1982 words.
Vote dan comments jangan lupa, nulis sebanyak itu butuh effort yang besar.
Karna zea nya pergi jaehyun mengungsi ke bandung untuk menenangkan diri dan pikirannya yang sangat kacau dan kalut. Jaehyun pikir pulang ke bandung adalah opsi paling bagus, namun faktanya jaehyun malah mendapat caci maki dari kedua orang tuanya.
"ya kalo mau seneng seneng wae apa teu bisa main wae ke tenda biru" kata jesicca dengan logat sunda nya.
Di bandung club malam yang di isi dengan para wanita penghibur alias kupu kupu malam di sebut dengan tenda biru. Jaehyun terpaksa mengakuinya karna Jessica mengancam akan membunuhnya jika berbohong.
"kalo sampe maneh ajak tinggal seatap ya emang maneh nya niat selingkuh. Itu mah goblok" sambil melipat baju kering yang baru diangkatnya jessica terus mengomeli anak tengahnya.
Krystal menatap adiknya sinis "teu terang lah ya aing sama maneh, teu mikir kitu pake otak na. Teteh nya teh awewe malah punya pikiran kayak kitu"
"punten aja nyak aa, maneh teh lahir dari neneng geulis. Nyak di jaga atuh hati anak orang"
Jessica menyahuti ucapan anak tertuanya "mamah tuh lieur ih jaehyun harus kumaha sama maneh, kalau dari awal memang teu aya niat serius ya atuh jangan di kenalin sama keluarga besar"
"ini nini kamu juga udah sampe kenal neng zea, mamah teh malu kalo di tanya kunaon atuh si aa putus sama si neneng ya masa mama jawab si jaehyun tidur sama awewe tenda biru ihh geleuh mamah teh ngebayanginnya"
"mau taro dimana ini muka mamah teh jaehyuuuuun"
Donghae menekan rokoknya kedalam asbak lalu berkata "seharusnya kamu teh berpikir sebelum bertindak. Coba liat, mama kamu cewek, teteh kamu juga cewek. Apa kamu tega ngeliat mereka di sakitin sama orang? Enggak kan?"
"kamu juga liat si sungchan, adik kamu itu. Dia tuh lengket banget sama zea. Coba kalo dia tau? Pasti sedih"
Sungchan adalah si bungsu keluarga jung. Umurnya 13 tahun, sungchan masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di tahun ke dua. Si bungsu itu sangat dekat dengan zea.
Jung sungchan selalu berharap kalau zea menjadi kakaknya. Begitu juga krystal.
Dari semua wanita yang pernah jaehyun bawa ke rumahnya zea lah yang krystal rasa paling apa adanya, tak pernah memaksa dan mudah dekat dengan keluarga besarnya yang lain.
Pribadinya yang selalu ceria penuh senyum dan polos membuatnya mudah dekat dengan para sepupu sepupu mereka yang masih kecil.
"sama si teteh juga dia udah kompak banget, masa kamu tega sih?"
"itu mah bukan tega, namanya goblok!" cibir Jessica jengkel "ngenalin ke keluarga cewek yang mana yang di nikahin yang mana, itu kan goblok. Bikin malu keluarga"
"alasan putusnya juga enggak banget"
"ga bisa ngomong apa apa lagi gue sama lo, emang pantes di tinggal. Sekarang jangan belaga paling di sakitin" kata Krystal sinis
"belum tentu kamu tuh dapet yang kayak si eneng lagi, jaehyun" sahut jessica.
"ini konsekuensinya karna lo ga bisa jaga kepercayaan yang udah zea kasih. Kalo orang orang macam lo emang harus di kasih pelajaran biar jera" Krystal menatap jaehyun sinis lalu bangkit dan pergi masuk kedalam kamar nya.
Gadis sulung itu sangat kecewa dengan alasan hubungan jaehyun dan zea berakhir. Bahkan Krystal pun tak setuju jika zea memberikan kesempatan pada jaehyun.
