Part 26 : Her Memory Returned

2.8K 216 6
                                    

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam lamanya, kini akhirnya jet pribadi milik Allard mendarat juga di lapangan terbuka tanah New York. Pintu jet terbuka bersamaan tersedianya tangga turun. Lucas yang tertidur berada di gendongan sang ayah. Allard lebih dulu turun dengan menuntun sang istri yang berada di belakangnya. Ia menggengam tangan Aluna melangkahkan kaki bersamaan menuruni tangga itu.

Begitu kedua kaki mereka sudah menyentuh tanah, Sam menundukkan tubuhnya sedikit memberi penghormatan pada sang atasan. Dengan sigap pria itu membukakan pintu mobil untuk Tuan dan Nyonyanya.

"Aku akan menyetir sendiri," ucap Allard diangguki Sam.

"Baik Tuan."

Allard mendudukkan Lucas di kursi khusus anak tepat di belakangnya. Ia memasangkan sabuk pengaman juga bantal tepat di samping kepala putranya agar tidak terjeduk jendela. Begitu sudah, ia dan istrinya sama-sama menuju pintu depan duduk di masing-masing tempat.

Mobil pun berjalan dengan kecepatan sedang. Suasana perkotaan tampak lebih lenggang tidak terlalu ramai seperti biasanya.

"Pekerjaanmu 'kan menjadi seorang pemimpin mafia terbesar. Tapi kulihat kau tampak santai-santai saja, seperti tidak sibuk. Memangnya pekerjaan mafia itu seperti apa sih?" tanya Aluna berniat memecah keheningan.

"Sebenarnya tanpa kuberitahu kau pasti sudah tahu jawabannya," gumam Allard pelan membuat Aluna bingung. Baru saja Aluna akan bertanya, Allard melanjutkan ucapannya. "Aku memiliki banyak anak buah yang mengurus organisasiku, makanya kau melihatku santai. Sebenarnya, menjadi pemimpin mafia sepertiku tidak sesantai yang kau lihat. Aku harus selalu berwaspada dan berhati-hati dalam beraktivitas, karena aku memiliki banyak musuh dimana-mana," ucapnya menjelaskan.

"Aktivitasku tidak sesantai yang kau lihat. Dalam segala sesuatu yang kulakukan aku harus tetap berwaspada. Jika aku lengah sedikit saja, maka nyawaku atau bahkan nyawa istri dan putraku akan menjadi ancaman," sambung Allard membuat Aluna mengerti betapa sulitnya menjadi pemimpin organisasi permafiaan. Walaupun banyak uang, tapi hidupnya tidak dapat setenang air di lautan.

"Bisa aku minta tolong sesuatu?" tanya Allard diangguki Aluna. Pria itu tampak menepikan mobilnya menghentikan aktivitas menyetirnya sebentar. Allard menatap dalam sang istri sembari berucap dengan serius.

"Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkanku dan Lucas apapun yang terjadi," tegas Allard menggenggam kedua tangan Aluna.

"I promise," kata Aluna pelan tersenyum manis. Suaminya itu pun melakukan hal yang sama. Perlahan, wajah Allard mendekat ke arah wajah manis sang istri. Berniat mempertemukan kedua bibir mereka. Aluna refleks memejamkan kedua matanya, menunggu apa yang akan dilakukan suaminya selanjutnya.

"Mommy,"

Aluna refleks mendorong dada bidang Allard dengan kuat membuat pria itu terhuyung ke belakang. Allard kembali ke posisi awal. Pria itu terkekeh kecil.

"Yes sweetheart. Sudah bangun, hm?" sahut Aluna menatap putranya yang tampak mengucek sebelah matanya sembari menguap. Lucas menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Detik berikutnya, Allard kembali menjalankan mobilnya menuju mansion.

"Kita sudah sampai, mom?" tanya Lucas.

"Sebentar lagi kita akan sampai mansion." Menit berikutnya, ponsel Allard berdering menandakan ada sebuah telepon masuk. Saat melihat nama penelepon adalah Riley, Allard memberikan ponselnya ke Aluna.

"Ini dari Riley. Angkatlah," ucapnya diangguki Aluna.

"Halo Riley!" sapa Aluna riang dengan senyum lebarnya.

"Aluna? Oh god! Aku sangat merindukanmu dan Lucas. Di mana kalian sekarang? Jadi pulang ke New York bukan?" sahut Riley di seberang sana.

Mobil Allard melambat saat menuju ke perempatan jalan. Pria itu tampak menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum benar-benar mengambil jalan lurus. Setelah dirasa sunyi, Allard menekan pedal gasnya kembali.

My Mafia Husband [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang