STALKER - Beside Me [REVISI] βœ”

By smileracle

103K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... More

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
16 - Serpihan 2
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
31 - It's Okay not to be Okay
32 - Kembali pada Kenyataan
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
36 - Kepingan Rahasia
37 - Serious Talk
38 - Stalker Baru
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

39 - Laporan Terakhir

962 134 199
By smileracle

.

👣👣👣

Disinilah Mr. R sekarang, di depan sebuah bangunan besar dengan empat menara yang berdiri kokoh di setiap sudut luarnya. Tiap menara dijaga ketat oleh tiga sipir bersenjata api yang berdiri di teras lantai paling atas. Bangunan itu memiliki sistem penjagaan 24 jam sehingga kecil kemungkinan bagi narapidana yang ada di dalam bisa melarikan diri.

Di tempat itulah Mr. R telah menghabiskan masa mudanya. Saat usianya menginjak 18 tahun, Mr. R sudah dijebloskan ke penjara karena suatu kasus. Pengadilan saat itu memberinya hukuman tujuh tahun penjara. Kehidupan keras yang ada di penjara telah mengubah Mr. R menjadi sosok tangguh, dingin, dan begitu ditakuti. Perubahan itu tentu saja tidak terlepas dari campur tangan si Bos yang saat ini masih menjalani masa tahanan.

Untuk membalas budi, Mr. R rela menyerahkan seluruh hidupnya dengan cara mengabdi dan menuruti apapun yang diperintahkan oleh Bos. Tugas pertama yang harus dia jalankan setelah dibebaskan dari penjara adalah mencari keberadaan Ruwi---seseorang yang selalu dirindukan bosnya selama 15 tahun terakhir.

Semua tanda tanya besar dimulai dari situ. Mengenai alasan Mr. R menjadi stalker, tujuannya mengawasi dan menjaga Ruwi secara diam-diam. Semua hal yang dia dilakukan selama ini rupanya menyangkut jasa balas budi kepada Bos yang telah merawat dan menjaganya selama berada di dalam penjara.

.
.

*Flashback*

(Laporan pertama)

"Aku sudah menemukan keberadaan Ruwi," kata Mr. R dari balik kaca anti peluru yang menjadi pembatas antara dirinya dengan seorang narapidana yang duduk di hadapannya.

Napi berusia 50 tahun yang menjadi lawan bicara Mr. R langsung membeku beberapa saat. "K--kamu sudah menemukan Ruwi?" ulangnya dengan terbata-bata.

Mr. R mengangguk singkat sebelum melanjutkan perkataannya. "Aku baru bisa menemukan keberadaannya setelah melakukan pencarian selama satu minggu. Selama 15 tahun ini Ruwi ternyata tinggal di panti asuhan Bakti Bangsa yang jauh dari pusat kota."

"Syukurlah kalau begitu. Aku senang karena dia masih hidup." Pria paruh baya itu menghela napas lega. Penantiannya selama 15 tahun akhirnya terbayar sudah setelah mendapat kabar kalau putri semata wayangnya itu belum meninggal.

"Apa dia baik-baik saja?" tanyanya.

"Aku rasa Ruwi baik-baik saja selama ini. Dia tumbuh di lingkungan dengan orang-orang yang tulis menyayangi dia. Semua orang dari panti asuhan bersikap baik dan perhatian kepada Ruwi. Mungkin karena itulah sekarang dia bisa menjadi gadis yang baik, ramah, dan ceria."

Penjelasan Mr. R membuat narapidana itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Syukurlah..., syukurlah jika dia baik-baik saja." Cairan bening yang berasal dari kedua matanya menetes secara perlahan. Dia tak kuasa menahan tangis.

Mr. R kemudian mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketnya. "Perempuan dalam foto ini adalah Ruwi. Pengurus panti asuhan memberikannya padaku," kata Mr. R sembari memperlihatkan sebuah foto yang dia pegang

Dari balik kaca, narapidana yang akrab dipanggil 'Bos' oleh Mr. R memandangi foto itu dengan ekspresi haru. Untuk kali pertama akhirnya dia bisa melihat wajah putrinya yang sudah tumbuh dewasa meski hanya melalui sebuah foto.

"Ruwi, anakku," ucap narapidana itu dengan tangan mengusap kaca secara perlahan. Sangat disayangkan, kaca tebal itu harus menjadi sekat antara dia dengan foto yang dipegang oleh Mr. R. Sungguh dia sangat ingin memegang foto itu secara langsung, dia ingin memandang wajah anaknya lebih dekat lagi.

"Dia tidak banyak berubah. Senyumnya, ekspresinya, dan tatapannya yang meneduhkan masih sama seperti 15 tahun yang lalu," sambungnya dengan lirih.

"Saat pulang nanti aku akan memberikan foto ini kepada petugas penjara agar bisa disalurkan ke tangan Bos," ucap Mr. R seolah mengetahui keinginan bosnya.

Bos mengangguk. "Makasih, Ar. Kamu sudah membantuku menemukan keberadaan Ruwi."

"Ini semua aku lakukan karena Bos telah membantuku selama tujuh tahun ini. Jika bukan karena Bos, mungkin aku sudah mati di dalam penjara." Mr. R tersenyum lembut.

.
.

