Tujuh belas

365 132 82
                                    

Vote tekan dulu
Selamat membaca.

"Sepeda burik! Sepeda butut! Gak guna! Ngeselin lo!" gerutu Darrel terus saja menendang ban sepeda yang bocor. Ia terus saja berteriak tanpa menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh. Dan tertatih-tatih karena tendangan itu malah Darrel yang terluka.

"Gue tuker tambah rasain lo!" kesalnya dan terpaksa harus mendorong sepedanya lagi.

"Hai," sapa seseorang. Darrel tidak menengok ataupun menjawabnya ia terus mendorong sampai ke tempat bengkel.

"Hai, boleh ku tolong?" orang itu bertanya lagi.

Karena tidak dapat jawaban, orang itu menarik sepeda agar berhenti. Lantas Darrel pun menengok penuh kesal.

"Mau ku tolong nggak?!" sewotnya.

Untuk sesaat Darrel ngebug, ia seperti tak asing dengan wajah yang ada di depannya ini.

"Hayo siapa? Masih inget?"

"Mbak Ayla, ya?" cewek itu mengangguk membenarkan tebakan Darrel.

"Lucu ya," komentar Ayla.

"Siapa?"

"Kamunya, gemesin tau. Pengen ngarungin."

"Makasih, saya orangnya emang gemesin sih. Gak heran kalau orang-orang suka sama saya," pede Darrel memberikan kedipan mata genit.

Ayla sepertinya salah bicara, cewek itu ingin muntah dengan tingkat kepedean yang Darrel miliki.

"Kenapa liatin saya begitu, Mbak?" micing Darrel.

Ayla membuang muka salah tingkah. "Nggak. By the way bisa tidak jangan panggil namaku dengan embel-embel 'Mbak'?

"Yaudah Kakak aja biar lebih sopan," putus Darrel.

"Pulang sekolah ya?" tanya Ayla basa-basi lagi. Pasalnya berbicara dengan Darrel lebih banyak diam.

"Pulang ngepet, Kak. Yaiyalah pulang sekolah ya kali pakai baju sekolah habis ngepet." Darrel tertawa pelan, mengapa sifatnya cewek ini seperti Rizal.

"Kenapa sepedanya di dorong? Kan ada jok buat di naikin."

Astaga, entah Darrel ingin tertawa atau menangis Ayla ini terlewat basa-basi atau bagaimana.

"Bocor, Kak. Mau saya tambal dengan kegantengan saya biar tahan lama."

Cewek itu mengangguk mengiyakan. "Kenapa pakai sepeda? Biasanya anak-anak sekelasmu pakai motor."

"Kakak malu? Saya lebih suka pakai sepeda, tidak apa kalau orang lain melihat saya aneh. Saya lebih suka sederhana."

Perkataan Darrel membuat Ayla menyukai lelaki itu. Dia...

Sangat berbeda dengan yang lain.

"Nggak malu, cuma heran aja biasanya anak SMA itu memakai motor yang lebih keren. Apalagi kalau kamu yang make, damage nya mungkin bakalan keren," puji Ayla.

Darrel terkekeh. "Cukup jadi diri sendiri, tidak perlu mengikuti orang lain agar terlihat keren."

"Ku dorong ya." Ayla ikut membantu mendorong sepeda namun Darrel menolak.

"Tidak usah Kak, ini sepeda bukan motor jadi gak berat. Mending Kakak temenin aja kalau mau atau duduk aja di belajang biar aku yang tuntun."

"Nggak perlu, bukannya ngurangin beban kamu malah nambahin bebannya ini mah," tolak Ayla lantas keduanya tertawa.

Ayla yang terus memperhatikan Darrel terasa ada yang aneh. Sesekali laki-laki itu meringis kesakitan sembari mengusap keringat karena cuaca yang panas.

Darrel HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang