Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOL...

By hanwistereia

32.1K 5.2K 1.9K

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini... More

00 : prolog
01 : new page
02 : another side
03 : as if it's
04 : inner
05 : mood
06 : Jongho
07 : play date
08 : all day long
09 : move on? system not found
10 : don't die
11 : I like him
12 : focus
13 : lunch
14 : thinking out loud
15 : day and night
16 : pleasure
17 : like always
18 : conversation
19 : followed
20 : boy-space-friend
21 : reason
22 : let it all go
23 : sweet talking
24 : attached
26 : coming home
27 : from home
28 : for home
29 : hands on me
30 : next to you
31 : meet up
32 : sick
33 : almost ended
34 : just a dream
35 : how it's ended
36 : summer break
37 : affirmation
38 : another page
39 : roommate
40 : bothered
41 : daily of college
42 : dating on the festival
43 : dating on the festival (2)
44 : two is better than one
45 : confident
46 : under control
47 : who's knows?
48 : he knows
49 : tossed around
50 : the bitter part of life

25 : Cause I'm Envy

528 98 37
By hanwistereia

"Fiks, gue mau ambil fast track biar cumlaude."

Jeongin keselek jusnya. "Gimana?"

Beomgyu menatap sahabatnya dengan dahi berkerut tanda kebingungan. "Tumben keselek, biasanya langsung sewot." komennya gak faedah.

"Bodo amat!" Jeongin ngejitak Beomgyu.

"AAAAAHHH, gue mau cepet lulus kuliah! Pusing banget lah, FAK!" Beomgyu merengek sambil nelengkupin wajahnya di meja kantin.

Jiheon daritadi nyimak tingkah kedua temannya, terutama yang inisialnya Beomgyu. Ditelannya kunyahan makanannya baru ngomong, "Bukannya kalau udah lulus malah lebih pusing ya? Mikirin ngelamar kerja, cari kerja, interview kerja, biaya hidup, biaya kerja, kerjaan—"

"Oke, setoppeu. Makasih buat pengingatnya."

Sementara itu, Jeongin memperhatikan wajah Beomgyu di depannya. "Bibir lo pucat amat. Sakit?"

"Perasaan gue mah enggak sih..."

Jiheon yang duduk di sebelah Beomgyu langsung neplokin tangannya ke wajah, leher, dan tangan Beomgyu. Sesaat kemudian menatap Jeongin dengan serius. "Enggak kok, Jeong. Beomgyu gak sakit, emang lagi jelek aja." katanya mantap.

"Ouw, thats hurt me like meow meow..."

"Sakit itu, Heon. Otaknya gak ada." sahut Jeongin

Tapi, mari lupakan percakapan intro di atas.

Mereka gak berlama-lama di kantin karena masih harus ngejar kelas jam 1. Hari kelas full dari pagi sampai sore jam 5.

Padahal trio itu datang jam 1 kurang 10 menit, tapi yang datang baru sekitar sepuluh orang termasuk mereka.

Kurang lima menit sebelum jam 1, baru banyak rombongan mulai berdatangan.

"Yes! Dosennya belom dateng!" seru Junseo kegirangan, terus duduk di belakang Jeongin.

Nakyung menyusul kemudian, mukanya yang tegang langsung rileks pas melihat dosennya belum ada. Dia duduk di sebelah Beomgyu—satu-satunya bagian jajaran tengah yang masih kosong.

Lewat 10 menit kemudian, kelas sudah penuh tapi keberadaan pengajar masih belum kelihatan.

"Fix, kelasnya gak jadi, karena Pak Namjoon gak mungkin telat." ada yang nyeletuk.

"Maunya elo!"

"Maunya elo-lo semua juga ya!"

"Enggak ya, kecuali mereka," telunjuknya mengarah ke jajaran depan.

"Heh, bego! Kalau kelasnya gak ada, pasti nanti ada kelas pengganti hari lain. Males banget!"

"Oh iya ya! Aduh... Pak Namjoon cepet dateng dong!"

Sementara itu... "Beomgyu, lo sakit?" tanya Nakyung.

"Enggak kok, enggak... Nih, cek aja kalau gak percaya. Panas badan gue sama kayak punya lu orang."

"Oh."

Jeongin noleh dari pojokan. "Dia gak sakit, Nakyung, lagi JELEK aja!"

"Bacot!"

"Tapi bibir lo pucet banget, muka lo juga kusem gitu." Nakyung nempelin tangannya ke lengan Beomgyu. "Hadep gue sini,"

"Mau apa?"

"Mau gue rapihin, mumpung Pak Namjoon belum dateng. Eneg gue lihat lo kumel kayak gembel."

Jeongin ngakak sementara Beomgyu manyun tapi tetap nurutin Nakyung.

Nakyung langsung mengeluarkan 'perkakas ceweknya' yang mayoritas dimengerti cowok cuman bedak sama lipstik. Rupa-rupa lainnya mah gak tahu apaan. Pulpen atau spidol kali.

"Diem ya lo, diem. Tahan napas lima menit."

"Mati dong gue?"

Nakyung gak jawab. Caranya menghadapi ketololan makhluk di sekitarnya ya cukup didiemin aja.

Setelah poni rambut Beomgyu dijepit, dia disuruh merem, habis itu gak tahu dah Beomgyu ditempelin(?) apa aja. Pokoknya pipinya diusap-usap, digosok-gosok, sama ada bunyi 'plok plok plok' sama 'sret sret sret'.

(gosah ambigay lu pada ya)

Yang duduk di sekitar mereka asik ngelihatin.

Dan... sentuhan terakhir. Nakyung cuman ngasih lip balm rasa cherry. Aromanya manis dan buahnya kuat banget. Beomgyu kira dia diolesin selai, tapi kan gak mungkin ya, dianya aja tolol. Pas lidahnya mau jilat bibirnya, langsung dikeplak kepalanya sama Nakyung.

"Jangan dijilat! Lo kira ini permen?!"

"Baunya enak..."

"Tapi ini bukan makanan, pinter!"

Sekitar mereka langsung riuh. "Gyu, Gyu, ngaca coba!"

Beomgyu nurut. Dua buka self camera ponselnya dan kaget, "Kok cakep weh?! Ini siapa?!"

"Wkwkwkwk! Kok tolol sih, Gyu!?"

Karena kerumunan mereka sebagian besar fokus ke Beomgyu dan posisi membelakangi bagian depan dan pintu masuk kelas, mana mungkin langsung sadar kalau ada yang tiba-tiba bergabung.

"Seru amat make over-nya. Saya gabung, boleh?"

Bajigur! Mereka langsung salah tingkah dengar celetukan pak Namjoon yang tahu-tahu sudah berdiri ganteng di sebelah Nakyung. Cewek itu langsung asal masukin peralatannya ke pouch dan disimpan ke bawah kursi. Sementara Beomgyu tiba-tiba ngacak-ngacakkin rambutnya biar nutupin separuh wajahnya. Dan yang lain lagi udah pura-pura nulis—padahal pak Namjoon nyalain laptop juga belum.

Pak Namjoon senyum sambil seolah nengok ke Beomgyu. "Mana dong, saya mah lihat hasil make up-nya."

"Ng-nggak usah pak! Saya masih tetep jelek kayak cumi!" Beomgyu nyengir sambil geleng-geleng.

Pak Namjoon beralih ke Nakyung. "Kamu kenapa gak ambil jurusan kecantikan atau tata busana? Kenapa pilih MRI?"

Nakyung salting. "Ng-enggak pak, saya lebih suka ngegambar sama ngubek-ngubek paralon di rumah." jawabnya ngawur.

"Oh, gitu. Oke deh," terus pak Namjoon undur diri menuju depan kelas—singgasana seharusnya. "Maaf ya saya terlambat. Tadi saya kedatangan tamu pengajar dari Australia." beliau senyum. "Tapi untungnya, keterlambatan saya tetap membawa hal positif buat beberapa mahasiswa untuk produktif." beliau melirik ke arah Beomgyu dan Nakyung.

Beomgyu berbisik ke Nakyung setelah Pak Namjoon fokus ke laptopnya. "Itu dia muji atau gimana?"

"Gak tau. Diem."


❒❒❒


"Karena minggu ini ada libur golden weeks, jadinya logbook dikumpulin paling lambat Jumat jam 6 sore."

Beomgyu, Junseo, dan Yuri cengo. "Apa? Libur?"

"Seriusan libur? Hari Jumat tanggalnya merah? Merah beneran dikasih pemerintah, bukan merah dicoret spidol? Ada libur selain Sabtu-Minggu?!" Junseo syok.

"Lo gak pernah cek kalender atau lo gak punya kalender?" Nakyung sebel.

"Ya ampun..." Beomgyu malah mengepalkan tangannya. "Tuhan baik banget, Maha Pengasih dan Penyayang."

"Gue gak tahu apa hubungannya libur dan kebaikan Tuhan, tapi karena Tuhan emang Pengasih dan Penyayang, gue biarin."

"Makasih Nakyung."

Nakyung menghela napas.

"Capek ya, Kyung?" tanya Jaeyun.

"Yah... gitu deh,"

Jaeyun nepuk-nepuk pundaknya pelan. "Sabar, bentar lagi UAS terus libur, kok."

Oh iya, UAS...


❒❒❒


"PERASAN BARU DI CHAPTER 12 SELESAI UTS KOK SEKARANG UDAH MAU UAS AJA SIIIHHH?????"

"YA MANA GUE TAU, GUE KAN CHOI BEOMGYU BUKAN PAK YOONGI APALAGI REKTORAT."

Itu gak ngegas ya, mereka ngomong diakhiri pakai tanda tanya(?) dan titik(.)

Ngomongin ngegas, tetap aja Jiheon pusing dengerin mereka """"tidak-ngegas"""".

"Mau jajan," kata Jiheon terus jalan ke koperasi.

"Mau jajan juga," Beomgyu ngikut. Tapi dia gak langsung masuk, diem dulu di depan koperasi yang dindingnya dari kaca.

"Ngaca terooss!" ditoyor sama Jeongin dari belakang.

"Biarin sih! Mumpung lagi cakep! Ya meski tiap saat gue emang gak jelek, macam cumi bengek kayak lo—"

"Masuk sana!" ditendang Beomgyu dari belakang sampai nyaris ngejengkang.

Beomgyu's 🖕🏻

Jeongin's 🖕🏻🖕🏻

"Kalian mau jajan gak?!" empet juga Jiheon lama-lama.

"IYA!"

Akhirnya mereka bertiga ngider di koperasi yang gak lega-lega amat itu.

"Gyu, es krim?" Jeongin nunjuk.

Beomgyu mikir dulu. Biasanya langsung diiyain, tapi dia ingat pesan mamanya buat jangan sering-sering jajan es krim.

"Enggak deh, mau susu aja." cetusnya.

"Iya ya, soalnya lu kan gak punya."

Plak! "Kotor lo!"

"Paan sih?! Ya kan bener lo gak punya susu, kalau punya stoknya udah lo minum daritadi!" sewot Jeongin—sok—polos sambil ngusap ubun-ubunnya.

Beomgyu mendengus malas dan meninggalkan Jeongin menuju rak susu.

Diamatinya jajaran minuman di lemari pendingin. Menilik rasa yang diinginkannya masih ada atau enggak. Sekotak susu stroberi dengan merk kesukaannya masih ada walau tidak banyak. Langsung diraihnya lantas berbalik, ingin cepat-cepat bayar.

Tapi Beomgyu ceroboh. Dia berbalik ke arah yang mana ada sebuah lengan panjang terulur di sisinya dan berakhir membenturkan wajahnya.

Jduk

"Eh! Sorry dek!"

Beomgyu meringis, lebih karena kaget. "I-iya gak pa-pa—lah, kak Soobin?!"

