuh pendapat seseorang. batin Rey.

"Pak, halloo" ucap Ryan sambil melambaikan tangannya di wajah Rey.

Kalau ada yang beranggapan itu tidak sopan, ayolah sekarang bukan antar asisten dan bos melainkan teman.

" Eh, iya jadi begini pertama saat Livia ingin makan di luar saya tidak mengajak Aisyah dikarenakan permintaan Livia, dan kamu tau? Syarat agar saya dan Aisyah bisa menikah? Saya tidak boleh jatuh cinta pada Aisyah karena saya tidak mau Livia pergi dari hidup saya, saya menyetujui syarat itu"

Jahat banget Bu Livia kalau seperti itu.

Dan cinta bisa membuat seseorang buta, contohnya pak Rey.

"Kedua saya belum bisa menerima keadaannya yang dimana di istri saya"

"Waahhhh seharusnya bapak tidak boleh seperti itu, itu sama saja menyakiti perasaan Bu Aisyah pak" tanggapan Ryan.

"Ya, kamu benar saya selalu menyakiti perasaannya, dan saya akan mencoba untuk menerima dia dan mencintai dia tanpa sepengetahuan Livia"

"Kok? Memang kenapa bukannya bapak memang seharusnya mencintai Bu Aisyah ya?" Pancing Ryan.

" Tadi saya sudah bilang kan kalau Livia tidak mau saya mencintai Aisyah"

"Hmmm, kalau seperti itu sama saja dong dengan bapak berselingkuh secara diam-diam?"

Ada benarnya juga apa kata ryan.

"Itu masalah nanti, saya siap menerima konsekuensinya"

Bagus pak, bapak emang harus seperti itu.

" Dan kamu tau? Kemarin saya memarahi Aisyah" ucap Rey lesu karena dia merasa bersalah.

"Saya memarahi Aisyah karena dia tidak mengabari saya akan pulang terlambat dan berakhir saya memarahinya tapi sebelumnya saya memang tidak membutuhkan kabarnya"

Yakin deh, kayaknya benih-benih cinta sudah mulai tumbuh. Kekeh Ryan dalam hati.

" Pak, bukan apa-apa ya, menurut saya sepertinya bapak mulai mencintai Bu Aisyah"

"Meskipun bapak bilang akan mencoba menerimanya, tapi menurut saya rasa itu sudah ada tapi bapak menahannya karena ego sendiri"

"Saya setuju aja kalau bapak mulai mencintai Bu Aisyah di belakang Bu Livia, tapi bapak harus ingat sepintar-pintarnya bangkai ditutupi pasti akan tercium juga"

"Jangan lupa bapak harus meminta maaf kepada Bu Aisyah bapak secara tidak langsung menyakiti hatinya pak"

"Meskipun di mulut biasa tapi di hati lain lagi"

"Kamu benar, nanti saya akan meminta maaf kepada Aisyah"

"Nah, gitu dong harus gentle hahah"

"Ada-ada aja kamu makasih sarannya"

"Ah, bapak seperti sama siapa saja"

"Ngomong-ngomong kamu kesini ada apa?"

"Oh iya sampai lupa saya, ini pak saya minta tandatangani berkas-berkas"

Setelah Ryan pergi Rey sedang memikirkan bagaimana cara meminta maaf kepada Aisyah.

Bantu vote dong, supaya tambah semangat buat update.^^

Yuhuuuu update!!

Tinggalkan jejak!!

Monmaap gk jelas ceritanya.^^





~SEBUAH PENYESALAN ( ON GOING)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora