opia [bxb]

Per nabas02

2.8K 596 294

[Ini cerita Homo, Gay, LGBT, boyslove, bxb] Up tiap kamis or sabtu. Sakti meragu pada Badai yang enggan bersu... Més

00
01
03
04
05
06
07
08

02

414 105 69
Per nabas02

Banyak Typo. Maapin:)

•••

Di sini Sakti sekarang, di meja pojok kantin bareng kedua temannya; Juan dan Emi.

Keadaan kantin lagi padet banget. Banyak orang lalu lalang sambil bawa makanan. Berisiknya minta ampun. Sakti sampe geleng-geleng kepala. Untungnya pelajaran olahraga di kelas mereka selesai lebih cepat; sehabis dari lapangan, Sakti langsung pergi ke kantin, jadi dia ga perlu desak-desakan sama manusia-manusia yang tengah kelaparan itu.

"Lah, gue baru sadar." ini suara Emi. Cewe itu teguk minuman lemonnya lalu ngeliatin Sakti yang masih asik makan bakso. "Badai mana?"

Sakti ngelirik Emi sekilas. Lalu lanjut masukin satu suap bakso yang udah dia potong kecil ke mulutnya. "Ga sekolah. Ancur mukanya."

"Pantesan! Tadi, gue ke kelas dia. Tapi, tu bocah ga keliatan." Juan taruh ponsel yang daritadi nyita perhatiannya ke atas meja. Dia terus benarin posisinya jadi ngadep ke Sakti yang duduk di ujung meja. "Dia ngapain lagi, Sak?" tanya Juan.

Sakti udah habisin baksonya. Teguk es teh manis yang tinggal setengah sampe habis ga bersisa. Tenggorokannya yang tadi seret jadi lega. Kedua alis Sakti naik. "Emang mbak-mu ga cerita?"

Ada kerutan halus di dahi Juan. Cowo itu condongin badannya. "Mereka masih berhubungan?" dia malah nanya balik.

"Lah, bukannya kakak lo udah kawin ya?"

Juan jitak dahi jenong Emi agak kuat. "Tunangan!"

Emi helus dahinya, lalu kasih lirikan tajam ke Juan yang sama sekali ga peduli ditatap kaya gitu.
Cowo itu sekarang lagi serius ngeliatin Sakti. "Mereka masih berhubungan?" dia nanya. Lagi.

Sebenarnya Sakti malas banget bahas topik ini. Mengingat, Juan yang punya sifat keras kepala plus ga kan berhenti nanya sebelum dapet jawaban, jadi dengan setengah hati Sakti berusaha sabar jawab pertanyaan Juan.

"Dia berantem sama calon iparmu." Sakti jawab sekenanya. Raut mukanya datar.

"Kenapa? Ada apa emang?"

Kan. Sakti hela nafas pelan. Dia lalu noleh ke Juan yang lagi pasang wajah seriusnya. "Calon abang iparmu gampar mbak Shinta." mata Sakti balik natap mangkuk kosong di depannya. "Tau kan, gimana cintanya Badai sama mbak-mu itu?"

Ya. Juan tau. Cowo itu tegapin badannya. Mandang lurus ke arah pintu kantin. "Gue heran sama tu cewek. Dia ga mau ngadu ke papa soal calon suaminya yang ringan tangan itu. Ga ngerti gue sama jalan pikirannya." Juan nerawang. "Padahal Badai dulu bucin banget ke dia."

Sakti ikut nerawang. Bener. Dulu Badai segitu cintanya ke Shinta, kakak Juan. Mungkin ... sekarang juga masih. Sakti ga tau gimana bisa mereka kenalan dan jadi dekat. Dia cuma sering denger curahan galau Badai soal hubungannya sama cewe itu.

"Btw, Sak." Emi ikutan nerawang. Jadi sekarang mereka bertiga lagi sama-sama liatin pintu kantin yang terbuka lebar. "Lo ga khawatir sama Badai?"

Sakti noleh. "Ga. Kenapa emang?"

"Pembantunya pulang mendadak semalem. Gue takut rumahnya kebakaran. Lu tau? Dia ga pinter masak." Emi ngebayangin Badai masak. Cewe itu langsung bergedik ngeri. "Anterin makanan gih, sekalian liat keadaan rumahnya. Masih utuh ga!"

Sakti decak. "Ogah."

"Parah lu. Pacar sendiri juga."

Sakti ngangkat mangkuk baksonya yang tinggal sisa kuah. "Mau liat ini melayang?"

Emi nyengir. Dia angkat tangan. "Ampun."

"Kak Sakti!!"

Sakti, Juan dan Emi noleh ke belakang. Ke arah remaja lelaki pendek yang nyengir sambil dada-dada ke Sakti. Cowok itu lari seneng ngedekat ke meja mereka.

Sakti bales senyum. "Hai, Pal! Sini duduk!"

•••

"Kenapa di sini?"

Cewe di depan Badai itu nunduk. Dalem. Gigit bibir bawahnya keras. Dia kangen. Pingin meluk leher Badai lagi. Tapi, setelah apa yang terjadi, itu semua udah ga mungkin dia lakuin.

"Kak...," Badai manggil.

Shinta ngangkat kepalanya perlahan. Dia lihat wajah Badai yang penuh lebam, sudut bibirnya robek. Shinta angkat tangannya, sentuh luka di pelipis Badai. Cowo itu ngeringis. Shinta langsung cepat-cepat narik jarinya. Wajah cewe itu keliatan khawatir banget.

"Sorry."

Badai ga ngerespon. Matanya natap Shinta datar. Shinta seketika ciut. Badai ga pernah liat dia kaya gini sebelumnya.

"Saat lu ninggalin gue lu ga pernah minta maaf, Kak." Badai ngomong gini. Suaranya kelewat dingin.

"Ma-maaf...." Bersalah. Shinta merasa bersalah.

Badai ngedengus. Dia lalu nyenderin badannya ke daun pintu. Ngeliatin Shinta dari ujung kaki sampe ujung rambut.

"Ngapain lu ke rumah gue?" dia lipat tangannya di dada. Badai sebenarnya ga tega ngomong ketus gini ke cewe itu. Badai ga bisa. Dia pingin peluk cewe itu. Pingin cium puncak rambutnya. Pingin genggam tangannya. Kaya dulu lagi.

"Gue ... mau ajak lo keluar."

"Gabisa. Gue sibuk." Badai balas cepat.

Muka Shinta melas. "Lu kekanakan tau ga. Ikut gue. Bentar doang. Penting."

Badai hela nafas kasar.

Sakti.

Badai tiba-tiba saja ingat Sakti.

Shinta ambil tangan kiri Badai. Di genggam. Erat. "Bentar. Ga lama." bujuk Badai. Biar luluh. Kaya dulu saat Badai ngambek.

"Please...." Dia tatap mata Badai. Lalu Shinta kasih senyuman. Tipis, namun penuh kehangatan.

•••

"Kak Sakti, kita mau ke mana sih?" Japal gandeng tangan kanan Sakti. Matanya ga bisa fokus ngeliat jalan. Japal belum pernah ke tempat ini soalnya.

Sakti tetap jalan dengan santainya. Ada kantong plastik putih di tangan kirinya. Nasi goreng, buat Badai.

"Kita ke rumahnya Kak Badai ya, Pal."

Japal berhenti. Tarik tangan Sakti biar ikutan berhenti jalan. Sakti sontak mundur ke belakang. "Kenapa, Pal?"

Adik kelasnya itu ga jawab. Bibirnya manyun. Ga suka. Japal ga suka ngeliat Sakti dekat-dekat sama Badai.

"Kak Sakti suka ya sama kak Badai?"

Sakti ketawa. Japal gemesin banget. Pipi tembemnya digembungin. Sakti ga tahan buat ga nyentuh dan cubit pipi lembut itu sampai puas.

"Aduuuh!" Japal nepis tangan nakal Sakti. Dia helus kedua pipinya. Sakti sendiri ketawa. Dia angkat tangannya lalu acak rambut Japal pelan. "Lucu banget sih kamu."

Mereka lanjut jalan beriringan. "Kamu belum punya pacar, Pal?" Sakti mecah kesunyian. Japal geleng. "Orang yang gue sayang, sayangnya sama orang lain."

Mereka saling tatap.

Japal diam. Matanya beralih ke langit biru di atas mereka. Ngeliatin awan putih yang ber-arakan. Sakti masih setia ngeliatin Japal. Cowo pendek itu sekarang lagi tarik napas dalam-dalam. "Lu tau, Kak?" suaranya melirih.

Sakti nyipitin matanya. Fokus dengarin Japal yang sekarang keliatan lagi gusar.
"Gue udah ga bisa percaya sama siapa pun selain lo sekarang." Japal noleh ke Sakti. Mereka berdua tatap-tatapan. Sampai....

"SAKTI!"

Ga kerasa, mereka udah sampai di depan rumah Badai ternyata. Sakti sontak nengok ke Badai yang sekarang lagi jalan ke arah dia. Cowo itu ambil tangan Sakti. Ditarik ke arah rumahnya. Tangan Japal yang tadi gandeng Sakti aja kelepas.

"Badai..." suara Sakti melirih. Dia bingung. Muka Badai merah banget. Keliatan marah, sedih sama gundah. Badai lalu natap Shinta yang sekarang udah ada di depannya. Sakti makin bingung, kenapa Shinta ada di rumah Badai?

Shinta natap kebawah, kearah tautan kedua tangan cowok di depannya. Bingung. Shinta bingung. Maksud Badai apa? Cowok itu seola-ola ingin nunjukin sesuatu ke Shinta.

Badai angkat tangannya.

Ngernyit. Shinta ga habis pikir. "Maksud lo apa sih?"

Badai liat tautan tangannya sama tangan Sakti di depan Shinta lalu balik ngeliatin wajah Shinta. "Gue ga butuh lu lagi, Kak. Liat." Badai paksa senyum. "Gue juga udah bahagia." mata Badai merah. "Gue bisa bahagia tanpa lo, Kak." Badai lalu turuni tangannya. Matanya noleh ke Sakti yang masih cengo. Mata mereka bertautan.

"Dia. Gue udah punya dia." Badai alihin matanya ke Shinta. "Jadi please, jangan ganggu gue lagi." Badai nekan kata-katanya. Berat. Hatinya berat ngomong kaya gini ke Shinta.

Hening. Japal dan Shinta sama-sama bengong. Mereka cengo di tempat masing-masing.

"Badai?" Sakti lagi-lagi melirih. Matanya ga berhenti liatin wajah Badai. Diliat dari samping gini aja, Badai udah kelewat mempesona.

Badai noleh. Kasih senyuman ke Sakti. Lalu dia tarik Sakti buat masuk ke rumahnya. Ninggalin Shinta yang bergeming natap pintu yang ditutup kuat sama Badai tepat di depan matanya.

"Yaahh ... Kak Sakti! Gue kok ditinggal sih?!!" Japal teriak heboh. Hentakin kakinya ke tanah sebel. Bibirnya manyun.
"Awas ya lu lebay Badai! Gue bales luu!"

.
.
.

Sakti masih ga percaya.

Badai pegang tangannya. Ngaku ke Shinta. Ke dunia. Badai punya Sakti. Punya Sakti. Jantung Sakti detak kencang banget. Dia masih liatin tangan kanannya yang tadi dipegang sama Badai.

Tangannya bergetar. Cowo itu ga bisa nahan senyumnya.

"Sak..." Badai datang. Dia duduk di samping Sakti yang masih coba nahan senyuman. Sakti noleh sebentar, dia sembunyiin tangannya yang getar di antara lututnya.

"Maaf."

Kedua alis Sakti naik. "Ha?"

Badai diem sebentar. Ga mau liat Sakti. Dia nundukin wajahnya.
"Maaf udah narik lo ke masalah gue." suara Badai serak. Cowo itu emang lemah kalo soal Shinta.

Sakti ngernyit.

Badai lalu angkat kepalanya. Matanya berair. "Gue masih cinta sama kak Shinta." Tarik napas dalem. "Tapi, gue juga ga mau hancur lagi di depan dia, Sakti." Badai ngomong gini. Matanya nyiratin rasa sakit. Yang ga tau kenapa, sakitnya nular ke Sakti. Ngebuat tenggorokan Sakti tercekat. Ngebuat dunianya rubuh. Hancur, lagi.

Dia fikir. Yang tadi itu nyata. Sakti fikir, Badai benar-benar sudah jadi miliknya. Sakti fikir setelah tadi, semua di antara mereka bakalan berubah.

Sekarang dia cuma bisa diem. Ngeliatin Badai yang juga lagi hancur, sama persis dengan dirinya saat ini.

•••

Continua llegint

You'll Also Like

ALZELVIN Per Diazepam

Novel·la juvenil

4.6M 267K 32
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.6M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
HERIDA Per Siswanti Putri

Novel·la juvenil

278K 9.3K 23
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
4.5M 265K 62
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...