Double update yah:D
Enjoy!
"PERMISI! ADA ORANG KAGA?"
Hari ini itu hari Sabtu dan malam ini Johnny sama keluarga kecil dia lagi movie time. Lampu udah dimatiin, kursi udah dijadiin posisi tidur, popcorn sama soda udah di meja depan, dan TV udah nyala nampilin film.
"Suara Hwasa keknya itu." Ten dongak natap Johnny, jadi posisi dia itu tiduran di dadanya Johnny, kan enak:) terus Yeonwo sandaran ke badan dia dan meluk si bungsu.
Bambam sama Amber duduk di karpet bawah sambil sandaran di sofa.
Johnny ngangguk terus berdiri buat buka pintu. "Ngapain lo?"
Hwasa jalan masuk. "Widih... lagi movie time nih?"
Ten akhirnya berdiri terus dia nyalain lampu. "Iya dan lo ganggu."
"Njir, santai gue mau ngomong sama lo berdua." Hwasa angkat map yang dia bawa.
"Sama gue juga?" Ten nanya.
"Yoay." Hwasa ngangguk.
"Guys, daddy sama mommy mau ke atas." Johnny pamit ke anak-anaknya.
"Take your time." Ten juga ikutan.
"Sisain soda yah buat tante."
Amber angkat jempol. "Siap!"
Johnny, Ten, sama Hwasa akhirnya jalan ke atas. Masuk ke ruang kerjanya Johnny.
"Kenapa?" Johnny langsung nanya waktu mereka udah duduk di sofa dalam.
"Cancel keberangkatan kalian ke Thailand." Hwasa langsung ke inti topik tanpa basa basi.
"Heh?" Ten buletin mata kaget. "Kenapa?"
"Ternyata selama ini bokap lo balik ke Thailand. Changwook ngasih gue info tadi malam kalo dia dapat beberapa info dan semua info yang dia dapat nunjukin kalo bokap lo di Thailand."
Johnny ngangguk. "Terus gimana?" Dia langsung nanya rencana selanjutnya. Dia nggak bakalan biarin Ten sama anak-anaknya terluka.
"Belum ada rencana tapi untuk sekarang mending lo sekeluarga liburan ke tempat lain." Hwasa ngasih map yang dia bawa dari tadi ke Johnny.
"Dia udah punya rencana?" Ten nanya. Jujur dia takut apalagi waktu ngebayangin dia disiksa kayak waktu itu.
Hwasa geleng kepala. "Untuk sekarang gue belum tau dan gue baru nyuruh Jackson sama Sinb buat nyari tau."
"Pantau terus dia." Johnny nutup map. "Gue nggak mau kejadian waktu itu keulang. Apalagi sekarang gue punya empat anak."
Hwasa ngangguk. "Selalu. Lo berdua tenang aja."
"OMG AMBER!"
"Bhaks! Emang pas teriakannya Bambam, gue pamit pulang juga. Lanjutin gih movie time keluarga lo berdua." Hwasa berdiri terus mereka jalan keluar.
"What's going on guys?" Johnny samperin anak-anaknya sedangkan Ten antar Hwasa keluar.
"DADDY! I'M GONNA DIE! HUAAAAA! NO!" Amber nangis kenceng sedangkan sodara-sodaranya udah lari ngejauh.
"Ini kenapa?" Ten juga langsung samperin anak-anaknya waktu Hwasa udah pergi.
"Mommy... hiks... "
"Kenapa honey?" Ten samperin Amber.
"Blood... " Yeonwoo ngomong sambil nunjuk Amber.
Ten ngernyit bingung. "Blood? Where?"
Amber berdiri dan tunjukin kalo celana piyamanya yang putih udah ada bercak darah. "What is this? I'm gonna die mommy!"
Ten ketawa waktu lihat itu. Ternyata anaknya lagi ngalamain apa itu puber. "Congratulation."
"What?" Amber buletin mata. "Mommy seneng aku mau die?"
"ME TOO! CONGRATULATION AMBER! REST IN PEACE BRO." Bambam nyambung dia teriak semangat.
Johnny geleng kepala. "No, kamu nggak bakalan die. Today is your day one to be a real woman."
"What do you mean?"
"Period." Ten coba jelasin.
"What is that?" Amber nggak ngerti.
Ten senyum. "Every girls in the world akan kayak gini. Namanya pubertas."
"So? What is pubertas?"
"Pubertas itu masa dimana kamu bakalan beranjak dewasa."
"I don't understand." Amber geleng kepala.
"You will." Johnny nyambung.
"So, aku nggak bakalan die kan?"
Ten geleng kepala. "No, it's normal. Kalo udah teratur kamu bakalan alamin ini tiap bulan."
"What? Jadi aku nggak pake celana gitu?"
"Iw!" Bambam, Yeonwoo, sama Sunwoo geli sendiri.
"Shut up boys!" Amber natap kakak sama adeknya tajam.
"Calm down. Ntar pake softex." Ten berdiri terus dia jalan ambil handuk.
"What is softex? Oh my! Kenapa banyak hal yang aneh in the world?" Amber decak kesel sambil ngusap wajahnya.
"Dunia itu luas." Johnny nyambung lagi.
Ten balik bawa handuk terus lingkarin di pinggangnya Amber. "Softex itu nanti kamu pake biar darah kamu nggak kececer. Boys, go buy one for our princess."
"No!" Bambam, Yeonwoo sama Sunwoo langsung mundur. Padahal mereka nggak ngerti apa-apa cuma ngerasa kalo itu hal yang buruk aja.
Johnny geleng kepala. "You guys must go with me. C'mon." Johnny langsung gendong si kembar.
Bambam langsung aja jalan mau naik kamar atas karena dia nggak digendong sama ayahnya tandanya dia bisa kabur.
"Bam... " tapi suara tegas Johnny ngebuat dia berhenti.
"Hms, oke." Mau nggak mau akhirnya harus ngikutin ayahnya buat beliin adeknya softex yang bahkan dia nggak tau itu apa.
"Wanna take a bath?" Ten nanya.
Amber ngangguk. "Yes please."
"C'mon." Ten gandeng Amber terus jalan naik ke atas.
Setengah jam kemudian Johnny sama anak-anaknya balik dan Ten langsung aja bantuin Amber buat pake softex yang dibeli. Untung aja dia ngerti caranya.
"Errr... nggak nyaman." Amber duduk di atas tempat tidurnya.
"It's okay. Kamu bakalan terbiasa nanti." Ten beresin bekas sampah.
"Berapa lama ini mommy?"
Ten geleng kepala. "I don't know but normally two until seven days."
"Noooooo!" Amber langsung tiduran di atas tempat tidurnya. "Jalan aja nggak nyaman mommy."
"It's okay honey. That's why perempuan adalah makhluk yang paling dihormati. You must proud to be a woman." Ten samperin Amber terus dia gendong.
"But i don't want be a woman."
Ten ngernyit bingung. "Why?"
"I don't know. Nggak nyaman aja. Lebih seneng pake celana dari pada skirt or dress."
Ten senyum. "It's okay. Jangan maksain hal yang nggak kamu suka. Mommy daddy, Bambam, Yeonwoo and our little one Sunwoo will always love you."
Amber senyum terus dia cium pipinya Ten. "Thank you."
"Wanna sleep with mommy?"
"Can i?"
"Sure." Ten cium pipi Amber terus jalan keluar kamar.
***
Pagi-pagi jam tujuh Hendery sama keluarga dia udah siap-siap mau berangkat.
"Udah semua kan?" Xiaojun mastiin takut aja ada yang ketinggalan karena mereka bakalan balik nanti bulan Januari karena rencananya mau natalan sama tahun baruan di sana.
Hendery ngangguk. "Udah babe."
"Kalian berdua?"
"Aman mi." Mingyu sama Soodam ngomong.
Koper mereka itu ada tiga, dua besar satu sedang, ditambah masing-masing gendong ransel, yah emang udah gini kalo punya anak.
"Kita doa dulu sebelum berangkat." Hendery ngajak keluarga dia buat duduk sama-sama di sofa.
"Kenapa doa dulu?" Soodam ngernyit bingung. Dia kan pengen cepet-cepet buat ke bandara.
"Tentu aja harus doa dulu biar nanti kita dijaga." Mingyu jawab pertanyaan adeknya.
"Tumben pinter." Hendery natap anak sulungnya.
"Mi... " Mingyu natap Xiaojun buat ngaduh kelakuan bapaknya.
Xiaojun nyubit pipinya Hendery. "Suka banget isengin anak ih!"
Hendery kekeh terus akhirnya dia minta satu keluarganya gandengan tangan buat doa sama-sama.
Selesai doa mereka langsung naik mobil buat jalan ke bandara. Selama perjalanan diwarnain sama suara anak-anak dan sesekali disambung sama Hendery atau nggak Xiaojun.
"Naik-naik ke... " Mingyu sama Soodam nyanyi.
"Tempat tidur." Hendery nyambung.
"Papi... hahahaha!" Soodam ngakak bareng Xiaojun sedangkan Mingyu geleng-geleng kepala.
"Lihat kebunku, penuh dengan... " Mingyu nyanyi lagu lain.
"Buaya." Hendery nyambung.
"Ada yang... "
"Merayap."
Mingyu ngernyit bingung. "Dan ada yang... " tapi tetep lanjut nyanyi karena penasaran.
"Tiarap."
"Setiap hari... "
"Harimau... "
"Kusiram semuanya... mawar melati... "
"Melatikus!"
"Semuanya... "
"Mampus!" Hendery akhirin terus ketawa.
Xiaojun sama Soodam nggak berhenti ngakak dari tadi.
"Papi kok ngelawak terus sih?" Mingyu nanya tapi ujung-ujung dia ketawa juga.
Hendery senyum seneng banget lihat keluarganya bahagia kayak gini. "Itu lagu anak-anak dulu yang emang sering banget diubah buat main-main."
"Masa sih?" Soodam nanya.
"Iya." Xiaojun ngangguk dan jawab.
Mereka lanjut nyanyi lagi dan lima belas menit kemudian akhirnya mobil sampe di bandara.
Hal yang emang sering banget terjadi, udah siap-siap, datang tepat waktu, tapi pesawat delay.
Mau nggak mau akhirnya mereka nunggu dulu. Xiaojun nunggu sambil nyuapin Soodam sedangkan Hendery main game bareng Mingyu.
"Yah! Papi payah masa nggak bisa lolos." Mingyu decak kesel.
"Lah orang udah cepet banget larinya." Hendery ngasih alasan.
"Papi sama kakak main apa?" Soodam yang penasaran akhirnya nanya.
"Ehmm, apa nama gamenya papi?" Mingyu tanya ayahnya.
"Subway surf." Hendery jawab terus dia ngasih hpnya ke Mingyu buat dimainin. "Coba kamu lewatin scorenya papi."
"Oh bisa dong! Lihat nih yah... " Mingyu langsung start game dan akhirnya satu kekuarga mereka mantangin benda kecil dan pipih itu.
Dua menit kemudian.
"Yey! Udah mau lewat score papi." Mingyu udah semangat. "Ayo... ayo... hehhhhh?"
"Jiahahahaha!" Hendery ngakak waktu scorenya udah mau lewat tiba-tiba mamanya nelpon.
"Oma... no... " Mingyu decak kesel terus balikin hpnya Hendery.
"Langsung kalah ini mah... nabrak kereta dan akhirnya tewas." Hendery ambil terus dia angkat telpon mamanya. "Halo ma?"
"Dery... "
Hendery ngernyit bingung waktu denger suara mamanya parau. "Mama nangis? Kenapa? Motong bawang?"
"Der... "
"Kenapa ma? Mama jangan buat aku khawatir."
"Kalian udah di bandara?"
Hendery ngangguk. "Iya tapi pesawatnya delay. Mama kenapa? Mau nitip?"
"Nggak sayang. Xiaojun mana?"
"Ada ini, lagi nyuapin anak-anak."
"Kalian ke rumah sekarang yah... "
Hendery ngernyit bingung. "Maksudnya ma?"
"Papa... "
"Papa kenapa ma?"
"Papa... ninggalin kita nak."
|||||||||||
Serius yah... ada nggak yang sama kayak Amber, periodnya waktu masih SD😂 kek adek ku juga:D
Maaf malam yah😁