He's Dangerous

By wanodyakirana

9.9K 2.1K 7.1K

[Mature Content] "Jung, kau memang berbahaya." Nyatanya, Jeon Jungkook memang sinting. Lebih dari apa pun, Le... More

1. Comfort
3. Risk
4. The Plans That Failed
5. Circulation Of Money
6. Jungkook is Back
7. The Quandary
8. Who is He?
9. Hiraeth
10. Craftiness
11. Tacenda
12. Bamboozle
13. Strange
14. Peace Agreement
15. Decero: Start From Zero
16. Bae Soora's Death
17. Hidden Facts
18. Leira Becomes A Suspect
19. He's Dangerous
20. Traitor's Neighbor
21. The Right Hand
22. Feeling Relieved
23. The Last Wedding Gift
24. Now It's All Over
25. Wherever I May Go

2. Treason

815 184 479
By wanodyakirana

"Aku sudah mengirim pesan pada Jung, jika nanti pulang terlambat," jelas Leira. Wanita itu merebahkan tubuhnya di ranjang, pun melempar ponsel yang entah arahnya ke mana.

Hari ini seluruh waktu senggang yang dimiliki Leira, telah ia habiskan bersama Jimin di flat pria itu—dari pagi hingga petang. Jangan tanya apa yang mereka lakukan. Jimin menaikkan resleting celananya, memakai kaos singlet, dan duduk di tepi ranjang. Sedangkan Leira, tengah membenarkan rambutnya yang agak berantakan. Tidak perlu diperjelas, sudah pasti Jimin malam ini merindukan tubuh kekasih gelapnya.

"Ada alternatif lain supaya kita bisa pergi bersama, secepat mungkin." Jimin menarik napas. "Ini ide gila, sih. Meracuni Jungkook contohnya."

Atensi Leira teralihkan, matanya terbelalak lebar. "Jangan seret aku masuk ke jeruji besi, Jim. Lagi pula alternatif sintingmu resikonya terlalu besar."

Jimin berjalan ke bufet di samping Leira. Mengobrak-abrik setiap laci, mencari beberapa benda yang sudah dia siapkan sejak dua hari lalu. Jimin sudah memikirkan matang-matang tentang alternatif yang dia maksud. Jimin juga sadar merencanakan alternatif sinting ini.

"Racun Arsenik."

"Serius, kau mau melakukan ini? Jim, resikonya ...."

Jimin menjentikkan jari. "Masalah mudah."

"T-tapi ... nanti ...." Jujur, Leira takut.

"Kalau kau mau bersamaku, ini satu-satunya cara untuk menghilangkan Jungkook dari bumi, Sayang." Jimin mencoba membujuk Leira yang masih bimbang. Pria itu mengusap pelan bahu Leira, segala celotehan dia udarakan demi Leira mau melaksanakan alternatif sintingnya.

Jimin merasa Leira sudah yakin, makanya dia menjelaskan tentang racun arsenik sekaligus akibat jika seseorang menelannya. Sekalinya ditelan akan terjadi muntah darah yang parah, pun racun ini akan merusak sel-sel dalam tubuh. Kemungkinan besar, siapa pun yang menelannya akan mati setelah beberapa jam karena organ dalam rusak.

Racun ini spesial, jika orang tersebut meninggal lalu diautopsi, maka akan dinyatakan meninggal akibat penyakit yang dia derita karena serapan dosis yang sedikit. Kalau dicampur dengan wine, siapa pun tidak akan menyadarinya. Poin terakhir, jika sudah mati, tinggal berakting seolah tidak terjadi apa-apa, besoknya lapor polisi, dan semuanya akan berakhir.

Agaknya Leira skeptis terhadap penjelasan Jimin. Meskipun nanti berhasil, tidak menentu semuanya akan berakhir dengan mudah. Namun, Leira tidak punya alasan lain untuk menolak.

"Racunnya sudah kucairkan di dalam botol suntik ini. Nanti, belilah wine dulu dan suntikkan racun ini ke dalamnya. Jangan pernah sesekali menyentuhnya, atau tanganmu akan panas." Jimin mengingatkan. Dia mencium bibir Leira sekilas, sebelum wanita itu pergi dari pandangannya.

"Hmm ...." Leira memeluk hangat tubuh Jimin, dan pergi.

***

The Jell

Toko dari segala macam wine yang sering kali dikunjungi banyak orang yang terletak di Itaewon ini, menjadi tempat Leira memijakkan kaki sekarang. Wanita itu menebar pandangannya ke berbagai macam sisi. Banyak sekali berbagai macam wine di sini. Lumayan susah mencari wine favorit Jung sepanjang masa.

Ah, rupanya wine yang Leira cari ada di sudut rak paling ujung. Decero, itulah wine yang Jung sukai.

Entahlah, sekarang Leira jadi tidak sabaran. Mempercepat waktunya untuk segera pulang ke rumah—mengajak Jung minum berdua, menikmati malam terakhir mereka.

Di tengah jalan, Leira berhenti. Mengambil bungkusan coklat yang berisi wine sekaligus bungkusan hitam yang tadi diberi Jimin. Usai memakai sarung tangan, Leira menyuntikkan dua tetes racun arsenik ke dalam wine yang ia pegang. Sebenarnya, Leira juga sedikit merasa bersalah telah melakukan ini. Anggap saja; drink to heaven.

Leira menarik napas panjang. Ia harus menghilangkan rasa takut sialan ini, atau semua rencananya gagal total karena ia tidak punya keberanian untuk meracuni Jung. Untuk sementara Leira akan mengontrol ekspresinya begitu bertemu Jung nanti, agar suaminya tidak menaruh rasa curiga.

Belum apa-apa tangan Leira sudah gemetar saat memegang gagang pintu. Rasanya ingin sekali menghujat diri, karena tak bisa mengatasi rasa takut nan gugup ini.

Leira menghela napas. Ia memberanikan menarik gagang pintu. "Sayang ... aku pula—ahh!" teriaknya menggelegar. Sangat terkejut dengan yang dilihatnya.

Spontan ia memutar langkah, bergegas mencari keberadaan Jung di mana. "Jung? Sayang? Kau di mana?!" Dari kamar, dapur, hingga taman belakang, tapi hasilnya nihil. Jung tidak ada di rumah.

"JUNGGG!" Sialan. Leira hampir sesak napas rasanya. Wanita itu berhenti sejenak, duduk di sofa sambil memandangi darah yang bersimbah tepat di depan pintu. Darah sebanyak itu, darah milik siapa? Jangan bilang ... Jung ditusuk orang dan dibawa pergi.

Sumpah. Pikiran Leira ke mana-mana. Ia tidak bisa tenang setelah melihat darah sebanyak itu. Ia tidak berani mendekat, apalagi menyentuh tempat kejadian perkara—karena takut dikira tersangka. Untung saja ia sudah melapor polisi beberapa detik lalu. Semakin cepat polisi datang, semakin cepat kasus tertangani.

Sekilas, netranya menangkap sebuah kertas yang terletak di samping vas bunga. Setelah membaca isinya, mulut Leira ternganga lebar.

Jika suamimu ingin selamat, silahkan kau tebus dengan 10 milliar. Jangan pernah melapor ke polisi, atau suamimu akan mati!

D01

Leira mendengkus kasar. Pupus sudah ia mengharapkan 10 milliar dari Jung. Kini ia harus mencari uang yang sama untuk menebus suaminya? Cobaan apalagi ini, ya Tuhan? Leira ini sudah miskin, lalu ditambah beban lagi, dan akan bertambah miskin.

Leira tidak punya uang sebanyak itu. Ditabungan hanya ada nominal puluhan juta, itupun tidak cukup menebus Jung. Masalahnya, ia juga sudah melapor polisi. Kalaupun laporannya ditarik, itu akan merumitkan segalanya.

