DEATH SCHOOL [TAMAT] BELUM RE...

By AnisaVirgo12

642K 93.1K 14.8K

Disaat tempat belajar mu adalah tempat kematian mu. Pernah Rank di top 10 : #1 Horor #1 Sekolah #1 Ghost #1... More

☠1☠
☠2☠
☠3☠
☠5☠
☠6☠
☠7☠
☠8☠
☠9☠
☠10☠
☠Cast Death School☠
☠11☠
☠12☠
☠13☠
☠14☠
☠15☠
☠16☠
☠17☠
☠18☠
☠19☠
☠20☠
☠21☠
☠22☠
☠23☠
☠24☠
☠25☠
☠26☠
☠27☠
☠28☠
☠29☠
☠30☠
☠31☠
☠32☠
☠33☠
☠34☠
☠35☠
☠36☠
☠37☠
☠38☠
☠39☠
☠40☠
☠41☠
☠42☠
☠43☠
☠44☠
☠45☠
☠Halo☠

☠4☠

20.5K 3.1K 385
By AnisaVirgo12

⚠️Peringatan⚠️
Cerita ini tidak bermaksud untuk menyinggung atau mencemarkan nama baik dari berbagai lembaga tertentu.

Dan cerita ini tidak bermaksud untuk memojokkan profesi guru ataupun profesi yang berkaitan dengan dunia pendidikan🙏🏻

Ini semua murni karangan saya, imajinasi saya yang kemudian saya tuangkan dalam bentuk tulisan🙏🏻

Jadi saya harap tidak ada pihak yang tersinggung dengan cerita ini🙏🏻

Dan bagi kalian yang tidak nyaman dengan cerita ini saya harap stop membaca cerita ini karena saya tidak memaksa siapapun untuk membaca cerita yang tidak masuk akal ini.

Sekian Terimakasih.
____________☠Happy___Reading☠__________

Jam empat pagi, Angga bergegas, membangun kan Satrio dan juga teman-teman lainnya yang mungkin baru saja tertidur satu jam yang lalu.

"Kayak nya di luar udah ramai tuh. Udah pada mau mandi, ayo buruan ke bawah," ajak Angga yang masih kepikiran Joe.

Sherla terbangun disusul dengan yang lain nya yang secara kompak melirik jam dinding. "Hm. Lo aja deh yang pergi ke toilet bawah, gue mau di toilet atas aja," jawab Satrio.

"Yang mau ikut gue ke toilet bawah siapa?" tanya Angga.

"Gue," jawab Sherla. Mengangkat tangan sendirian.

"Ayo, bawa handuk sama baju. Gak mungkin kan lo dari bawah ke atas cuma pake handuk doang?" tanya Angga.

"Iya, iya," jawab Sherla.

Setelah itu, mereka berdua langsung bergegas pergi ke toilet bawah. Untung nya, toilet bawah masih sepi, di tambah bilik toilet Joe juga aman masih tertutup rapat.

Setidaknya masih ada dua jam tersisa untuk Joe bisa lepas dari kutukan tersebut. "Sher, lo mandi duluan gih. Biar gua aja yang ngejagain bilik Joe baru habis itu kita gantian."

Sherla mengangguk nurut, tanpa disuruh dua kali, dirinya bergegas mandi lebih dulu supaya Angga gak antre panjang nanti nya.

"Tolong buka," pinta Joe lemas.

"Sabar Joe," jawab Angga yang sama sekali tak terdengar oleh Joe.

Joe sudah menangis semalaman, dia haus mau minum. Buat denger suara orang pun Joe udah gak sanggup lagi, saking haus nya dia saat ini.

"Buka." Joe penakut, dia gak bisa diginiin.

Bahkan sedari tadi malam, Joe sudah berusaha semaksimal mungkin untuk berteriak dan juga mendobrak pintu agar ia bisa keluar.

Namun bukan nya bisa keluar, dia malah ditertawakan oleh penghuni-penghuni toilet. Ya, sial memang tapi mau gimana lagi? Nasi sudah jadi bubur.

Sebenarnya Angga juga tahu kalau Joe menangis semalaman di bilik toilet. Bahkan Angga juga tahu kalau Joe sudah berusaha mati-matian buat keluar dari dalam bilik, walaupun yang Joe terima hanyalah tertawaan dari para penghuni di sana.

Tapi Angga selalu bersyukur. Karena sepenakut apa pun Joe, dia gak pernah mau minta tolong sama hantu.

Joe bisa aja minta tolong sama hantu-hantu semalam yang ngetawain dia habis-habisan, tapi Joe gak begitu, karena dia masih inget sama perkataan Angga dan Angga senang karena Joe mau ngedengerin apa kata teman.

Lama kelamaan. Toilet semakin ramai, sedangkan Sherla masih mandi dan itu bikin Angga jadi bad mood.

Sherla keluar, "sorry lama. Tadi, gue ngeringin rambut dulu supaya baju gue gak basah."

Angga hanya bisa mengangguk pelan saat mendengar alasan dari Sherla yang terlampau lama di toilet.

Sherla melirik sosok yang sedari tadi sudah ikut antre di bilik toilet nya. "Hm. Sorry, Angga udah booking duluan, dia mau pake bilik toilet ini buat mandi," ujar Sherla.

"Ah, tapi kenapa dia berdiri disitu?"

"Dia jagain temen gue," jawab Sherla.

"Yaudah, sana mandi duluan. Tapi inget, jangan lama-lama, udah mau telat nih," jawab siswi tersebut.

"Thanks ya, gue gak akan lama-lama kok mandi nya," jawab Angga sebelum masuk ke toilet.

"Itu di dalem ada siapa sih? Kok lama banget mandi nya?" tanya salah satu siswa.

"Temen gue, dia lagi boker, lo semua kalau mau nunggu, di bilik yang lain aja, mumpung belum panjang antrian nya," jawab Sherla.

"Ih males banget bau tai, mending ngantri di bilik sebelah." Seketika, yang tadi nya ngantri di bilik Joe langsung pada pindah ke bilik lain dan itu jadi bikin Sherla jadi merasa sedikit lega.

Sedangkan di sisi lain, ada Satrio yang lagi turun ke lantai bawah buat ngecek keadaan Joe dan juga yang lainya.

"Sher, gimana? Udah beres?" tanya Satrio.

Sherla melotot, "apa sih, Yo! Gak jelas." Mulut Satrio kok gak bisa liat keadaan banget.

Di sana kan lagi ramai, nanti kalau pada mau tahu gimana? Kan berabe urusan nya.

"Mending lo diem aja deh. Gak usah banyak omong," balas Sherla ketus.

"Nih cewek kenapa kali, di tanya baik-baik kok malah ketus gini jawab nya," batin Satrio.

Karena Satrio lagi gak mau ribut, Satrio pun memilih untuk tetap diam dan ikut menunggu Angga yang masih asyik mandi di dalam toilet.

Sepuluh menit kemudian. Angga pun keluar dengan rambut yang masih basah. "Sher, lo ke atas aja, biar gue yang jaga nih bilik, tapi nanti turun lagi ya? Sekalian bawa air minum buat gue, soalnya gue haus," pesan Angga.

"Udah, kalian berdua ke atas aja, biar gua yang jaga nih bilik," kata Satrio berbaik hati.

Satrio gak mau Angga mikirin hal ini sendirian. Lagi pula, Satrio juga udah mandi kok, peralatan sekolah nya pun juga udah dia siapin, jadi gak ada masalah sama sekali buat dia nungguin Joe di sini.

"Serius?" tanya Angga masih gak percaya.

"Iya, asal jangan lama-lama," jawab Satrio.

"Thanks, bro!" senang Angga.

Akhirnya Angga dan Sherla bergegas pergi menuju kamar Asrama. "Itu ruangan apa?" tanya Sherla saat sampai di dalam kamar.

"Ruang rahasia," jawab Mila. Sebenarnya bukan ruangan rahasia sih. Lebih tepat nya, ada satu petak ruangan yang bisa mereka jadiin sebagai tempat ganti baju.

"Ternyata di belakang lemari ini ada ruangan kosong, jadi lemari nya gue pepetin aja deh ke sini," ucap Mila yang dengan bangga nya bisa mengatur posisi perabotan kamar.

"Jadi, kalian para cowok, kalau kalian mau ganti baju di sini aja biar kita para cewek ganti baju di ruangan rahasia itu," lanjut Mila.

"Yaudah, gue mau pake seragam dulu, sana pergi jangan di sini," usir Angga.

Para cewek yang sudah rapi pun bergegas keluar dari kamar asrama, membiarkan Angga berganti pakaian dengan penuh rasa tenang.

Gak butuh waktu lama-lama. Angga pun sudah siap dengan baju seragam sekolah nya.

"Gue mau ke bawah, nyusul Satrio," kata nya sambil memegang satu botol air minum buat dibawa ke bawah.

"Gue ikut," cicit Sherla.

Angga menggeleng, "rapiin dulu penampilan lo, gue bisa ke sana sendirian kok."

Sherla merengut kesal. "Hm, yaudah!" jawab Sherla bete.

Angga bergegas pergi ke toilet sendirian. Semakin lama, antrian di toilet semakin panjang dan itu jadi bikin Angga jadi gak bisa masuk.

"Ngantri sialan, jangan asal serobot," protes anak lain saat melihat Angga yang berusaha masuk ke dalam toilet.

"Woi lama amat! Sialan, gua dobrak juga nih pintu."

Satrio mendorong siswa tersebut. "Santai dong, gue aja nunggu dari tadi gak marah, woles aja."

"Stupid! lo udah rapi sedangkan gue belum."

"Bacot!" jawab Satrio.

Bugh. Siswa tadi menonjok wajah Satrio dengan penuh rasa kesal. "Pergi lo!" teriak siswa tadi.

Satrio menatap sinis siswa tersebut, "siapa lo?! Gue berhak ya make toilet ini, brengsek."

"Apa kata lo? Brengsek?! Lo kali yang brengsek!" Dan, terjadilah perkelahian hebat antara Satrio dengan siswa berandal tadi.

Keadaan semakin ricuh, mereka yang berada di dalam toilet semakin memperpanas suasana Satrio yang sudah terbakar api emosi.

Di sisi lain, Angga masih berusaha untuk memaksakan diri agar bisa masuk ke dalam toilet.

Aksel yang diam-diam sedang menunggu Joe di luar toilet lantas memutuskan untuk masuk ke dalam toilet tanpa sepengetahuan Angga.

"Woi apa-apaan nih?" teriak Aksel saat melihat Satrio lagi bikin babak belur anak orang.

"Ini juga apa-apaan sih?" pekik Aksel saat dirinya tak sengaja melihat Angga yang lagi asik berdiri sendirian, berupaya menghalangi pintu bilik toilet Joe supaya gak dibuka dengan cara membiarkan kaki-kaki manusia bajingan itu menendang kencang permukaan perut nya secara brutal.

Joe yang mulai tersadar dari kutukan nya, perlahan-lahan mulai bisa mendengar kembali teriakan dari luar bilik dan entah kenapa rasanya seperti sedih.

Aksel mendorong kencang orang-orang yang berusaha menendang perut Angga secara brutal.

"Woi! Kalau berani sini, lawan gue! Jangan pukuli dia, bastard!" pekik Aksel.

Sherla yang melihat kejadian buruk itu dari penglihatan nya lantas langsung menyuruh teman sekamar nya untuk segera turun ke bawah menyusul mereka bertiga.

Seumur-umur, baru kali ini Sherla nemuin orang yang sifat nya kayak Angga. Dia baik, selalu berusaha buat bantu orang lain tapi dia gak sadar kalau apa yang dia perbuat bisa berakibat fatal.

"Berhenti woi! Nanti yang ada kita semua dihukum sama pihak sekolah!" teriak Wira.

Seketika, semua orang terdiam. Mereka takut terkena hukuman yang sudah kepala sekolah janjikan untuk mereka yang tak mau menuruti peraturan sekolah.

"Lo gak papa?" tanya Mila yang langsung membopong tubuh Angga begitu saja dibantu oleh Sherla.

"Joe masih ada di dalem," lirih Angga sambil menahan rasa sakit di perut nya.

Sherla melirik jam tangan. "Masih jam lima lewat sepuluh," mereka masih gak di izinin buat buka bilik toilet itu.

"Gue harap kalian tenang, biar kita gak dapet hukuman." Wira sengaja menekan kata hukum supaya mereka semua takut dan mau menuruti apa kata dia.

"Sial emang! Itu bilik pasti gak ada orang. Dari tadi gua tungguin, masa hening gak ada suara sama sekali. Daripada kita nunggu lebih baik dobrak aja pintunya," kompor siswa tadi.

Wira menahan emosi. Dia gak boleh marah, karena orang-orang di sini gak tahu, ada apa dibalik toilet ini.

Dengan terpaksa, Wira memanggil para hantu untuk menampakkan diri, supaya para hantu itu menakut-nakuti mereka semua yang masih mau bertahan di bilik toilet ini.

"Hihihi," kuntilanak yang sudah kepo dari tadi lantas langsung muncul di hadapan mereka saat mendapatkan panggilan.

"Ngrok, ngrok," pocong pun tak mau kalah. Dia juga datang untuk menakut-nakuti mereka.

"Tolong! Ada hantu!" Semua orang berhamburan pergi, keluar dari dalam toilet. Bahkan, yang lagi mandi pun jadi ikut-ikutan kabur saking takut nya dia mendengar teriakan ada hantu.

"Woi ada hantu! Lari!"

Angga tertawa geli "kenapa gak dari tadi aja sih ya, kita pakai cara ini? Kan enak, jadi pada langsung pergi sendiri tanpa harus kita usir."

Satrio mendesis, "otak lo emang lelet banget, gak ke pake lah otak lo kalau lagi panik gini."

Angga mendengus tapi perkataan Satrio ada benar nya juga, karena dia emang paling gak bisa mikir kalau lagi panik.

Sekarang waktunya Wira buat mengusir para hantu-hantu jelek itu. Jahat memang, tapi mau gimana lagi? Dia udah gak butuh hantu-hantu itu.

"Joe, ini kita. Lo tahan sebentar lagi ya, jangan nyerah ok?" teriak Mila.

Gue tahu, kalian pasti bakalan bantuin gue, tapi kenapa pintunya gak dibuka?" tanya Joe lemas.

Aksel menendang kesal pintu toilet sebelah, "sabar Joe! Kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Jadi mendingan lo duduk manis aja di dalam sana, jangan nangis-nangis lagi, apa lagi sampe ngabisin tenaga."

Aksel tahu kalau Joe udah lemas banget, makanya dia minta Joe buat tetap diam di dalam sana, supaya Joe gak makin lemes.

Sepuluh menit kemudian, para murid yang tadinya kabur gara-gara ketakutan pun kini mulai kembali lagi ke dalam toilet.

Karena ada nya sebuah paksaan yang mengharuskan mereka semua untuk mandi, supaya gak bau waktu di sekolah nanti. Mereka harus mengesampingkan rasa takut.

Namun, kali ini semua nya tampak begitu tenang dan damai seperti sediakala. Marena kali ini mereka semua gak berani lagi buat bikin keributan di sini.

"Oh iya, ini gue bawa stiker tulisan toilet rusak, tempel di sini aja sekarang," bisik Putri.

"Ih, itu gak gede. Yang ada, nantu pada ngira kalau ini cuma stiker doang," jawab Mila.

"Di kamar ada banner toilet rusak dapet gua bikin sama Angga semalem, ambil sana," ucap Satrio pada Aksel.

Aksel bergegas pergi, karena satu-satunya orang yang lari nya cepet di sana cuma dia, gak ada yang lain.

"Gimana keadaan Angga?" tanya Ira saat Aksel sampai di asrama.

Aksel tersenyum sinis "kenapa? Naksir lo sama dia?"

"Apa sih? Gue kan cuma pengen tau doang. Tadi, kata Sherla, Angga lagi dalam bahaya makanya gue nanya ke lo," jawab Ira.

"Bener tuh kata Ira," timpal Zahra.

"Yang ada dalam bahaya bukan cuma Angga doang, udahlah jangan banyak nanya, gue lagi sibuk." Aksel mencari-cari banner yang Satrio maksud tadi.

Setelah menemukan banner bertuliskan bilik toilet rusak itu, Aksel pun langsung bergegas lari, pergi ke bawah dengan perasaan campur aduk. Dan Aksel pun, kembali dengan cepat.

"Pasang nya nanti aja, di sini masih ramai," bisik Putri sambil mengambil banner dari tangan Aksel.

"Yaudah nanti aja, biar gak ada yang curiga," jawab Aksel pelan. Waktu semakin dekat ke arah jam enam pagi, tak terasa, lima menit lagi mereka diizinkan untuk membuka pintu bilik toilet Joe.

Mila yang udah bete nunggu, pada akhirnya kepikiran soal sarapan, apalagi pelajaran jam pertama akan segera dimulai di jam tujuh pagi.

"Put, lo sama gue pergi ke kantin aja yuk? Kita pesan makanan dulu takut nanti kelamaan di sini," ajak Mila.

"Kita kan masuk jam tujuh, masa iya sih, gak sarapan dulu?" sedih Mila. Putri mengangguk setuju, "gue sama Mila pergi dulu ya?" pamit nya.

"Gue ikut, Sherla juga ikut," kata Satrio.

"Terus gua, Wira sama Angga gimana?" tanya Aksel jengah.

"Tungguin si Joe lah," jawab Satrio.

"Asem. Yaudah sana pergi, tapi lo jangan lupa ya ambilin makanan buat kita bertiga ya," titip Wira.

Sherla meraih jemari Angga."Gue mau di sini aja sama Angga," cicit Sherla.

Aksel menatap Sherla datar. Kenapa sih cewek-cewek yang satu kamar sama dia, perhatian banget sama Angga?

"Udah, lo ikut mereka aja, kita di sini udah ramai," jawab Angga. Lagi-lagi, Sherla hanya bisa menurut pada perkataan Angga.

Sherla tertunduk lesu. "Ayo pergi, nanti kita gak kebagian makanan lagi," ajak Sherla.

Putri tahu kalau Sherla gak mau jauh-jauh dari Angga tapi mau gimana lagi, Angga gak peka.

Sekarang sisa dua menit lagi dan Aksel udah gak sabaran ingin dobrak bilik toilet ini.

Joe juga udah gak bersuara, kayak nya dia pingsan duluan gara-gara haus sama kecapean bekas nangis semalaman.

Wira pun udah siap mau nendang pintu bilik toilet Joe. Persetan sama orang lain yang masih nunggu buat mandi karena bangun kesiangan. Yang jelas, Wira mau dobrak pintu ini.

"Tendang," teriak Angga saat jam menunjuk kan pukul jam enam pagi. Bruak.

"Joe bangun Joe!" Wira menampari wajah Joe.

Yang lain hanya bisa pelanga-pelongo saat melihat Wira dan juga Aksel ngebopong tubuh Joe yang udah keliatan lemah tak berdaya.

Sedangkan Angga, dia berjalan tergopoh-gopoh di belakang mereka sembari menahan rasa sakit di bagian perut nya yang masih terasa nyeri.

"Argh, gue gak bisa naik, perut ga keram." Angga terduduk di bawah tangga sambil terus memegangi perut nya.

Entah kenapa, Aksel malah jadi ikut perhatian sama Angga kayak cewek-cewek yang ada di kamar asrama nya. Padahal sebelum nya dia udah ada niatan buat cuekin Angga hari ini.

"Tunggu di sini sebentar, gue mau manggil Ira dulu," kata Aksel sambil menuruni tubuh Joe di bawah tangga sebelum pada akhirnya langsung berlari begitu saja menuju kantin.

Wira berusaha sabar, "emang nya bener ya si Ira lagi di kantin?" tanya Wira ke Angga.

Angga tersenyum, feeling Aksel buat nolongin dia tulus, jadi langkah kaki Aksel gak bakalan salah, "iya, Ira ada di kantin sama anak-anak."

Wira melongo tak percaya. "Keren, udah kayak cenayang aja kalian berdua." Diam-diam Wira lagum sama Angga yang bisa dibilang anak indigo sungguhan.

Wira juga mau punya kemampuan kayak Angga yang mungkin banyak kelebihan nya, tapi Wira juga bersyukur sama Tuhan karena sudah kasih dia kelebihan yang juga gak kalah spesial, walaupun kemampuan yang dia punya dimiliki juga sama Angga.

"Buruan, Angga sekarat," Aksel menarik tangan Ira agar ikut berlari bersama nya.

Sherla yang gak sengaja mendengar perkataan dari Aksel barusan lantas ikut menyusul.

"Lo gak papa kan, Angga?" cemas Sherla.

