Sepanjang malam aku menangisi Palestina. Sepanjang malam aku menangisi diriku sendiri yang tidak berdaya tanpa mampu membantu saudaraku di sana. Aku tidur meringkuk masih dengan air mata di sudut mataku dan ponsel di tangan kananku. Aku harap ketika esok bangun, semua akan baik baik saja. Genosida dihentikan dan Palestina akan merdeka. Aku dibangunkan oleh tamparan yang cukup keras di pipi kiriku. Aku tidak berpikir temanku membangunkan dengan cara seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi? "Itu benar! Kami berdua telah memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ya Umar, lakukan saja apa yang Engkau mau. Islam tetap tidak akan pernah lepas dari hati kami!" "Berikan apa yang kalian baca tadi!" "Aku tidak akan memberikannya kepadamu, Ya Umar. Aku tidak akan membiarkan Engkau merusaknya!" "Berikan padaku! Aku ingin melihat apa yang dibawa Muhammad sehingga membuat kalian berdua menjadi pengikutnya!" 𝘚𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩, 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘈𝘬𝘶, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘬𝘴𝘢𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘈𝘬𝘶. (𝘘𝘶𝘳𝘢𝘯 20:14) "Wahai Umar! Ini kabar gembira untukmu. Kemarin Nabi berdoa kepada Allah, 'Ya Allah!, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahal, siapapun di antara mereka yang Engkau sukai.' Sepertinya doanya telah terkabul untuk kebaikanmu!" "Fatimah, maafkan aku telah menamparmu. Aku salah, biarkan Sa'id merawatmu. Aku akan pergi ke tempat Muhammad terlebih dahulu, setelahnya aku akan kembali." Singkatnya, aku bertransmigrasi ke masa ribuan tahun silam. Menjadi Fatimah binti al-Khattab, adik dari sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab.
3 parts