Kalau dipikir-pikir, suaminya jago bela diri, mana ada orang yang berani menculiknya. Namun, di sisi lain, hal itu mungkin terjadi karena Jung mempunyai musuh. Jung belum bisa melunasi hutang perusahaannya, pasti mereka yang melakukan rencana penculikan suaminya. Mungkin, opsi kedua; Jung dibius lebih dulu dan dibawa pergi mereka.

Sepersekian menit berikutnya, beberapa detektif sekaligus polisi tengah mengamati semua ruangan rumah Leira. Mereka mengambil sempel darah, memotret beberapa tempat, sampai memeriksa semua benda supaya dapat menemukan petunjuk.

"Bu, jangan khawatir. Kami akan membantu sebisa mungkin, sisanya kami akan bereskan." Jay Park, selaku detektif yang menangani kasus ini.

Leira meremat tangannya. "Mohon bantuannya." Lalu, Leira mengambil sepucuk surat di dalam saku celananya, dan memberikan pada Jay. Ia tidak punya pilihan lain, selain Jay harus membaca surat ini.

"Selain ini, tidak ada petunjuk lain?" Leira menggeleng, ia sangat gelisah.

"Lalu, uang sepuluh milliarnya, sudah Anda siapkan?" Jay menarik napas. "Jika anda memberitahu nomor rekening anda, maka kami akan mengeluarkan dokumen resmi untuk menangani kasus anda."

Leira segera naik ke atas guna mengambil buku rekening milik Jung. Ia mencari di laci dalam lemari, untung saja Jung tak pernah memindahkan buku rekening ini di manapun. Wanita itu segera turun, memberikan rekeningnya pada Jay.

Sementara Jay, membolak-balikkan rekening yang diberi Leira. Dia mengerutkan kening, satu alisnya terangkat, pun menatap Leira sulit diartikan. Leira yang penasaran, sedikit mengintip isi rekening milik Jung. Betapa terkejutnya, saat ia mengetahui 10 milliar ternyata saldo di dalam rekening Jung.

Jay mengembalikan buku rekening pada Leira. "Darahnya sangat banyak, namun kami tidak menemukan adanya perlawanan dari korban."

"Biasanya, kasus penculikan seperti ini banyak dilakukan oleh orang sekitarnya, karena ada tujuan tertentu yang belum tercapai," celetuk Han, selaku asisten Jay.

Leira menundukkan kepala yang membuat Jay menatapnya curiga. Wanita itu diam saja, takut salah bicara. Namun, diamnya, mengundang kecurigaan orang lain. "Kapan terakhir kali bertemu suami anda?"

"Saat dia berangkat kerja tadi pagi, lalu dia kembali karena dompetnya tertinggal. Setelah itu, kami tidak bertemu lagi."

"Ada yang suami anda khawatirkan?" tanya Jay mengintimidasi.

Leira berpikir keras tentang pertanyaan Jay. Ia tidak berhenti meremas ujung baju saking gugupnya. Pikirannya tertuju pada pagi tadi tentang persoalan pinjaman uang yang Leira ajukan pada Jung. "Tidak ada sama sekali." Tentu saja, Leira berbohong.

Jay berjalan menghampiri samping pintu karena dia melihat ada paper bag coklat yang tergeletak. Saat hendak mengambilnya, Leira lebih dulu menengahnya. Hampir saja ... bahaya menghampiri wanita itu.

"Maaf, saya boleh tahu isi paper baginya?"

"Itu hanya a-ada sebotol wine. Rencananya, kami malam ini mau minum." Leira menunjukkan isi paper bag yang dipegangnya. "Saya tinggal dulu ke atas. Kalau ada apa pun, jangan sungkan memanggil saya." Setelah mendapat anggukan dari Jay, Leira segera pergi dari lantai bawah ini.

Leira menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Hari ini benar-benar hari yang sulit diprediksi; dimulai dari Jimin yang merencanakan alternatif sinting, hingga hilangnya Jung yang meninggalkan banyak darah dan sedikit petunjuk. Solusi terbaik, Leira perlu mengadu pada Jimin.

"Jim, bagaimana ini?"

Jimin malah tersenyum sumringah. "Rencana kita pasti berhasil, kan? Jung sudah mati?"

Leira mendengkus kasar. "Bukan itu, bodoh! Jung diculik, dan meninggalkan banyak darah di depan pintu. Sekarang rumahku penuh dengan polisi. Aku harus bagaimana ini?"

"Okay, okay, jangan panik. Kenapa Jung bisa diculik? Kau pulang tadi menemukan keberadaannya atau tidak?"

"Kalau tadi aku tahu kenapa Jung bisa diculik, tidak mungkin aku meneleponmu. Saat polisi memeriksa juga, mereka bilang tidak ada tanda-tanda perlawanan," kata Leira sambil menggigit jari kukunya.

Alis Jimin menyatu. "Sumpah, ini terasa janggal. Mana mungkin Jung semudah itu diculik orang jika dia pintar bela diri, kan? Lagi pula tidak mungkin dia tidak melawannya, kecuali jika dia dibius lebih dulu."

"Aku juga memikirkan hal yang sama."

"Jadi, sekarang kau tetap berakting tidak tahu apa pun. Jangan lupa untuk membuang wine berisi racun itu, kalau tidak kita akan berakhir di jeruji besi."

"Iya. Sudah dulu."

Sesuai instruksi dari Jimin, Leira bergegas ke kamar mandi untuk membuang isi wine. Lalu, mencuci ulang sebanyak 3 kali supaya benar-benar bersih. Sewaktu-waktu Jay meminta botol wine itu, Leira bisa memberikan tanpa merasa gundah. Semuanya sudah beres, tinggal Leira mencari tempat untuk menyembunyikan botol kaca ini.

Agaknya, di bawah kasur pilihan yang tepat. Makanya, Leira menempelkan botol kaca itu di langit-langit ranjang, dan diberi perekat sebanyak mungkin agar tidak mudah jatuh. Pun, setelahnya, Leira memutuskan tidur nyenyak.

***

Jay memeriksa garasi mobil Leira. Dia membuka bagasi mobil Jung dan Leira. Mata Jay memincing saat melihat cipratan darah di bagasi mobil silver yang tak lain milik Leira.

"Sonbae, kau pernah dengar tidak, jika suami Bu Leira adalah anak konglomerat? Katanya sih, dia mendapat banyak warisan dari orangtuanya sebelum meninggal. Nominalnya tidak tanggung-tanggung," jelas Han, menampilkan raut wajah terkejut.

"Nominalnya berapa? Lima puluh milliar?" Jay jadi penasaran sendiri. Jujur, dia belum pernah mendengar masalah ini.

Han menggeleng. "Kalau tidak salah sih, lima ratus milliar. Tapi, sekitar empat ratus lima puluh milliar disumbangkan oleh orangtuanya ke panti asuhan, dan orang-orang miskin di daerah Busan, Daegu, Seoul, sama tempat-tempat terpencil lainnya. Sisanya digunakan dia untuk merintis perusahaan dan membuka bisnis restoran istrinya." Jay ternganga lebar mendengar penjelasan Han. Setelah mengetahui jika uang sebanyak itu disumbangkan, Jay melunturkan kekagetannya.

"Menurutku; penculik ini menginginkan uang banyak dari korban setelah dia mengetahui jika si korban tertimpa banyak warisan," opini Jay.

"Kita masuk dulu saja, menanyakan tentang percikan darah ini ke Bu Leira, Sonbae." Han mengajak Jay masuk ke dalam menemui Leira. Rupanya wanita itu sudah duduk tenang di sofa ruang tamu. Mereka langsung menghampiri wanita itu, duduk di depannya.

"Kami menemukan percikan darah di dalam bagai mobil berwarna silver. Sepertinya, darah ini milik suami anda. Kalau boleh tahu, mobil silver itu milik siapa?" tanya Jay pelan.

Leira membasahi bibir bawahnya. "Mobil silver itu milik saya. Jangan bilang, jika kalian menuduh saya karena kalian menemukan percikan darah Jung di mobil saya."

"Kami hanya bertanya, tidak bermaksud menuduh anda, Bu," timpal Han. Dia malah menaruh curiga berlebih terhadap wanita di depannya ini. Belum sempat Leira menjawab, bel rumah berbunyi. Memaksa Leira beranjak dari sofa dan membukakan pintu. Ternyata Dalmi datang dengan suaminya.

"Leira, ada masalah? Kenapa banyak mobil polisi di depan rumahmu?" Dalmi penasaran.

Leira menggeleng. Ia harus menutupi masalah yang terjadi, karena ini terlalu privasi. "Tidak ada apa-apa, kok. Kalian ada perlu apa?"

"Kami mau mengundangmu sekaligus suamimu untuk makan malam. Oh, ini suamiku yang pernah kuceritakan kemarin." Leira hanya tersenyum canggung. Dalmi kembali menyambung, "Tadi saat melihat kotak surat, aku tidak sengaja menemukan amplop yang ditujukan untukmu. Makanya, aku mengantar ke sini."

Dalmi dan Taehyung melambaikan tangan. "Kami pergi dulu." Leira juga melambaikan tangannya.

Leira masuk ke dalam rumah dengan keadaan bingung. Ia meneliti surat itu, hendak membukanya. Namun, Jay lebih dulu melarang, karena Leira belum menggunakan sarung tangan. Saat amplop itu terbuka, hal pertama kali yang ia lihat adalah tulisan D01.

Sayang sekali, anda melapor polisi. Saya tidak menerima toleransi, sebentar lagi suamimu akan mati.

D01

Leira memberikan suratnya pada Jay agar detektif itu membacanya. Sementara itu, saat merasa dalam amplop ini ada isinya, Leira membalik amplopnya, pun suatu benda kecil jatuh berlumuran darah yang mengering. Leira syok, matanya memerah, hampir menangis. Seakan tenggorokannya tercekat, ia tidak bisa berkata apa-apa. Leira tak tega melihat jari kelingking kaki suaminya terpotong.

Han langsung mengenakan sarung tangan, pun mengambil jari kelingking itu dan memasukkannya lagi ke dalam amplop.

Sampai saat ini pun—Leira masih syok, ia tak tahu harus berbuat apalagi selain merapalkan doa demi keselamatan suaminya. Agaknya, penculik ini tidak main-main dengan semua isi suratnya. Sekarang saja sudah diberi kaki bagian jari kelingking. Lalu, besok Leira akan diberi anggota tubuh mana lagi?

Pikiran Leira harus bisa tenang dulu, ia tidak boleh terlihat lusuh seperti ini. Ia harus segera pergi ke restoran untuk menengok sebentar para karyawannya. Berakhirlah Jay dan Han mengantarkannya ke restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.

"Selamat siang, Bu," sapa beberapa karyawan Leira.

Leira memperkenalkan Jay dan Han sebagai detektif kepada para karyawannya. "Bekerjalah seperti biasanya. Anggap mereka pelanggan, dan layanilah sesuai mereka inginkan." Leira pergi ke ruangannya di lantai atas.

"Silahkan dinikmati." Jimin menyuguhkan dua steak panggang, dan satu botol tequila. Lalu, Jimin pergi ke atas untuk melayani pelanggan lainnya juga, sekaligus menyusul Leira.

"Selamat, Sayang," kata Jimin sesudah memasuki ruangan.

"Apa, Jim? Selamat apanya?"

"Karena Jung tidak akan pernah kembali," jawabnya santai.

