Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian.
Bersayang-sayang dahulu, berakhir mendapat tonjokan.
Curahan hati seorang Raka.
Beli kaca di tukang bubur
Pembaca gue semuanya pada kabur:v
Typo gentayangan dimana-mana. Mirip gue yang tiap malem keliling komplek:v
---
Kelas XII IPS 2
Kelas yang awalnya sunyi senyap langsung rusuh akibat mendapat kabar kurang sedap dari anak paling rusuh di kelas. Ditambah lagi dengan kedatangan bad boy jaman jahiliah yang mendadak jadi seleb mengalahkan kepopuleran Emak gue:v.
Skip lah
Raka yang baru muncul dari arah pintu menghentikan langkahnya, dia mengernyit heran melihat teman-temannya yang mendadak jadi berisik mengalahkan suara jangkrik di siang hari.
Mereka semua memperhatikan Raka dengan mata berbinar, seakan Raka adalah makhluk paling langka, maksudnya langka tidak berbuat dosa. Tapi mereka tidak lama memperhatikan Raka sebab, kabar dari tukang rusuh lebih urgent, daripada Penampakan Raka yang tumben-tumbennya mempesona.
Raka melanjutkan langkahnya untuk memasuki kelas dan dia terheran-heran kembali melihat kelakuan teman sekelasnya yang menjadi lebih agresif dari sebelumnya, tapi dia tidak ambil pusing, dia berjalan lurus kearah bangkunya kemudian langsung duduk tanpa melihat sekitar.
"Aneh, kenapa bangku gue terasa empuk," gumam Raka yang sedang duduk anteng di bangkunya.
Awww
Lah suara apaan tuh, gumam Raka.
Tapi tidak dia perdulikan.
Awww
Nyeremin anjir bangku gue, bisa ngomong.
Plakkk plakk
"SAKIT ANJIR!" teriak Raka yang mendadak dapat serangan tak senonoh dari belakang, membuat fokus penghuni kelas berpindah padanya, tapi hanya sementara. Ingat Raka bisa dikesampingkan! Alias tidak penting.
"Diem lo Nangka busuk," jawab sebuah suara dari arah belakang badannya.
Raka berbalik dan kaget melihat pemandangan cewek cantik, tapi sayang bukan jodohnya.
"Eh sayang, jangan marah atuh yang," ucap Raka cengengesan.
"Gimana gue enggak marah Nangka, lo sembarang duduk di paha gue," protes cewek tersebut.
"Kagak apa-apa atuh yang, itung-itung latihan mesra-mesraan, yang penting aku duduknya di paha kamu, bukan duduk dipangkuan illahi,"
"Pede gila, nyebut Ka nyebut" ucap cewek tersebut sambil menoyor kepala Raka dengan keras.
"Jahat banget sih Mik sama calon pacar," ucap Raka pura-pura kesal.
"Calon pacar ndasmu," kesal Mikha, "jangan sok kesal, jijik gue liatnya." Ucap Mikha geram.
Kemudian tangan Raka terulur kearah tangan Mikha, dia menggenggam nya dan mengelus tangan Mikha, tangan yang tadi sempat memukulnya. Sekalian Modus mumpung ada kesempatan.
"Mik." panggil Raka pelan seraya terus mengelus tangan Mikha dengan lembut.
"Apa!" jawab Mikha ketus. "Eh Lo ngapain pegang tangan gue bukan muhrim, haram!" ucap Mikha geram sambil melepaskan tangannya yang sempat di pegang Raka.
"Ketus amat sih yang jawabnya, haram? ngode banget minta di halalin." ucap Raka cengengesan. "Nanti ya yang, kalau gue udah kaya pasti gue langsung lamar lo," lanjut Raka.
"Lo udah kaya kok Ka,"ucap Mikha sarkas. "Tapi lebih tepatnya kaya monyet!" lanjut Mikha.
"Anjir, eh astaghfirullah sayang!"Kok kamu tega banget ngatain calon pacar," jawab Raka.
Mikha mengernyit dengan jijik akan jawaban Raka yang berlebihan.
"Calon pacar in your dreams," Stop bilang aku-kamu geli gue." protes Mikha.
"Kagak apa-apa meskipun dalam mimpi, mimpi yang akan menjadi nyata," ucap Raka nyengir.
"Mimpi lo ketinggian, awas jatuhnya sakit," ucap Mikha sarkas.
"Ciee yang perhatian, masih ada lo yang bisa bangunin gue,"
"Udahlah gue kalau debat sama lo, bikin gue mati muda," Mikha berucap dengan lelah.
"Jangan mati dulu, aku belum siap hidup tanpamu," balas Raka.
"RAKA!" teriak Mikha geram.
Raka memperhatikan Mikha yang marah-marah dan itu membuatnya terpesona, walaupun bohong.
"Iya sayang," jawab Raka. "Ngode banget minta perhatian."
"Arrrrrgggg, tau ah pusing gue, liat kelakuan lo." Mikha berucap dengan kesal dan putus asa.
"Maaf ya sayang, gue bercanda," ucap Raka sambil tangannya tidak tinggal diam, tangan tersebut dengan lancangnya mengelus kepala Mikha dengan sayang. Modus lagi!
Disaat mereka berdebat tiba-tiba dari arah pintu muncul sesosok cewek cantik tapi tidak ganteng yang langsung berjalan kearah bangku Raka. Tangan cewek tersebut langsung terulur kearah telinga Raka dan tanpa ba-bi-bu langsung menjewernya.
"Aww," ringis Raka. " SAKIT BEGO!" Raka berdiri dan berteriak ke arah pelaku yang menganggu momen manisnya.
"Udah puas mantap-mantapnya." ucap cewek tersebut dengan ketus.
"Belum," jawab Raka sambil nyengir menahan sakit. "Kenapa Yu?" Lo mau gabung?" goda Raka.
"Dih!" Ayu menjawab dengan jijik.
"Jahat banget sih Yu ekspesinya." Ringis Raka.
"Bacot!"
"Istighfar Ayu, lo itu berdosa banget."
"Dih!"
"Dih aja terus sampai gue nikah sama si Adel."
Adelia yang nama disebut langsung melirik dengan tajam dan mengacungkan jari tengahnya, yang membuat Raka merinding.
"Udahlah, lo jangan banyak bacot," murka Ayu. "Lo harus ikut gue,"
"Ada apa yu kok serius banget," Raka bertanya dengan heran.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," lanjut Ayu
"Plis Yu, lo jangan ngomong, gue kgk bakal sanggup dengarnya." ucap Raka melas.
"Apa sih lo, gue aja belum ngomong." Ayu berkata dengan geram.
"Gue bilang jangan, gue udah tau isi pikiran lo yu, lo mau mutusin gue kan?" tuduh Raka.
"Mutusin apaan njir, pacaran aja enggak." bantah ayu.
"Yaudah kita pacaran aja." Lanjut Raka nyengir.
"Ngaco, udah buruan bayar uang kas nya, gue udah tau trik ngeles versi lo."
"Minggu depan gue bayar."
"Kebiasaan banget lo nunggak, hari ini jatuh temponya jadi lo harus bayar titik,"
"Lama-lama lu mirip rentenir njir," teriak Raka.
"Berani-beraninya lo ngatain gue rentenir, Muka Princess kaya gue enggak pantes disama-samakan dengan rentenir," bantah Ayu tak terima muka manisnya disama-samakan dengan rentenir.
"Maksud lo Princess Munaroh, emang mirip sih," ucap Raka nyengir.
"Ngajak ribut banget sih Lo jadi cowok," geram Ayu. "Gue enggak mau tau, lo bayar sekarang atau-" lanjut ayu sambil menggantungkan ucapannya.
"Atau apa Yu," Raka bertanya dengan was-was.
"Atau lo gue tendang ke kelas sebelah." Lanjut ayu.
Mendengar kata kelas sebelah Raka langsung bereaksi.
"Kagak, gue kagak mau ke kelas sebelah, lo diskriminasi anjir sama gue, kagak adil." protes Raka. "Mentang-mentang anak Kepala Sekolah,"
"Makannya bayar!" ucap Ayu tegas.
Gue kagak mau pindah kelas, kelas sebelah kagak seru, kagak ada ceweknya.
"Oke gue bayar," ucap Raka. "Emang berapa yang harus gue bayar, Sampai lo segitu ngototnya nagih gue" Lanjut Raka dengan pasrah.
"Enggak banyak sih," jawab Ayu ."bentar gue cek buku dulu,"
2 menit kemudian
"Lama banget sih Yu," protes Raka karena Ayu terlalu lama.
"Sabar dong, gue harus hitung dulu biar akurat,"
Emang sebanyak apa hutang kas gue, sampai si Ayu ngitung nya lama, gue lelah, letih, lesu.
"Lo bisa ngitung kagak sih Yu, lama bener woy," ucap Raka sewot.
Plakk
Sebuah buku tiba-tiba menggeplak kepala Raka dengan keras.
Raka menggaduh kesakitan
"Berani-beraninya lo ngatain gue kgk bisa ngitung." Ayu berucap dengan sewotnya.
"Sorry Yu, sensi amat lo jadi cewek pms lu ya."
"Sotoy lo Ka,"
"Hadeh Yu, orang nanya juga."
"Udah Ka, lo bisa diem dulu nggak, gue lagi serius ngitung nih," ucap Ayu
"Iya-iya gue diem." jawab Raka pasrah.
3 menit kemudian
"Menurut buku catatan gue, hutang lo itu 100.000 pas, tapi karena hari ini lo bayar jadi ada potongan harganya,"
"Anjir ada potongan harga, Lo pikir diskon." ucap Raka kaget mendengar ada potongan harga.
"Kenapa? Lo kagak mau, Sok kaya bener lo jadi manusia padahal lagi miskin juga."
Mendengar kata miskin radar Raka bergerak dengan cepat, dia tidak mau orang-orang tau kalau dia jatuh miskin, bisa anjlok harga dirinya.
Tiba-tiba dengan kurang ajarnya, tangan dia sudah nangkring di mulut Ayu, Ayu yang mendapat serangan mendadak langsung megap-megap karena sistem pernafasannya terganggu, wajah Ayu merah padam, Ayu memukul-mukul tangan Raka dengan keras agar segera dilepaskan.
Raka yang melihat muka Ayu yang sudah merah padam segera melepaskan tangannya. Dan dia mengucapkan istighfar beberapa kali.
Astaghfirullah 3 kali, apa yang telah hamba lakukan tuhan. Raka berucap dalam hati.
"LO MAU BUNUH GUE!"teriak Ayu dengan kerasnya, tangan Ayu terkepal dan langsung meninju Raka dengan keras, Raka yang mendapat serangan tersebut langsung jatuh tersungkur.
Raka mengelap hidungnya yang mengeluarkan darah, ternyata lumayan juga pukulan si Ayu.
Anak-anak kelas yang tadi sok sibuk langsung berhamburan memisahkan Ayu dan Raka yang sedang berseteru.
Ayu kembali maju dan bersiap-siap melayangkan tinjuannya yang kedua. Tapi teman-temannya segera menyeret Ayu keluar dari kelas, Ayu berontak tidak terima.
"LEPASIN GUE!, GUE MAU BUNUH SI ULAT NANGKA, DIA NGGAK BOLEH HIDUP!" teriak Ayu jejeritan.
Dari arah belakang datang guru BK yang tadi sempat mendapat laporan dari salah satu murid XII IPS 2 bahwa dikelas tersebut ada keributan panas. Beliau berjalan dengan tergesa. Dia menghentikan langkahnya dan segera merebut air yang akan di minum salah satu muridnya.
"Bapak pinjam airnya, nanti bapak bayar pake doa."
"Eh, iya pak, ambil aja enggak apa-apa." jawab murid tersebut dengan sungkan.
Pak Bayu kembali berjalan kearah kelas XII IPS 2 dengan tergesa-gesa.
Dia menghentikan langkahnya, karena melihat anak didiknya yang mulai berteriak-teriak tidak jelas, dia mempercepat langkahnya karena panik.
"LO HARUS MATI ULAT NANGKA, LO BENAR-BENAR HARUS MATI!" jerit Ayu.
Anak-anak yang memegang Ayu mulai kewalahan, tapi mereka bersyukur sewaktu melihat Pak Bayu yang sudah kelihatan wujudnya.
Mereka kompak mengucapkan Alhamdulillah.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
"Ayu kenapa?" tanya Pak Bayu dengan cepat.
"S-aya enggak tau Pak." jawab Selena terbata.
"Mungkin Ayu kesurupan Pak!" celetuk Wahyu.
"NGADI-NGADI!" teriak teman-teman Ayu tak terima akan tuduhan Wahyu kepada Ayu.
"Gue kagak ngadi-ngadi, gue hanya berbicara sesuai fakta yang ada." ucap Wahyu sok tau.
"Bener itu Wahyu?" tanya Pak Bayu.
"Bener Pak, coba bapak lihat bagaimana ekspresi Ayu yang udah mirip kuda lumping."
Pak Bayu mulai memperhatikan Ayu, dan dia setuju akan tuduhan Wahyu yang bilang bahwa Ayu itu kesurupan, dilihat dari sudut manapun emang si Ayu mirip dengan kuda lumping. Bedanya kuda lumping makan beling kalau si Ayu sibuk makan buku catatan.
Pak Bayu segera melihat tangannya yang sedang menggenggam sebotol Aqu*, dia segera meminum air tersebut dan dengan tanpa aba-aba pak Bayu langsung menyemburkan air tersebut kepada Ayu.
Ayu yang mendapat semburan Pak Bayu, langsung terdiam kaku ditempat, dan tak lama kemudian Ayu jatuh pingsan.
Pak Bayu dan Wahyu mengucapkan syukur.
"Alhamdulillah setannya keluar." teriak Wahyu.
----
Lapangan
"Gas, tumben anak teladan macam lo di jemur." tanya Raka sambil cengengesan.
Bagas diam saja, tidak menyahut Raka, dia tidak mau mendapat masalah untuk yang kedua kalinya, cukup satu kali dia kena sial, akibat ulah si biang masalah yang berdiri tepat disampingnya.
"Kok lo diem aja daritadi, lo sariawan."
Raka tidak henti-hentinya mengajak Bagas berbicara, tapi yang diajak berbicara tidak menjawabnya.
Dia celingak-celinguk melihat sekitar, dan dari sanalah matanya menangkap sosok Adelia yang mulai berjalan kearah lapangan, dia menebak pasti Adelia akan menghampiri Bagas, Tiba-tiba ide jahat mulai berseliweran di otaknya.
"ADEL, SAYANG!" teriak Raka.
Mendengar Raka memanggil nama yang familiar, Bagas mulai bereaksi. Tangan kirinya mulai terkepal.
Adelia yang mendapat panggilan tersebut mengernyit jijik akan panggilan Raka kepadanya.
Raka yang diabaikan Adelia malah semakin gencar membuat ulah.
"GUE TAU DEL, LO PASTI KESINI MAU NEMUIN GUEKAN, SEKALIGUS LO MAU MUTUSIN SI BAGAS DEMI GUE." teriak Raka kembali, dengan tidak tau malu.
Amarah Bagas sudah di ubun-ubun, dan dengan sekejap dia memukul Raka dengan sekali pukulan sampai-sampai Raka tersungkur dan jatuh pingsan.
Lebih tepatnya pura-pura pingsan.
Nah ini yang gue tunggu, setidaknya dengan cara ini hukuman gue sedikit berkurang, gue bisa istirahat di UKS dengan tenang. Raka berucap dalam hati.
TBC apa tamat ?
Rekor pertama gue:v satu part lebih dari 1500 kata:v
Sorry kalau cerita gue yang paling atas gaje:v sumpah gue kgk bisa mikir lagi:v gue bolak balik rombak tapi hasilnya tetep aje kgk bener:v
Jujur aje gue sedang sibuk again, tapi gue lanjutin cerita ini, meskipun ceritanya tambah ancur:v persis kaya kue bikinan adek gue yang terbuat dari tanah:v