Chapter 10 Baikan

5.2K 583 69
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-

Beomgyu terus saja senyam-senyum di kamarnya. Ia mengingat perjalanan singkat tadi bersama dengan Taehyun. Benar-benar menyenangkan, sepertinya tadi adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya.

Beomgyu berguling-guling di atas tempat tidurnya sambil memeluk jaket kulit pemberian Taehyun. Ia sudah seperti orang kesetanan saking gembiranya. Untuk pertama kalinya Beomgyu mencoba pengalaman baru dan baru kali ini ia merasakan jiwanya benar-benar bebas.

Beomgyu memekik tertahan. Ia tidak mau membangunkan orang rumah. Dan fyi, ia belum berani berbicara dengan orang rumah. Bahkan tadi saat ia pulang ia mengendap-endap supaya tidak berpapasan dengan siapapun.

Tok tok tok

"Beomie, lo di dalam?"

Beomgyu tersentak, senyummya hilang. Ia kelabakan, apa yang harus ia lakukan?
Ia tahu suara itu, suara Sungchan yang tengah memelas.

"Gue masuk."

Beomgyu langsung terduduk saat pintu itu terbuka. Ia bisa melihat ketiga kakaknya datang dengan wajah lesu. Beomgyu jadi menunduk ia tidak tahu harus apa.

"Boemie? Sampai kapan? Sampai kapan lo nggak mau ngomong sama gue?" ucap Sungchan memelas.

Beomgyu terdiam memilin bajunya. Ia benar-benar tidak bisa menjawabnya.

"Maafin gue, kemarin gue terlalu emosi. Gue nggak tahu kalau omongan gue bikin lo sakit hati. Demi Tuhan gue nggak bermaksud nyakitin lo. Kalau lo mau lo boleh maki gue atau tampar gue sepuas lo. Tapi please jangan diemin gue, gue nggak bisa."

Beomgyu tahu ketiga orang itu sudah duduk dipinggir kasurnya, bahkan Sungchan sudah merengsek mendekat. Tapi Beomgyu tidak mau mendongak juga. Ia takut air matanya akan jatuh kalau ia memandang wajah kakaknya. Ini benar-benar kejadian yang baru pertama kali terjadi dan Beomgyu tidak tahu harus menghadapinya bagaimana.

"Boemie maafin kita juga yah, maafin semua orang yang udah ngekang hidup lo. Kita nggak tahu kalau kasih sayang kita ngebuat lo menderita. Kita nggak tahu kalau lo nahan penderitaan sendiri. Kita cuma nggak mau lo sakit, kita nggak mau lo kenapa-kenapa, karena lo itu berharga buat kita. Bahkan saat lo diemin kita seharian ini, satu rumah uring-uringan. Kita semua nggak sanggup kalau di diemin lebih lama. Kita ngga sanggup lihat lo murung, kita mau lo ceria seperti biasanya, tapi dengan tidak pura-pura bahagia. Gue kangen lo yang manja sama gue, ngerengek minta ini itu, walau terkesan nggak mandiri dan manja tapi itu cukup buat gue seneng, karena itu berarti gue berguna buat lo." ucap Mark panjang lebar.

"Iya Boemie gue juga mau minta maaf karena udah ngekang lo. Mulai sekarang lo boleh temenan sama siapa aja, gue nggak bakalan ngelarang. Tadi Winter bilang lo nanya ke dia tentang keberangkatan gue. Gue sakit hati banget sumpah. Selama ini gue yang paling deket sama lo, tapi lo bahkan nggak mau nanya langsung tentang keberangkatan gue langsung. Gue nggak mau lo jadiin orang perantara lagi, ini hubungan lo dan gue, orang luar nggak boleh jadi perantara. Lo kalau mau tahu tentang gue lo harus tanya langsung sama gue titik, kalau engga gue bakalan nempelin lo terus biar lo nggak nyari orang jadi perantara antara lo sama gue."

Beomgyu masih diam. Ia tidak pernah mendengar kakaknya mencurahkan isi hati mereka. Ia sangat senang, tapi ia juga takut, omongan dia kemarin terlalu kasar. Tapi dia nggak tahu harus memulai bicara darimana.

Sebuah paperbag jatuh di hadapannya. "Ini palet yang lo pesen kemarin, kemarin gue pergi ke Paris cuma buat beli ini. Kalau lo mau sesuatu, lo bisa bilang, kalau gue harus ke antartika pun kalau lo mau penguin gue bakalan bawain buat lo. Lo mau bintang pun bakalan gue kasih, bahkan kalau gue harus ngorbanin segala yang gue punya. Kalau lo bahagia gue bakalan kasih. Lo itu permata kalau lo lupa, kita posesif bukan tanpa alasan. Lo tuh permata yang tak terkira harganya, kalau kita tinggal bentar aja lo mungkin udah hilang. Kita nggak mau kehilangan lo. Kemarin gue terlalu capek habis dari bandara, terus gue denger kabar lo hilang, gue kelabakan dan tanpa gue sadari emosi nguasain gue. Gue benar-benar minta maaf karena udah nyakitin lo, gue pantes dapat hukuman tapi nggak dengan di diemin. Please gue bahkan sampai nggak fokus buat kerja tadi karena kepikiran lo. Karena itu, seperti kata Sungchan gue bakalan bebasin lo buat berteman dengan siapapun. Tapi jangan salahin gue kalau gue bertindak kalau sampai temen pilihan lo nyakitin lo."

Youngest Child || Jung FamilyWhere stories live. Discover now