Lima belas

483 140 45
                                    


Ada yang nungguin kah?

Votenya teken dulu ya,

Darrel menuntun sepedanya hingga ke depan gerbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darrel menuntun sepedanya hingga ke depan gerbang. Di keranjang depan terdapat Mamat duduk anteng untuk ikut bersama majikannya. Sengaja menggunakan sepeda yang terdapat keranjangnya agar kucingnya itu bisa ikut.

"Darrel!" Terlihat Ara berteriak sambil berlari. Namun Darrel tidak memberhentikan sepedanya, ia terus mengayuh mengabaikan Ara.

"Apa?" tanya Darrel begitu Ara di sampingnya. Gadis itu terus berlari menyamai dengan laju sepeda Darrel.

"Kemana?"

"Depan."

"Indomaret?"

"Iya."

"Ikuuuuut," rengek Ara. Darrel berhenti, menyuruh Ara untuk duduk di belakang lewat ekor matanya.

"Lo mau beli apa?" tanya Ara memecahkan keheningan.

"Beli apapun, itu bukan urusan lo." jawab Darrel dingin berhasil membuat Ara tersentak tak percaya.

"Lo sendiri ngapain?" Kini Darrel yang bertanya.

"Gak ngapain-ngapain sih, cuma liat lo lewat gue pengen ikut aja. Bosen, di rumah gak ada siapa-siapa."

Darrel smirk. "Gue emang bahan kegabutan lo doang."

Ara menautkan alisnya bingung. "Maksudnya?"

"Lo pikir aja sendiri." Setelah mengatakan itu Darrel turun dari sepedanya, membawa Mamat masuk ke dalam indomaret juga. Meninggalkan Ara dengan sejuta kebingungan.

Meong!

Mamat mengeong kala cewek cantik melintas di hadapannya. Lantas Darrel mengusap-usap bulu kucingnya gemas.

"Yeuu giliran yang bening ijo banget matanya," cibir Darrel. "Dasar buaya."

Jika saja Mamat bisa bicara mungkin dia akan protes. "Tapi aku kan kucing, bukan buaya."

"Lo marah sama gue?" cicit Ara.

Darrel menulikan telinganya ia melintas di hadapan Ara tanpa menjawab sepatah kata apapun. Mengambil beberapa barang namun tercekat saat Ara menghempas barang itu.

"Lo kenapa sih?!" gertak Ara.

"Lo pikir aja sendiri Ra," acuh Darrel.

Ara terdiam, terus memandang Darrel yang berjalan mengarah....

Seorang kakek tua.

Laki-laki itu berjongkok, menyerahkan beberapa makanan yang ia beli tadi. Bibir pinkish nya tersenyum hangat pada sang Kakek.
"Ini buat Kakek."

Kakek itu menerimanya. "Terimakasih."

"Kakek rumahnya di mana? Ini sudah malam. Kalau gitu aku antar Kakek saja bagaimana?" tawar Darrel.

Darrel HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang