GALEXTON ✔️ [TELAH TERBIT]

By Rivanapunut

1.2M 114K 22.6K

[Telah terbit dan tersedia di shopee rd_official Bisa dipesan kapan saja] ❝Dia Ratuku. Kau menyentuhnya, ting... More

CERITA BARU [ULTIO]
Prolog
1 - Galexton Zerstorung Amstrong
2 - Terjebak
3 - Pertemuan Yang Buruk
4 - 10.080 Menit Bersama Saya
5 - Mission Dimulai
6 - Usaha Untuk Kabur
7 - Merubah Arti Kehancuran
8 - Kamu Aneh
9 - Es Teh Tanpa Es
10 - Rusaknya Persahabatan
11 - Janneth The Real Impostor
12 - Putus Asanya Sang Jomblo
13 - Prinsip Keluarga
14 - Melindungi Milikku
15 - Akankah Berakhir?
16 - Arley Tidak Perjaka?
17 - Jatuhnya Sang Penguasa Balapan
19 - Susahnya Minta Maaf
20 - Ada Apa Dengan Charlie Puth?
21 - Hai Mantan!
22 - Satu Minggu!
23 - Tidak Ada Yang Bisa Dirubah
24. Latihan Meninggal
25 - Maaf Yang Tak Berguna
[ TRAILER ]
26 - Bersama Sampai Hilang Nyawa
27 - Kawat Gigi Baru
28 - Semakin Bahaya
29 - Gelagat Aneh Dari Sean
[ VISUAL ]
[ VISUAL ]
30 - Puncak Dari Bahaya
31 - Bukan Pacar
32 - Akhir Hidup Exton?
33 - Pengkhianat Lagi dan Lagi
34 - Dion dan Sagara?
35 - Kepergian
36 - Terakhir Kalinya
37 - Pembohong
38 - Si Pengkhianat
39 - Exton Kemana?
40 - Pemuda Misterius
41 - Sagara Juga Menghilang
42 - WHAT?!
43 - Kuburan Exton?
44 - Misteri Si Mading
45 - Berbicara Tentang Tua
46 - Ulang Tahun dan Pengusiran
47 - First Kiss
48 - Leyna, Exton dan Papah
49 - Firasat
50 - Akhir Yang Mengejutkan [END]
Epilog
Q&A
[TANYA JAWAB MARI!]
[VOTE COVER!]
INFO TERBIT!
OPEN PRE-ORDER

18 - Ayo Balikan!

19.9K 2.1K 299
By Rivanapunut

Memberikan kesempatan kedua sama halnya dengan menjual hati untuk disakiti lagi.








Dengan tergesa-gesa seorang gadis berlari ke arah Mas Ojol yang sedari tadi bertengger di atas motor. Tanpa basa-basi belum juga mas ojol membuka suara, gadis itu langsung merampas helm yang hendak diserahkan dan duduk di depan. Terpaksa mas ojol mundur dan duduk di belakang. Siapa penumpang siapa pemilik motornya coba?

"Mas berdoa aja di belakang semoga kita berdua ga terbang. Soalnya saya udah telat banget ini."

Leyna menaikkan standar motor. Memutar kunci dan menancap gas dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli kaca helmnya yang terangkat karena tertiup angin. Mas-mas di belakang terus merapalkan doa tidak mau nyawanya melayang sekarang juga. Gadis itu dengan lincah menyelip mobil dan motor yang berlalu lalang.

Membelokkan motor meninggalkan jalan raya. Ini adalah jalan cepat setiap ia pulang jalan kaki. Tanpa menuruni kecepatan Leyna terus memasuki pelosok jalan kecil. Saat melewati pepohonan yang masih asri seekor binatang lewat membuatnya mengerem mendadak.

"ANJING!" serunya kaget dan kembali menancap gas motor.

"Eeh bukan, itu kucing." Leyna menyengir saat menyadari bahwa binatang itu adalah kucing dengan bulu oren yang mendominasi. Mas ojol enggan membuka suara melihat penumpang aneh ini.

"Liat kucing bilangnya anjing, liat mantan bilangnya anjing, semua aja anjing, apapun dianjing-anjingin." Tawa Leyna semakin pecah menyadari bahwa sedari tadi dirinya terus berbicara sendiri. Di atas motor pula, bagaimana pandangan orang-orang melihatnya, Leyna tidak peduli sih, yang penting ia merasa senang.

Mas Ojol menatapnya jengah. Mimpi apa ia semalam dapat penumpang model begini. Cantik sih tapi aneh. Merasakan motornya berhenti Mas Ojol mengucapkan Alhamdulillah berkali-kali.

Menyerahkan duit dan langsung berlari menuju gerbang. Beruntung gerbang masih ada perbaikan jadinya Leyna langsung masuk tanpa memanjat pagar.

Terus berlari walaupun napasnya sudah ngos-ngosan. Koridor nampak sepi. Ia langsung mendorong pintu kelas XII-IPA 3 dengan keras dan berdiri di depan papan tulis. Sedikit membungkuk menopang badannya dengan kedua tangan di lutut. Ia mengatur napas yang memburu dan menoleh ke arah teman-temannya.

"Ada guru ga?" tanya Leyna di sela-sela dada yang turun naik karena napas tak teratur.

Melirik lewat ekor matanya ke arah yang ditunjukkan oleh ketua kelas dan berhenti di pojok kiri. Dimana seorang pria gendut, kumis tebal dan kepala plontos tengah memandangnya nyalang. Leyna menyengir tanpa dosa.

"Eeh Bapak, selamat pagi Bapak," sapa Leyna sumringah beralih ia menatap ke depan.

"Selamat pagi atas hadirin yang telah hadir. Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di pagi yang cerah ini."

DUAAR!

ZRAASHH!

Leyna menoleh ke arah luar, hujan turun amat deras. Membuat ketukan-ketukan di genteng sangat berisik terdengar. Menggaruk leher yang tak gatal. Tetap dengan muka tebal yang tak peduli malu, ia melanjutkan kalimatnya.

"Nampaknya cuaca tidak mendukung. Tapi tidak apa-apa yang penting keluarga dari pacar mendukung hubungan kalian. Lebih pentingnya lagi, jika ada dukungan dari teman, bila teman tidak mendukung hati-hati akan ditikung."

"Yang pernah ditikung tolong angkat tangan dan yang suka menikung tolong angkat nyawanya sekarang juga Ya Tuhan." Leyna mengadahkan telapak tangan ke atas seperti orang yang sedang berdoa. Gelak tawa seisi kelas seketika pecah saat itu juga.

"Keluar kamu dari kelas saya!" titah Pak Guru yang jengah karena ulah anak murid ini.

"Saya kan mau menuntut ilmu, Pak," bela Leyna dengan wajah memelas. Kedua ujung jari telunjuknya ia satukan di depan wajah.

"Tidak ada orang menuntut ilmu datang jam setengah sepuluh." Pak Guru berkacak pinggang dengan perut besarnya yang semakin di depan.

"Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali," tutur Leyna bijak. Ia memperbaiki dasi yang tergantung di kerah seragam. Setelahnya ia tersenyum canggung saat Pak Guru mengarahkan jari telunjuk ke arah pintu dan air muka yang semakin memerah karena marah.

Dengan perasaan kesal Leyna keluar dari kelas. Duduk di kursi. Menatap sekeliling dengan malas. Sunyi, hanya ditemani suara air hujan yang jatuh membasahi lapangan. Apa tidak ada gitu orang yang diusir dari kelas selain dirinya? Ia merapalkan doa semoga ada yang bernasib sial juga. Doa sepertinya terkabul. Dari kejauhan seorang laki-laki melempar senyum seraya tak melepaskan sorot mata dari Leyna.  

"Leyna, gue kangen sama lo." Mendengar itu Leyna tersenyum lebar dan menular ke laki-laki yang berdiri di depannya sekarang.

"Lo kemana aja semingguan ini, gue khawatir." Ada yang punya kantong plastik hitam? Leyna ingin muntah sekarang juga, mendengar omong kosong dari mulut Leo. Baiklah ia akan beradu akting nampaknya.

"Tapi kok lo ga nyariin gue?" tanya Leyna sok meladeni. Hendak melihat sejauh mana laki-laki ini berbohong.

"Aku nyariin kamu, sayang." Leo meraih tangan Leyna. Digenggamnya erat tersirat bahwa tak ingin melepaskan gadis itu. Leyna lagi-lagi tersenyum mengiyakan.

"Sebentar." Menarik tangannya dari genggaman Leo. Beralih membuka tas sekolah yang masih di punggung. Mengeluarkan beberapa lembar foto dan menunjukkannya kepada Leo.

"Sayang, kita putus, ya," pinta Leyna dengan nada lemah lembut. Senyuman tak luntur di bibir merah alaminya.

Leo langsung merampas foto-foto itu, dimana ia sedang bermesraan dengan wanita lain di taman. Beralih menatap Leyna panik. 

"Kamu dapat dari mana? Kamu udah tau sejak kapan?" Kentara sekali jika laki-laki ini mati kutu. Leyna tak menggubrisnya dan hanya tersenyum. Senyum mengerikan dari bibir gadis yang telah dibohongi.

Leo menarik tangan Leyna secara paksa. Genggaman di pergelangan semakin mengerat kala ia memberontak. Tidak ada Leo yang lembut seperti hari-hari dulu yang pernah dilalui.

Leyna menarik tangannya paksa saat Leo berhenti di depan gudang sekolah. Sedangkan laki-laki itu menatap Leyna sendu. Seperti sangat menyesali atas apa yang diperbuat.

"Leyna, gue sayang sama lo doang, gue ga mau putus dari lo." Leo berusaha meraih tangan gadis itu namun ditangkis dengan cepat. Beralih Leyna menyilangkan tangan di depan dada.

"Lo pergi dari hadapan gue sekarang." Leyna menunjuk ke arah ujung koridor dengan sorot mata menatap Leo tajam.

"Maafin gue," pinta Leo, mendekat hendak mengikis jarak, hingga punggung Leyna menabrak pintu gudang. Sontak ia langsung mendorong dada Leo dengan kasar. Namun itu nampak tak menggentarkan nyalinya sama sekali.

"Plis maafin gue, beri gue kesempatan sekali lagi." Leo kembali mendekat. Raut wajahnya amat menyesal tapi Leyna tak mau lagi-lagi tertipu.

"Perasaan gue ke lo itu kaya dinosaurus," ujar Leyna ketus sembari menahan dada Leo supaya tak mendekat lebih dari ini.

"Loh kenapa gitu?" Air mukanya terlihat sangat penasaran.

"Udah punah!"

"Kalau lo ga mau balikan, terus buat apa hati gue dicipatin?" tanya Leo memelas.

"Detoksifikasi darah, membuang billirubin, menyimpan glikogen dan lain-lain," jawab Leyna sembari menghitung menggunakan jari-jari tangan.

Leo nampak tak gentar sedikitpun. Ia berusaha memeluk gadis itu namun Leyna terus bergerak gusar, hingga pintu gudang terbuka membuat Leo tak melanjutkan aksinya.

Raut wajah Leyna semakin kesal. Tatapannya benar-benar tak bersahabat. Tapi Leo bagai menutup kedua matanya, tak mempedulikan hal itu. Sebelum tujuan yang ia mau tercapai.

"Pergi lo sekarang juga!" usir Leyna lagi-lagi dengan nada suara yang meninggi.

"Ley, beri gue kesempatan sekali lagi," lirih Leo, berkali-kali melakukan usaha hendak memeluk Leyna, namun gadis itu terus memberontak.

"Kalau telinga lo udah ga berfungsi. Mending gue potong aja, gimana?"

Leyna kaget dan langsung menoleh ke belakang. Merasa familiar dengan suara barusan. Ia membuka matanya lebar-lebar memastikan bahwa itu adalah laki-laki yang akhir-akhir ini selalu memberikan kata manis kepadanya. Tidak salah lagi, wajah datar dan angkuh. Serta aura intimidasinya benar-benar terasa. Ia melirik Leo yang nampak kaget.

Leyna menoleh ke arah laki-laki yang duduk di atas meja rusak dan berantakan. "E–Exton kenalin ini Leo, tapi kayanya lo udah kenal." Kembali Leyna mengalihkan pandangannya ke arah Leo yang masih tertegun. "Leo kenalin itu Exton. Atau lo mau berjabat tangan?" tawar Leyna namun dibalas cepat dengan gelengan.

"Gu–gue pergi dulu." Setelah mengucapkan itu Leo langsung lari terbirit-birit-birit hilang dari pandangan. Leyna mengintip sedikit, senyum kemenangan tercetak manis di bibirnya.

Leyna berbalik dengan raut wajah bingung. Melangkah ke arah Exton yang sudah ditemani oleh anggota-anggota inti Zertion. Mereka bersembunyi di balik tembok atas perintah sang Ketua. Dan keluar saat Leyna sudah aman. Semakin membuat kerutan di dahi gadis itu. Kenapa mereka bisa ada di sekolah ini?

Exton berdiri dengan baju seragam menggantung karena tak dimasukkan. Senyum Leyna yang awalnya melebar melihat Exton mendekat tapi perlahan memudar. Kedua bahunya dicengkeram kuat. Kilatan amarah di kedua bola mata Exton memancar. Helaan napasnya terdengar memburu.

"Kamu kenapa pergi ga bilang-bilang!!" Bentak Exton murka. Tangannya mendorong bahu Leyna kencang, tubuh gadis itu oleng namun dengan cepat ia menyeimbangkannya.

Leyna diam seribu bahasa, entah respon apa yang harus diberikan. Semuanya terjadi dengan tiba-tiba dan ia masih belum menyusun satu-persatu di dalam otaknya. Secepat itu kah laki-laki ini berubah? Ooh Leyna lupa, laki-laki ini tidak berubah. Tapi inilah jati diri Exton yang sebenarnya.

Teman-temannya menatap Exton kaget. Mereka masih berusaha mewajarkannya. Karena cara bicara Exton tidak berubah kepada Leyna sudah pasti laki-laki itu hanya kalap.

Napas yang memburu langsung mereda saat melihat wajah manis Leyna. Sorot matanya perlahan meredup. Exton mendekat dan langsung menarik gadis itu ke dalam dekapan. Diusapnya gerai rambut Leyna pelan. Aroma stroberi dari rambut Leyna menyeruak masuk ke indera penciuman Exton.

"Tutup mata Arley, tutup, siaga empat lima!!!" teriak Benji heboh melihat pemandangan di depan mata. Bobby menghamburkan buku-buku dari tas Benji. Langsung menutup kepala Arley dengan tas tersebut.

"Do not leaving me anymore." Suara berat dan penuh kelembutan memasuki pendengaran Leyna teramat sopan. Tak peduli dengan teriakan para setan di belakang. Pelukan Exton tetap hangat seperti yang pertama kali Leyna rasakan.

Leyna tak membalas pelukannya sama sekali. Justru gadis itu mendorong pinggang Exton pelan memberikan kode untuk dilepaskan. Pelukan melonggar, Leyna langsung berbalik pergi meninggalkan Exton dengan raut wajah penuh tanda tanya.

Exton berjalan mendekat ke arah yang lain. Raut wajahnya tetap datar. Tapi pergerakannya amat gusar.

"Gue salah apa?" tanya Exton polos.

"Gue bilang juga apa 'kan? Mending kita tadi masuk ke kelas aja," kata Bobby pasrah. Menyesal terseret arus mereka.

"Kita anak murid baru, jadi gapapa ga masuk kelas juga. Lagian kita tadi telat masuk. Mending nyantai di gudang. Lumayan ga kotor-kotor banget," timpal Benji mengedarkan pandangannya menyapu bersih setiap penjuru ruangan yang cukup besar ini.

Exton menghela napas panjang melihat tak ada yang merespon ucapannya. Ia mengacak-acak rambut terlihat frustasi. Sean melirik sekilas dan langsung menutup buku komik.

"Lo minta maaf," saran Sean mengundang atensi semua temannya. Terlebih lagi Exton, ia mendengar sangat serius.

"Kenapa gue harus minta maaf?" Exton semakin tak mengerti, salahnya dimana coba? Ia tidak melakukan kesalahan bukan?

"Lo kasar." Sean kembali membuka buku komiknya. Melanjutkan bacaan pertanda durasinya sudah selesai. Dan tidak akan bicara lagi.

Terima kasih sudah membaca :)

Tak henti²nya author berterima kasih sama kalian yang selalu ngasih vote dan komen. TERIMA KASIH BANYAK-BANYAK BANGET❤️

Leyna bebas konfliknya akan semakin panas xixi😉

Continue Reading

You'll Also Like

RAJARVAS By fia

Teen Fiction

132K 12.8K 47
RAJARVAS story of Andrea and Rajarvas. Ketika Rajarvas Bamantara si ketua geng besar bernama Adarioz harus berurusan 'lagi' dengan gadis cantik berna...
34.2K 4.3K 36
"Hei, Sabo. Jika kita bertemu kembali nanti ... tolong pergilah." kata-kata itulah yang selalu terngiang di benak seorang Akaime (name) setiap kali g...
9.2M 821K 54
[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀] ❌𝐃𝐎𝐍'𝐓 𝐂𝐎𝐏𝐘 𝐌𝐘 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘. 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓 𝐌𝐄𝐍𝐉𝐀𝐔𝐇‼️ "Kak Gal...
5.6K 1.9K 39
[ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA ] Awal mula kisah pertemuannya dengan Edward, Zia mengetahui siapa dibalik seorang pembalap terkenal yang membuat s...