Tell Me Why â–Ş Park Jihoon

De arin-a

2.7K 596 140

Semuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipili... Mais

•Prolog & Cast•
01 • First Meet, Isn't?
02 • Please, Save It
03 • Have Been Chosen
04 • Crazy Thing Called 'Cooperation'
05 • Rendezvous
06 • How Can I?
07 • Special Request
08 • Who is She?
09 • The Special Day
10 • Moving
11 • Heol
12 • Get Closer
13 • No Regret
14 • What is it?
15 • Thank You
16 • Present
17 • Last Forever?
18 • Go Public
19 • How to Protect Her
20 • Fight
21 • The Cure
22 • Something Goes Wrong
23 • Promise
24 • I'm Fine
25 • ToGetHer?
26 • At least, Try
27 • Nighty Night
29 • About You
30 • Quotes & Mith
31 • Br(OK)en Kiss

28 • Somewhere in Between

59 8 0
De arin-a

Hampir pagi menjelang, gadis berambut sepunggung itu tersentak dan membuka matanya. Ia baru sadar, dirinya tertidur di tempat yang tidak seharusnyaㅡtidak sesuai kesepakatan. Mendapati Jihoon yang masih tertidur di posisi semula, tanpa pikir panjang lagi Sera berjingkat memindahkan tubuhnya ke kasur. Ia enggan merasa tidak enak pada Jihoon jika nantinya, lelaki itu tahu Sera melanggar kesepakatan.

Tepat pukul tujuh, giliran Jihoon yang terjaga. Ia tersenyum simpul mendapati Sera telah berpindah tempat tidur sesuai janjinya kemarin. Lelaki itu berderap menuju balkon untuk menikmati udara pagi kota Sanya yang berangin dan sejuk. Matahari belum benar-benar terbit, namun kini ia bisa melihat hamparan pantai yang cantik di belakang hotel hanya dari balkon kamar ini.

Masih tidak tega membangunkan Sera yang masih pulas, ia bersiap keluar hotel untuk sekadar mencari menu sarapan lokalㅡmeskipun dari pihak hotel juga menyediakan. Jihoon sengaja ingin mengamati lebih jauh hal apa saja yang berbeda dan unik di daerah sekitar hotel pada pagi ini. Lagipula, setelah mengamati dirinya di cermin, ia jadi berpikiran untuk sedikit merubah penampilannya.

"Sera-ya, aku keluar sebentar," gumamnya yang tentu tidak terdengar oleh orang yang bersangkutan, sambil kembali menutup pintu kamar.

▪°▪°▪

Sera terbangun sendirian ketika pegawai hotel mengetuk pintu guna mengantarkan sarapan sebagai salah satu service kamar dan ia mengerutkan alis heran. Ia tidak tahu ke mana lelaki itu, tapi Sera yakin Jihoon tidak akan lama. Akhirnya, gadis itu memilih beranjak dan mempersiapkan diri mengingat Guanlin akan memulai tour mereka sekitar satu jam lagi.

"Oppa," panggil Sera tepat ketika lelaki itu masuk kamar berpapasan dengan dirinya yang baru keluar dari walk in closet. "Kau ... dari mana?" tanyanya langsung tapi agak teralih karena gadis itu langsung menyadari ada perbedaan mencolok dari penampilan lelaki itu.

Jihoon tersenyum dan mengacungkan kantung belanja berukuran sedang seraya menjawab, "Ini, aku membeli susu dan beberapa camilan." Setelahnya ia berderap ke depan cermin dan sedikit merapikan rambutnya dengan jari. "Bagaimana menurutmu?"

Sera menaikan alis mendengar pertanyaan itu yang entah ditujukan untuk idenya membeli camilan sendirian pada pagi hari atau ia menunggu tanggapan Sera atas warna baru rambutnya. Gadis itu paham, seorang Park Jihoon tidak semudah itu berganti warna rambut. Lagipula, ia sudah lama merasa nyaman dengan warna ash grey yang semula disarankan oleh Shin Jiyeon.

"Kenapa kau tiba-tiba merubah kembali warna rambutmu jadi hitam?" tanya gadis itu penasaran sambil terkekeh kecil namun jauh di dalam hatinya, tentu ia mengakui jika lelaki di hadapannya selalu menawan dengan warna rambut apapun.