"Iya ini gue," Soobin masih beralih pada wajah Beomgyu yang terantuk lengannya. "Lo beneran gak pa-pa? Tadi kayakna kejedotna keras..."

"Ng-nggak pa-pa, gue gak pa-pa..." Beomgyu menggeleng, berusaha terlihat kalem meski sekarang dia malu banget. Ditambah lagi, wajah Soobin terlalu dekat dengannya.

Biar begitu, tangan Soobin masih bertahan mengusap area dahi dan pelipis Beomgyu dengan pelan.

"Ta-tangan lo gak sekeras etalase toko, tenang kak," Beomgyu menepis pelan tangan Soobin—dan kegugupan—darinya.

"Iya sih, tapi gue tetep merasa bersalah. Soalnya tadi niatnya emang mau ngisengin elo, dek."

Beomgyu langsung sepet. "Emang busuk lo, kak."

Soobin tertawa. Diusapnya kepala Beomgyu sejenak sebelum menggeser badan Beomgyu perlahan, "Bentar dek, gue juga mau jajan."

Beomgyu gak mengerti. Kalau jajanan yang diinginkan Soobin memang ada di lemari pendingin, kenapa dia gak minta Beomgyu menyingkir saja alih-alih meraihnya melewati Beomgyu yang berada di antaranya? Jadinya, Soobin harus bersusah payah mengambil sambil setengah merangkul tubuh Beomgyu.

Beomgyu menggigit bibir. Lantas mendorong pelan Soobin dengan lengannya ketika yang lebih tua sudah mendapat minumannya. "U-udah kan?"

"Udah."

Beomgyu mengangguk dan berjalan duluan menuju kasir sambil nge-anjing-anjingin jantungnya yang lagi dugeman.

"Ini ada anaknya muncul juga. Dikira ngegondol susunya gak bayar kayak kucing." celetuk Jeongin yang nangkring dekat kasir bareng Jiheon.

"Emang bebek bacot." Beomgyu cubit bibir Jeongin.

Dari belakang, Soobin menyela dan meletakkan minumannya di sebelah punya Beomgyu.

"Eeeehh, eehhh, ada kak Soobin..." Jeongin nyengir sambil ngelirik Beomgyu, alisnya naik-turun.

"Heh! Kenapa muka lo kayak kebelet berak gitu hah ngelihatinnya?!"

"Cause I'm Envy. Cie..."

"Gak jelas!"

"Udah, udah, minum aja nih dibanding ribut." Soobin mengulurkan minuman Beomgyu.

"Oh iya, uangnya—"

"Udah biarin, ambil aja."

"Makasih kak."

Udah keluar koperasi, Jeongin masih nyengir ke Beomgyu yang jalan bareng tetangga asramanya itu, sampai si temennya keselek. "Lo kenapa sih anjeng?!"

"Cie, Cause I'm En—AAAAACCKK, ANJRIT!" Jeongin dicekik Beomgyu.

Sementara itu, Soobin beralih ke Jiheon yang anteng ngunyah sosisnya. "Capek gak, Jiheon?"

Yang ditanya natap datar. "Banget kak."


❒❒❒


"Dadah kak Soobin, dadah Beomgyu..." Jiheon dadah-dadah terus pergi ke gedung asramanya. Yang dipamitin juga melambai sebelum akhirnya jalan barengan masuk ke gedung asrama. TB1.

"Gimana kuliahnya? Masih waras?" tanya Soobin sambil jalan.

Bentar, ini sih bukan deja vu, tapi persis sama woy nanyanya kayak di chapter kemarin.

"Puji Tuhan, masih bisa inget hari sama tanggal sih." jawab Beomgyu ngawur tapi bener.

"Hahaha," Soobin ketawa aja. "kalau stress bilang ya?"

"Emang apa bedanya kalau bilang dan gak bilang?"

"Biar stressnya bisa barengan."

Beomgyu ngakak keras, padahal gak lucu sama sekali.

"Wah, udah stress nih, ciri-cirinya retjeh."

Beomgyu langsung berhenti ketawa dan mendelik. "Nggak, nggak mau. Belum siap stress."

"Ya jangan direncanain juga dong."

"Gak tau ah," Beomgyu melangkah duluan menaiki tangga sambil agak menghentak. Derap langkahnya menggema di lorong.

Mereka akhirnya sampai di lantai 5.

Lagi-lagi Beomgyu berjalan lebih cepat meninggalkan Soobin, gak mengindahkan seruannya yang minta ditungguin. Malah diledek, "Maklum ya, orang tua lelet."

"Kurang ajar!"

Beomgyu cuman ketawa sambil lari-lari kecil menuju kamarnya.

Tapi cowok itu langsung berhenti dan berbalik, menunggu Soobin yang masih berjarak kurang dari sepuluh langkah darinya. Tungkainya yang panjang membuatnya cepat sampai dan kini berdiri di hadapan Beomgyu berselisih selangkah.

"Kenapa?"

"Nggak pa-pa," Beomgyu menggeleng pelan. Lantas wajahnya beralih beberapa derajat sambil menjumput poni rambutnya sendiri dan menyisihkannya.

Pada sikap yang minim ini, Beomgyu cuman sampai berharap adanya sedikit kesadaran yang berakhir tanya, bukan uluran tangan yang meraih anak rambutnya dan turut menyisihkannya.

"You look tired."

Jangankan pemenuhan harapannya, yang terucap itu jauh dari dugaan Beomgyu.

"Siapa yang dandanin? Biasanya polosan aja." Soobin menarik tangannya kembali, bersamaan dengan Beomgyu yang menurunkan tangannya.

Ucapan Soobin membuat Beomgyu sadar tidak sadar menggigit bibir bawahnya. Lantas menjawab, "Temen di kelas, katanya eneg lihat gue kayak gembel."

"Hahaha, lucu banget,"

Mengingat kalau tadi Jeongin juga ketawa gara-gara ucapan Nakyung tadi, Beomgyu gak bisa menyalahkan Soobin.

Tiba-tiba Soobin membungkuk buat mengusap puncak kepala Beomgyu. Lebih tepatnya sih sedang mengacak-acak rambutnya seperti biasa.

"Jangan telat makan ya dek. Kalau butuh apa-apa bilang aja." kata Soobin, lagi-lagi di luar dugaan Beomgyu. Dia kira yang lebih tua bakal meledeknya lagi soal guguk.

"Iya, kakak juga." Beomgyu mengangguk dan menambahkan, "Kalau punya makanan jangan lupa bagi-bagi ke gue biar pahalanya nutupin dosa lo, kak."

"Kurang ajar emang," ditoyornya kepala Beomgyu membuatnya meringis.

Setelah itu, mereka masih bertahan di tempat. Soobin menatap yang lebih muda lurus dan lekat. Dia hendak mengulurkan tangannya lagi meraih wajah Beomgyu—

"Jangan pacaran di lorong, heh, ke-gep tutor mampus lo pada." celetukan Jongho bikin dua pemuda Choi lainnya terpelatuk dan buru-buru menarik diri.

"Asal aja lo ngomong," Soobin langsung mendelik ke teman sekamarnya yang lagi buka pintu kamar.

"Ngingetin aja, baik gue mah." jawabnya sambil masuk kamar.

"Y-ya udah kak, gue juga mau ke kamar, istirahat. Dadah!" Beomgyu buru-buru pamit dan buka kunci pintu kamarnya dan masuk. Terus dia buka jendela kamarnya dan muncul lagi kepalanya, "Kak Soobin juga istirahat sana! Kalau ada makanan jangan lupa kasih tau yak!"

Soobin geleng-geleng kepala, tapi pada akhirnya dia iyain juga. "Iya dek, iya..."


###

[28-10-2020]

Continue Reading

You'll Also Like

48.6K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
50.3K 10.1K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
37.8K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
48K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...