Putri membiarkan Sherla pergi. "Selain Sherla siapa lagi yang suka sama Angga?"

Zahra kepeselek. "Aduh, lo ngomong apa sih? mending kita makan," jawab Zahra gugup.

Putri menatap Zahra curiga, "jangan-jangan lo lagi yang suka sama Angga," tuduh Putri.

Zahra gelagapan, "sotoy, lo!" jawab Zahra cepat supaya Putri gak salah paham sama dia.

"Hm, mencurigakan," gumam Putri.

Sedangkan di sisi lain Aksel, Ira dan Sherla sudah sampai di lokasi. Ira menatap Angga cemas, "mana yang sakit?"

Angga menggeleng, dia mau Ira urus Joe dulu baru urus dia, karena Angga merasa masih bisa sanggup buat menahan rasa sakit ini jadi gak ada masalah kalau Joe diprioritaskan.

"Lo dulu aja deh yang diobati, nanti kalau udah sembuh lo sendiri yang obatin Joe," jawab Ira.

Aksel tahu kalau Angga bisa mengobati diri dia sendiri. Cuma kalau kondisi nya lagi terluka parah kayak begini, mana bisa dia fokus?

"Udah. Lo aja dulu yang diobati daripada nyeri terus," balas Aksel ke Angga.

"Yaudah," Angga gak ada pilihan lain selain berkata iya.

kini, Ira pun, mulai menekan perut Angga dengan mata terpejam sedangkan Angga sendiri menahan rasa sakit yang begitu luar biasa di bagian perut nya.

Tendangan mereka memang bukan main kencang nya, bahkan sampai sanggup bikin Angga mimisan parah kayak begini. Padahal, cuma perut Angga yang ditendang,tapi kenapa semua badan terasa sangat sakit.

"Tahan." Ira berusaha untuk fokus dan tetap dalam bacaan nya yang hanya terucap dalam hati.

"Akh." Sherla menggenggam jemari Angga "Gue ada di sini buat lo." Angga meringis kesakitan, entah sejak kapan Sherla sudah berbeda di dekat nya dengan raut wajah yang tidak bisa berbohong bahwa dia sedang benar-benar merasa sangat khawatir.

Ira makin menekan pelan rasa nyeri diperut Angga yang perlahan-lahan mulai hilang, darah yang sedari tadi mengalir dari hidung pun kini berhenti.

"Sssssh."

Ira tersenyum puas, "sorry, cuma lo doang yang bisa sembuhin Joe. Kemampuan gue belum bisa sampai sana Angga."

Sherla berdecak kesal mendengar perkataan Ira. "Gimana sih? Lo punya kemampuan tapi gak bisa diandelin! Kan kasian Angga. Baru juga sembuh eh langsung disuruh ngobatin orang, nanti kalau tenaga dia terkuras gimana?" omel Sherla.

Angga menatap Sherla gemas, "gue bisa kok, ayo bantu gue angkat Joe ke atas," pinta Angga pada Wira dan juga Aksel.

Akhirnya Wira dan Aksel pun kembali membopong tubuh Joe yang sudah begitu kaku dan juga pucat pasi.

Sherla mendesah frustrasi, "gue cuma gak mau lo kenapa-kenapa lagi Angga," batin Sherla.

________________


Makasih banyak buat kalian yang udah mau baca Death School 🙏🏻
Maaf karena masih banyak Typo🤧

Selamat menunggu kelanjutan dari cerita ini.











Continue Reading

You'll Also Like

700 153 36
Setelah sebuah wabah yang melanda, sebagian besar manusia pun telah berubah menjadi sesosok makhluk yang di namakan zombie yang memangsa manusia,hing...
37.2K 2.6K 22
Sekelompok remaja pergi ke sebuah desa untuk berlibur. Desa yang terkenal dengan para pianisnya. Awalnya semua berjalan dengan baik - baik saja, hing...
272 58 7
Melalui jendela virtual mereka saling berikrar kasih pada cinta yang datang, hingga memeluk bahagia tatkala melangkah bersama. Seorang Lifyara Maulan...
1.8K 344 32
"Your heart turned my life into a folktale." >>> Ketika balerina paling cantik di Kota Ador bernama Kahi Rosemary mengasingkan diri, bersembunyi dan...