Sungchan baru saja pulang main bersama teman temannya. Melihat mobil jaehyun dengan spontan sungchan membanting sepedanya, kalau ada mobil jaehyun berarti ada zea juga.
"teeeh zeaaaaaa" panggilnya
Sampai di ruang tamu sungchan tidak melihat keberadaan zea. Hanya melihat jessica, donghae dan jaehyun duduk disofa. Mata belo sungchan bertemu pandang dengan mata sembab jaehyun.
"teh zea mana?" tanya nya penuh harapan.
Jessica menumpuk pakaian yang sudah dilipatnya lalu berdiri sambil mengangkatnya "teteh zea ga akan pernah kesini lagi, nanti ada teteh baru yang kesini bukan teh zea lagi" ketusnya.
Ibu 3 anak itu pergi meninggalkan suami dan dua anak laki laki nya di ruang tamu untuk merapihkan pakaian yang sudah dilipatnya dan besok siap di seterika.
"kenapa teteh baru? Kenapa ga teh zea aja?" tanya nya kecewa.
Donghae tersenyum lalu mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan sungchan untuk duduk disebelahnya. Si bungsu menurut duduk disebelah sang ayah, donghae merangkul bahu lebar sungchan.
"karna si aa ga mau lagi sama teteh, jadi teteh baru aja" donghae mencoba memberi pengertian pada sungchan.
Remaja itu sedikit mendongak "kenapa ga mau lagi? Kan teh zea baik?"
Donghae tersenyum lalu menunjuk jaehyun "coba tanya sama si aa, papa teu tau" donghae menepuk bahu sungchan dua kali lalu bangkit meninggalkan dua anak jejaka nya itu.
Kini jaehyun dan sungchan tinggal berdua. Duduk berhadapan dengan pemisah meja panjang di hadapan mereka. Bak orang dewasa sungchan menatap jaehyun sengit "kenapa ga mau lagi sama teh zea?"
"kenapa tanya tanya?"
"ya kalo aa ga mau lagi, ya mending teh zea buat aku aja"
"ya mana bisa begitu! Ini juga masih berusaha dapetin teh zea lagi" kata jaehyun sengit.
"pasti teh zea ga mau lagi, abisnya aa pasti jahat sih"
"mana aja jahat--"
"NGAKU AJA LAH, SUNGCHAN JUGA UDAH GEDE KALI" celetuk Krystal dari dalam kamarnya.
Jaehyun mengatup mulutnya rapat rapat, sungchan manatap jaehyun dengan senyum mengejeknya "tuh kan bener, awas aja nanti teh zea aku ambil"
"IYA AMBIL AJA CHAN, TAPI JANGAN BOBOK SAMA TETEH TENDA BIRU YA"
Jaehyun hanya mampu menghela nafas sambil mengusap dadanya. Sabarnya harus panjang panjang punya kakak macam krystal yang mulutnya rencong parah yang 11 11.5 sama mulut jessica.
*****
.Jeno dan zea duduk berdampingan di teras rumah zea. Jeno menawarkan diri menemani zea sampai luna pulang. Jeno juga sudah meminta ijin pada mama nya untuk pulang sedikit telat.
Dan jeno mendapatkan ijin.
Trek
Jeno meletakkan gelas jus yang baru saja di sesapnya "kakak kapan lagi check up? Aku temenin"
"aku udah hubungin dokter aku langsung, jadwal aku 2 hari lagi. Tapi jangan temenin aku jeno, aku malu" cicit zea dengan alis menyatu.
"kenapa harus malu? Kan aku udah pernah bilang kalo dulu aku pernah temenin sepupu aku ke tempat itu, aku ga akan ngejudge kakak"
"temen temen aku ga ada yang tau, kak Doyoung aja belom tau. Bahkan mama papa ku" lirihnya lalu menunduk.
"selama ini kakak bener bener sendirian ya?" tanya jeno hati hati.
Zea mengangguk lemah "iya, aku mulai berani pas aku SMP karna aku merasa aku butuh seseorang yang tepat"
"aku takut ada yang tau, aku takut banget"
Jeno meletakkan telapak tangannya diatas punggung tangan zea sambil tersenyum "kakak itu hebat banget tau ga! Kakak berani, aku bangga"
"sekarang kakak ga sendiri, ada aku. Aku akan temenin kakak"
"aku pernah kehilangan sepupu aku dengan kasus yang sama, jadi aku ga mau ada lagi orang yang kalah karna itu kak"
"kakak inget ya minum obatnya harus sesuai aturan, kalo kakak ga bisa tidur kakak bisa telpon aku. Jangan minum obat tidur itu ga baik" jelasnya panjang lebar, jeno sangat mewanti wanti pada zea.
Walaupun mereka baru saling mengenal jeno tidak mau ada lagi korban di kasus yang seperti ini. zea hanya butuh dukungan moral dan pengertian. Zea tidak butuh nasehat atau materi yang banyak.
"zea" seseorang memanggil nama zea, membuat jeno dan zea langsung menjauhkan posisi duduk mereka yang terbilang dekat.
Doyoung keluar dari rumahnya dengan pakaian santai dan rambut klimis, sepertinya pria itu baru selesai mandi. Mungkin.
"kenapa kak?" zea berdiri dan membuka kan pagar untuk doyoung.
"tante luna barusan ngabarin kerumah katanya pulang telat karna harus ada yang diurus, lo disuruh kerumah gue dulu" Doyoung menjelaskan petuah dari luna sambil melirik jeno sinis.
Lelaki lee itu tak nyaman. Dalam sekali teguk jeno meneguk habis jus buatan zea lalu berdiri "kalo gitu aku pulang ya kak, kak zea udah ada temennya kan?"
Zea membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, zea ingin jeno tetap tinggal disini menemaninya tapi doyoung sudah lebih dulu menyela nya "iya makasih ya udah nemenin zea disini"
Jeno tersenyum canggung lalu mengambil kunci motor dan memakai tas sekolahnya "aku pulang dulu ya kak zea" pamitnya
"iya hati hati jeno"
Jeno melempar senyumnya pada zea lalu berpamitan pada doyoung, pria kim itu hanya berdehem saking cemburunya.
Bruuum...
Jeno menggeber motornya sebelum berangkat, jeno membuka kaca helm fullface nya "aku pulang ya kak zea" pamitnya sekali lagi.
Bibir doyoung mencebik cemburu lalu membuang pandangannya. Zea melambaikan tangannya kearah jeno "iya hati hati, dadaah~"
TIN..
Jeno membunyikan klakson lalu melaju meninggalkan pekarangan rumah zea.
Doyoung duduk ditempat jeno duduk tadi "udah beberapa kali gue liat dia kesini, pacar baru?" tanya nya sinis.
"bukan, dia adek kelas aku. Temen baru aku"
"ga pernah bareng si jaehyun jaehyun itu lagi? Putus?" diliriknya zea tak suka.
Karna tak mau ada drama zea mengangguk sambil membereskan sampah cemilan yang tadi dimakannya berdua bersama jeno agar teras rumahnya tidak berantakan.
Doyoung kaget sendiri melihat anggukkan kepala zea "lo seirus? Putus sama si jaehyun jaehyun itu?" doyoung bertanya dengan nada tidak percaya namun di bumbui nada senang bukan main.
"iya, memang udah putus" jawabnya setelah membuang sampah.
"bagus deh--bukan maksud gue kok bisa?" doyoung mengumpat dirinya sendiri karna hampir saja mmberkata bahwa dirinya telah menunggu kabar ini sejak lama.
Mengangkat kedua bahunya sampai lehernya menghilang "yaaa bisa"
Zea duduk menghadap doyoung "aku mau kasih tau kak Doyoung sesuatu karna kak Doyoung udah aku anggap kakak aku sendiri"
Nyesss
Hati doyoung ibarat penggorengan panas di siram dengan air, langsung berasap dan membuat pernapasan sesak. Kata kata zea benar benar mencubit hatinya.
"aku mau kasih tau kakak karna aku udah ga kuat nahan semuanya sendirian, aku butuh temen, aku butuh dukungan"
Doyoung menatapnya khawatir "ze lo kenapa?"
"tapi kalau aku kasih tau apa kakak bakal jauhin aku?" zea menahan tangisnya saat ini.
"gue bersumpah ga akan jauhin lo, sumpah" Doyoung mengangkat telunjuk dan jari tengahnya bersamaan tinggi tinggi.
Zea merasa doyoung dapat dipercaya. Tangannya membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dengan logo kesehatan didepannya.
"itu apaan?"
"kak Doyoung baca aja" zea menyodorkan amplop itu ketangan doyoung.
Dengan rasa penasaran bercampur takut doyoung membuka amplop itu dengan penuh kehati hatian, takut merusaknya.
Sreek
Doyoung menarik selembar kertas dari dalamnya lalu membaca baik baik informasi yang tertera didalam sana. Dari paragraph atas sampai kebawah kerutan dikening doyoung semakin mendalam.
Hasil dari pemeriksaan zea membuat doyoung mengangkat kepalanya tak percaya "ze.... Ini serius?"
Zea menunduk, memperhatikan jari jari yang ada diatas pahanya. Jari jari mungil itu lebih menarik dari pada wajah tampan doyoung saat ini.
"lo udah bilang tante luna? Om taeyong?"
Zea menggeleng, isakan pelan mulai terdengar.
"lo kenapa ga pernah bilang sama gue ze?" doyoung menyingkirkan amplop diatas pahanya ke pinggir.
Zea masih memaksakan senyumnya untuk doyoung "kakak tau ga sih, kadang aku ngerasa kalau dunia itu jahat banget. Orang orang disini juga, termasuk mama dan papa aku"
"aku tuh pengen banget orang orang jahat yang ada dunia ini berbah, tapi ga bisa hehe" zea menaksakan tawa hambarnya.
Tiba tiba bibir zea bergetar hebat "aku tuh pengen nyerah kak, a-aku ga kuat" Mendengat suara tercekat zea membuat hati doyoung sakit bukan main.
Doyoung menggeleng samar "lo ga boleh nyerah, ada gue, okay? Kita lewatin semuanya sama sama"
Setetes air mata membasahi tangan pipi tirusnya "a-aku ngerasa udah ga ada harapan buat hidup lagi kak"
Doyoung menggeleng kuat meremat lembut tangan zea, menyalurkan energi positif untuk perempuan ini. "ga ada yang ga mungkin, ze. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik itu akan selalu ada harapan baru"
"t-tapi aku ga tau apa aku bisa ngelewatin ini semua atau enggak, aku capek kak aku capek. Aku capek sama mama yang selalu sibuk dan bersikap dingin sama aku"
"begitu juga dengan papa, aku capek ga pernah dipeduliin orang tua aku. Aku capek nahan semuanya sendirian"
"a-aku.... Aku capek menghibur diri aku sendiri" suara zea terjeda beberapa kali karna gadis itu mulai kesulitan nafas.
"jangan ditahan, kalo mau nangis ya nangis aja"
"kalo ditahan nanti malah sesek" lanjutnya.
Dan saat itu juga tangis zea pecah, tangis yang entah sejak kapan sudah ditahannya. Dipendamnya sampai nafasnya sesak. Dengan sigap jeno memeluk tubuh zea, memeluk tubuh mungil gadis yang disukainya yang saat ini bergetar hebat.
Zea menangis didada bidang doyoung, menumpahkan semua yang tak bisa disampaikannya dengan lisan. Semua yang ditahannya selama ini, bahkan sejak dulu jauh sebelum zea mengenal jaehyun.