"Jangan sinting. Aku masih berharap Jung kembali."

Jimin memutar bola matanya. "Tumben sekali. Padahal dulu kau mati-matian ingin lepas dari Jung. Sekarang sudah lepas, kenapa ingin kembali lagi?"

"Diam! Jangan membahas ini! Aku pusing, Jim."

Jimin menarik napas, lalu tersenyum samar. "Mari kita hilangkan pusingmu dengan bermain di sini selama lima belas menit."

Jimin langsung mengecup bibir Leira, dan duduk di atasnya. Leira hendak menolak, bahkan lari dari jeratan Jimin. Sayangnya, tenaganya tidak terlalu kuat untuk mendepak Jimin dari pangkuannya. Mau tidak mau Leira harus menuruti Jimin selama lima belas menit. Sialan memang, Jimin selalu mengajak di situasi yang tidak tepat.

Selesai urusannya dengan Jimin, Leira turun ke bawah sebelum ada seseorang yang memergokinya berselingkuh di atas. Betapa terkejutnya Leira saat menemukan presensi Jay sudah menaiki tangga. Untung saja Jimin masih di dalam ruangannya. "Kita bahas di bawah saja," ajak Leira.

Jay mengangguk. Namun, ia malah menyelinap masuk ke dalam ruangan Leira setelah wanita itu turun ke bawah. Jay penasaran dengan Jimin yang tak kunjung kembali. Dia melihat seluruh ruangan, tapi tidak menemukan apa-apa. Akhirnya, Jay turun menyusul Leira.

Untung saja Jimin sudah antisipasi jika ada seseorang yang akan datang. Makanya, dia bersembunyi di bawah meja.

Saat Leira menyalakan laptop, dan membuka website untuk mencari sesuatu, ia tak sengaja melihat salah satu postingan di discover yang memperlihatkan foto pernikahan seorang pasangan. Leira penasaran, lalu membuka postingan itu. Sumpah, hari ini ia sudah dibuat terkejut berapa kali, sih?

Itu foto pernikahannya bersama Jung. Namun, wajah Leira diburam secara sengaja. Deskripsinya juga sangat tidak pantas untuk dibaca. Intinya; menjelekkan nama Leira karena ia sudah mencampakkan suaminya. Membuat banyak warga Korea juga ikut berkomentar pedas.

Oh, yang benar saja, Leira harus menjadi bahan hujatan banyak warga Korea?

"Sial, kenapa jadi begini, astaga?" umpat Leira, sangat kesal.

"Kami akan membantu melacak siapa yang mengunggah berita ini, Bu," sahut Jay. Semakin lama, masalah semakin rumit dan sulit dipecahkan. Agaknya, si penculik mau bermain-main dulu sebelum ditangkap.

Continue Reading

You'll Also Like

4K 584 4
[ᴅᴇᴡᴀsᴀ 21+] ʜᴀɴ sᴏᴏᴊᴀᴇ ʙᴇsᴀʀ ᴅᴀɴ ᴛᴜᴍʙᴜʜ ᴅɪ ᴅᴀʟᴀᴍ ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴋᴇʟᴜᴀʀɢᴀ ʏᴀɴɢ ᴋᴏʟᴏᴛ. ʜɪᴅᴜᴘɴʏᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴛᴀᴛᴀ sᴇᴅᴇᴍɪᴋɪᴀɴ ʀᴜᴘᴀ, ʙᴇɢɪᴛᴜ sᴇᴍᴘᴜʀɴᴀ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴄɪᴛʀ...
5.4K 497 8
Cerita pendek kedua-ku😁 pemerannya yaitu Taehyung dan So Hyun. Untuk tau cerita lengkapnya, baca aja yuk ceritanya😉😉 Jangan lupa buat Vote dan Com...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

329K 17.3K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
288 54 7
Sepenggal kisah rumit dan pelik antara Jean dengan laki-laki bernama Taehyung. 100% murni tulisan tangan author