Sebenarnya tidak ada alasan khusus bagi Jihoon. Meskipun ia bukan tipe yang selalu mengikuti mode dan sering berganti warna rambut. Ia hanya mencoba mengikuti kehendak hatinya dan menciptakan gayanya sendiri, juga agar terlihat lebih segar sebelum menjelajah daerah baru. Ia mengedikkan bahu santai menanggapi Sera. "Ingin saja."

Kembali berkaca, merasa puas dengan penampilannya. "Kebetulan aku melihat ada salon yang menarik tak jauh dari hotel ini, setelah aku pikir lagi, aku juga ingin suasana baru, jadi ... mengapa tidak?" sambungnya lagi lalu tersenyum lebar.

"Kau tampak jauh lebih baik dan stunning."

Jihoon semakin percaya diri. Dia sempat terkekeh pelan mendengar pujian Sera. "Tentu, selamat tinggal rambut ash grey-ku."

Selamat tinggal lembaran lama.

°▪°▪°

Tujuan pertama tour mereka hari ini, Yanoda Rainforest Cultural Tourism Zone dengan jarak sekitar 30 km dari hotel mereka di Sanya. Tempat ini selalu masuk list ketika membahas tentang apa saja yang ada di Hainan. Jihoon sangat antusias membayangkan suasana alami hutan yang membentang akan turut diabadikan dalam kamera yang sengaja dibawanya, sekalian mengasah kembali keterampilan fotografi yang sudah lama ditinggalkan.

Formasi keberangkatan masih sama ketika penjemputan dari bandaraㅡkarena Guanlin memang dikhususkan menjadi special guide bagi keduanya, sehingga mobil yang digunakan juga khusus dan terpisah dari tamu yang lain. Hanya saja kali ini, suasananya lebih ceria dan hangat, tidak ada kecanggungan di antara ketiganya.

"Kau benar-benar pergi ke salon sepagi itu?" tanya Guanlin cukup tercengang lalu terbahak tak percaya.

Jihoon yang tengah memakan camilan hanya mengangguk santai. "Tapi, aku baru tahu teknik pengecatan rambut mereka berbeda."

"Aku juga jadi ingin mencobanya," gumam Sera di sebelahnya yang langsung didukung penuh oleh Jihoon dengan gestur tubuh. "Apa kau sudah pernah mencobanya, Guanlin-ah?"

"Sebenarnya, aku bahkan kenal pemilik salon itu. Mereka memang cukup terpercaya dan selalu ramai. Kuakui pewarnaan rambutmu juga jauh lebih baik dari sebelumnya, hyung," ungkapnya yang langsung mendapat anggukan setuju dari Sera. "Aku hanya tidak percaya kau benar-benar ke sana sepagi itu."

"Mereka mungkin juga heran dan tidak habis pikir bisa mendapat pelanggan pertama hari ini, seperti diriku. Apalagi aku hanya mengandalkan bahasa tubuh," sahutnya disertai tawa.

▪°▪°▪

Sejak awal, Yanoda sudah menawarkan udara lembab khas hutan tropis yang sejuk dan dingin. Terlebih perbukitan yang mengelilinginya semakin mendukung. Setelah menimbang paket wisata yang akan dipilih di antara belasan yang tersedia, mereka sepakat mencoba glass walkway atau jembatan kaca yang menjadi salah satu ikon paling terkenal tempat itu. Yanoda merupakan hutan dan jajaran bukit yang sangat luas, sehingga tidak akan cukup menjelajah semuanya hanya dalam satu hari.

Sera cukup cemas menyadari dirinya yang takut ketinggian, namun karena tidak ingin merusak suasana, terlebih Jihoon terlihat sangat antusias ingin memotret pemandangan hutan, gadis itu akan mencoba mengendalikannya. Lagipula ia juga penasaran ingin menikmati pemandangan hijau menyejukkan mata yang akan disuguhkan nanti.

Setelah menaiki shuttle bus khusus menuju jembatan kaca dan mendengarkan beberapa penjelasan dari tour guide lokalㅡyang langsung di translate ulang oleh Guanlin dalam bahasa Korea, tak lama ketiganya sampai. Kabut tipis yang menyelimuti hutan basah di bawah sana seolah-olah membuat mereka tengah berada di negeri atas awan.

Sebelum masuk ke area glass walkway semua pengunjung diwajibkan memakai pelapis sepatu khusus yang terbuat dari kain lembut. Hal ini sebagai salah satu upaya pihak pengelola menjaga jembatan kaca agar tidak rusak karena sepatu pengunjung dan supaya lebih aman ketika dilewati. Tidak ada yang menyadari, perlahan Sera mulai kehilangan senyumnya meskipun ia juga ingin bersemangat menikmati pemandangan sewajar orang lain.

Decak kagum langsung terlontar dari bibir Jihoon ketika hamparan hijau pepohonan menerobos pandangannya. Guanlin turut memberi arahan spot favorit para fotografer ketika berkunjung ke sini yang langsung disambut antusiasme penuh oleh Jihoon. Sudah lama, ia benar-benar rindu bergerak aktif bersama kameranya. Sensasi berjalan 'melawan gravitasi' di antara pegunungan dan hutanㅡterletak 300 meter di bawah sana, benar-benar memberikan pengalaman terbaik sekaligus menarik.

Jihoon terpana, kaca yang mereka injak benar-benar transparan. Berbanding terbalik, Han Sera justru merasa sebagian besar energinya mendadak menguap entah ke mana. Ia merasa sangat lemas untuk sekadar melangkahkan kaki, meskipun masih berusaha bergerak maju perlahan-lahan. Gadis berambut sepunggung itu tak lantas menyerah. Tapi ekspresi wajahnya sulit disembunyikan.

"Kau masih takut ketinggian?" tanya Guanlin menyadari gadis itu tengah tertatih melawan keterbatasan dirinya, mencengkram pagar pembatas kuat-kuat. "Jangan memaksakan diri kalau kau memang tidak bisa."

Sera menatap Jihoon yang telah berada beberapa meter di depannya, lalu mengembuskan napas berat. Ia menoleh ke Guanlin yang berdiri di sampingnya. "Aku masih bisa meskipun akan lambat."

Lelaki jangkung itu tersenyum tipis. Tidak heran jika sahabat lamanya itu gigih dan keras kepala, karena jika bukan karena sifatnya yang teguh dan tidak mudah menyerah, ia tidak mungkin bisa bertahan dengan perasaan yang sama pada seorang Park Jihoon selama bertahun-tahun. Sekilas mendapati Jihoon yang posisinya semakin jauh di depan tanpa menoleh, Guanlin akhirnya memilih ikut berjalan perlahan mengiringi gadis itu.

"Baiklah, aku akan bersamamu di siniㅡuntuk berjaga," ujarnya sedikit gugup, khawatir menimbulkan ambigu yang membuat kecanggungan keduanya menguar. Detik selanjutnya, Sera ganti memegangi ujung jaket denim yang dikenakan Guanlin. Sebelah tangannya yang lain masih berpegang pada pagar pembatas.

Dia menarik napas dalam-dalam. Kelelahan dini mulai menyerang. "Aku ingin menyusulnya, tapi dia terlalu cepat," keluh gadis itu mengarah pada Jihoon yang semringah dan tak henti terkagum pada potret yang berhasil di tangkap kameranya.

Guanlin ikut menatap lurus. "Kenapa kau tidak bilang padanya untuk menunggumu?" Sesekali Guanlin ingin menahan tubuh gadis itu dengan tangannya namun segera diurungkan. "Seharusnya, dia memang menunggumu, tapi aku pikir Jihoon Hyung sebenarnya tidak tahu perihal kau takut ketinggian karena kau enggan mengatakannya sejak awal," papar lelaki itu yang tidak dapat ditampik lagi kebenarannya oleh Sera.

"Aku memang tidak bisa mengatakannya dan aku juga tidak mau menyuruhnya menungguku."

"Baiklah, karena aku yang sudah bisa mengetahui tanpa perlu kau bilang lagi, biar aku saja yang menungguimu di sini tanpa disuruh."

Deg!

Sera terperangah menyadari kata-kata enteng Guanlin itu bermakna lain. Ada kejujuran kuat yang ia yakini tersirat di sanaㅡdi balik senyum cerahnya yang langsung merekah tanpa beban. Keadaan yang selama ini berusaha Sera ingkari, seolah kini semakin terbuka jelas. Lagi-lagi dia merasa menjadi orang yang jahat untuk Guanlin tapi tetap tidak bisa berbuat banyak untuk laki-laki yang berhak mendapat gadis lebih baik darinya itu.

Sera menguatkan cengkramannya pada jaket lelaki ituㅡyang tidak terlihat terbebani sama sekali meskipun Sera agak menariknya. Ia masih melangkah perlahan dan menggumam, "Terima kasih, GuanㅡAH!" teriaknya spontan ketika gadis itu hampir tersandung.

Tanpa sadar sebelah tali sepatu Sera terurai sehingga membuatnya hampir terjerembab jika saja lengan Guanlin terlambat menahannya dari depan. Jantung gadis itu serasa hampir keluar dari tempatnya karena terlalu berdebar kencang, pasalnya sejauh ini hal yang paling dihindarinya adalah melihat ke bawah, namun tali sepatunya yang lepas tentu saja tidak bisa dibiarkan.

Gadis itu memejamkan mata kuat-kuat, menstabilkan degup jantungnya yang menggila sehingga deru napasnya jadi tidak karuan. "Guanlin-ah, bisakah ... kauㅡ" Sera menghentikan kalimatnya sendiri ketika merasakan pegangannya pada baju lelaki itu semakin rendah dan akhirnya lepas ketika Guanlin menunduk memasangkan tali sepatu gadis itu. Ia sudah paham apa yang diminta Sera.

Jihoon samar-samar mendengar teriakan Sera, ia baru menyadari jarak dirinya cukup jauh karena terlalu asik menjelajah dan menangkap pemandangan dengan lensa kameranya. Tanpa pikir panjang ia agak mempercepat langkah memutar balik. Hingga kakinya berhenti seiring netranya menangkap bayangan Sera yang berdiri ketakutan memejamkan mata sedangkan Guanlin menunduk di depannya.

Apa dia terluka?

Sejak kapan Sera takut ketinggian?

Seolah baru tersiram air es di wajah, Jihoon tersadar satu fakta pahit bahwa ia masih tidak tahu apa-apa tentang gadis itu. Dia juga tidak bisa membaca dengan pasti apa yang dipikirkan Sera meskipun ia enggan mengatakannya. Semakin ia bertanya-tanya, semakin terasa kosong. Seketika terbit rasa bersalah dalam diri Jihoon. Ia benar-benar seperti tembok penghalang tidak berguna di antara keduanya.

Semesta, kenapa kau tidak langsung saja menyatukan mereka?

Guanlin jelas mencintai Sera dan gadis baik itu akan aman bersamanya.

"Sera-ya," panggil Jihoon lirih yang otomatis membuat kedua pasang mata serentak beralih fokus padanya. Detik itu juga, lelaki itu menyadari ada berkas sorot pandangan yang selaras terpancar dari Sera dan Guanlin.

Aku belum selesai, semesta. Kenapa kau harus menempatkanku di antara keduanya?

▪°▪°▪

Hai!

Sejujurnya, aku mau cerita ini cepet tamat tp it's really hard for me:") Esmosiku sangat dipermainkan pas nulisnya, heuheu. Apalagi konflik utamanya rada ... hm. Kita lihat saja nanti, apa aku mengeksekusinya 'bisa diterima' wkwkwk.

Kira2 perasaan Jihoon ke Sera dapat berubah gak ya? Apa justru Guanlin yang akan menangin hati Sera?

Hayo hayo~

Anyway, kalo telat update atau lama, maafkan karna dunia saya ada 3 sebenernya. Dan wattpad ini cuma salah satunya wkwk. Mostly 8 jamku dalam sehari udah dipake buat tidur, tinggal 16 jam which is masih aku pelajari jg gmn manajemen waktunya. Sebenernya nulisnya ada aja tabungan tp ngeditnya ithu hmmm:")

Oh, ya. Terima kasih masih mau baca cerita ini, tinggalin jejak juga ya kalo berkenan, buat kenang2an aku:") Jangan lupa jaga kesehatan dan slalu bahagia!💖

♡Arin.

Continue lendo

Você também vai gostar

738K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
102K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
268K 22.9K 34
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
44.6K 10K 116
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...