Empat belas

652 152 16
                                    

Vote dulu sebelum baca!
Yang belum follow, follow ya hehe.

Happy Reading.

Darrel melempar earphone nya ke sembarang arah. Dadanya kembang kempis menahan amarah, lantas membuka pintu lemari untuk berganti baju. Lagi, cowok itu mengamuk mengacak-acak bajunya yang sudah tersusun rapih.

"UDAH AKU BILANG KAN, SIMPAN BAJUKU SESUAI WARNA!" amuknya. Sampai tak lama seorang pembantu datang sembari menunduk dalam.

"Maaf Den, bibi simpen bajunya sesuai kebutuhan den Darrel. Baju main, baju kemeja sama baju sekolah bibi pisahin."

"TAPI AKU GAK SUKA! SIMPEN BAJUKU SESUAI WARNA, MERAH, MERAH. HITAM, HITAM."

"Kak," panggil Vino. Anak itu datang menghampiri Darrel setelah mendengar keributan. "Kenapa?"

Darrel tak menjawab, ia menjatuhkan barang yang ada di laci membuat Vino ketakutan. Percayalah, baru kali ini Darrel semarah ini. Padahal kakaknya itu typikal cowok yang tidak gampang marah.

"Kak, kakak." Vino memeluk Darrel dari belakang, menyuruhnya untuk berhenti.

"Udah kak, aku takut."

"Awas!" ujar Darrel melepaskan tangan Vino yang melingkar di tubuhnya dengan kasar. Bahkan Vino sendiri merasa terkilir karena ulah kakaknya itu.

Wira dan Alif yang pulang dari acara kantor, segera berlari ke atas saat pembantunya menelpon jika putra sulungnya mengamuk.

Sesegera Wira langsung memeluk putranya untuk menenangkan. Mengusap pelan rambutnya yang basah karena keringat, wanita paruh baya itu mendudukkan Darrel di kasur. Menoleh, seperti mengisyaratkan sesuatu pada semua orang untuk meninggalkan Darrel sendirian.

Semuanya paham, mereka keluar menyisakan Darrel dan Wira berdua.

Napas Darrel memburu, matanya memerah bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Ini lah yang Wira takutkan. Darrel memang jarang marah, tetapi sekali anak itu marah maka Darrel akan mengamuk. Dan berakhir sakit.

"Udah, kamu yang tenang."

Siapa yang tidak luruh, jika seorang ibu membelai lembut? Air mata Darrel menetes membasahi pipinya, cowok itu menangis dalam diam dalam pelukan Wira.

"Tenang, jangan emosi. El udah besar kan? Harusnya El bisa kontrol emosi. Mamih gak tau El marah kenapa, tapi Mamih ngajarin El supaya gak gampang emosi. Emosi gak baik untuk diri sendiri." Wira menepuk-nepuk kepala Darrel pelan.

Jika Wira sudah memanggilnya dengan sebutan 'El', itu membuat Darrel semakin meluruh. Pasalnya itu adalah nama kesayangan.

"Gimana kalau kamu nyakitin orang lain? Kayaknya Vino tangannya terkilir karena kamu narik paksa tangannya."

Darre, menegakkan tubuhnya hendak berdiri namun Wira mencekal tangannya. "Nanti aja, kamu ambil wudhu dulu tenangin diri kamu terus ceritain ke Mamih karena apa."

Cowok itu mengambil wudhu di kamar mandi, setelah di rasa membaik Darrel mulai menceritakan pada Wira.

Flashback

Darrel memegangi kakinya ngos-ngosan setelah kabur dari pak Joko. Lalu di susul sahabatnya dari belakang.

"Gila lo!" ujar Galang.

"Jangan salahin gue ya, gue cuma nuritin apa kata kalian," bantah Rizal.

"Lo nanyanya gak waras, untung aja gak di geplak pake cobet. Coba kalau di geplak, ancur kepala gue," timpal Rizal.

"Eh Ra," panggil Darrel.

"Ya, kenapa?" jawab Ara.

"Nanti malam gue pengen ngajak lo jalan-jalan ke taman. Gue tunggu di sana ya."

Darrel HandsomeWhere stories live. Discover now