"Li, biar seribu piala yang pecahpun ayah tak apa. Bagi ayah kamu tetap juara, meski tanpa piala-piala itu. Ayah bangga memilikimu. Ayah selama ini buta. Menganggap piala-piala itu segalanya, menganggap piala-piala itu cermin prestasimu yang bisa ayah banggakan. Tapi ayah salah nak, Kaulah segalanya untuk ayah. Kaulah yang harusnya ayah banggakan, karena kaulah sang juara di hati ayah, meski tanpa piala-piala itu". Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang santri yang berusaha mewujudkan mimpi ayahnya yang menginginkan piala sebagai wujud prestasi anak tercintanya.