(Laporan kedua)

"Saat ini Ruwi terdaftar sebagai salah satu mahasiswi di universitas negeri terbaik. Dia mengambil jurusan Hukum, itu sangat cocok dengan cita-citanya." Mr. R langsung memulai cerita tanpa melakukan basa-basi.

"Benarkah? Memangnya apa cita-cita Ruwi?" tanya Bos begitu antusias.

"Sejak SMP, Ruwi sudah bercita-cita ingin menjadi seorang jaksa. Aku yakin selama itu juga dia belajar dengan rajin supaya bisa mewujudkan impiannya itu. Ruwi adalah murid berprestasi di sekolahnya, jadi dia bisa mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah untuk bisa berkuliah," jelas Mr. R.

Bos tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya tersenyum sembari mendengarkan semua yang dikatakan Mr. R mengenai Ruwi. Ada perasaan bangga yang hinggap di hatinya ketika mengetahui bahwa putrinya begitu bekerja keras untuk bisa mewujudkan cita-cita. Setidaknya, masa depan putrinya tidak akan sama dengannya yang begitu suram. Bukankah statusnya sebagai narapidana sudah menjelaskan sesuram apa hidupnya sekarang?

"Ceritakan lagi semua yang kamu ketahui tentang Ruwi. Bagaimana kehidupan dia sekarang? Apa makanan favoritnya? Apa judul lagu yang dia sukai? Pokoknya semua hal tentang putriku, beritahu aku."

Mr. R tersenyum tipis melihat bosnya yang begitu antusias ketika akan membicarakan Ruwi. Memang seharusnya seperti itu, dunia kecil seorang ayah pasti hanya terpusat pada anaknya saja. Mr. R menyadari kalau bosnya itu sangat menyayangi putrinya.

"Ruwi itu tipe orang pekerja keras. Meski mendapat beasiswa dan mendapat uang saku dari negara, dia tetap bekerja paruh waktu setelah pulang kuliah. Dengan uang itu, dia bisa menabung untuk keperluan masa mendatang."

"Jam berapa Ruwi pulang dan istirahat? Pasti dia kelelahan karena harus kuliah dan bekerja."

"Hampir setiap hari dia pulang di atas jam sepuluh malam," jawab Mr. R seadanya.

"Jam sepuluh? Hampir tengah malam dan jalanan mulai sepi. Gimana kalau ada orang jahat yang menghadangnya di tengah jalan?" Raut cemas terukir dengan jelas di wajah pria paruh baya itu.

"Bos tenang saja. Aku akan selalu menjaga Ruwi dari belakang. Akan aku pastikan tidak ada siapapun yang bisa melukai putrimu."

"Makasih, Ar. Aku percayakan semuanya padamu. Tolong jaga Ruwi dengan baik. Aku takut dunia di luar sana akan menyakiti putri kecilku."

Mr. R lagi-lagi tersenyum saat mendengarnya. Untuk pertama kalinya dia melihat sisi lembut dalam diri Bos. Sudah menjadi rahasia umum kalau bosnya termasuk orang yang paling ditakuti oleh narapidana lain. Bukan karena fisiknya seperti seorang gangster, namun karena statusnya sebagai mantan pembunuh bayaran.

Mr. R kembali melanjutkan ceritanya. Dia menceritakan beberapa fakta mengenai masa kecil Ruwi yang berhasil dia peroleh dari orang-orang panti asuhan yang mengenal Ruwi dengan baik.

"Ruwi bisa mengendarai sepeda pertama kali saat berumur 5 tahun; Ruwi pernah menjadi korban tabrak lari saat berusia 11 tahun, karena kecelakaan itulah dia mempunyai bekas luka kecil di bagian pelipis kirinya; Ruwi selalu menjadi ketua kelas waktu SMA, semua orang sangat menyukai sifatnya yang ramah dan baik hati."

"Ruwi sangat menyukai susu stroberi, dan dia tidak begitu menyukai cokelat. Makanan favoritnya adalah bakso, tapi dia bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan, apapun itu dia akan tetap bersyukur dengan yang dia punya. Ruwi sangat menyukai kucing, hampir setiap hari dia memberikan makanan pada kucing liar yang ada di sekitar tempat kerjanya."

.
.

Mengingat itu, Mr. R kembali tersenyum tipis sembari berjalan menuju ruang pertemuan. Kejadian-kejadian yang barusan berputar di otaknya itu justru membuatnya semakin sedih. Dia sedikit menyayangkan bahwa hari ini akan menjadi hari terakhir untuknya memberikan laporan kepada Bos mengenai keadaan Ruwi.

Dari tempat duduknya, Mr. R menatap kedatangan Bos bersama seorang sipir dari balik kaca anti peluru yang memisahkan kedua ruangan.

(Keliatan gak kacanya? Itu ada kaca sebenarnya. Aku juga nemu kyk gitu. Susah kalo nyari tempat yang sesuai dgn yang aku bayangkan)

"Aku dengar dari David katanya kau terluka parah saat mencoba melindungi Ruwi tempo hari. Apa sekarang lukamu sudah membaik?" Bos langsung memulai pembicaraan begitu mendudukkan diri.

Mr. R mengangguk singkat. "Lukanya sudah sembuh, kok. Bos tidak usah khawatir."

"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi selain mengucap 'terima kasih'. Kau sudah melindungi anakku dengan baik, bahkan kamu rela bertaruh nyawa demi dia. Terima kasih, Ar."

"Rasanya sedikit aneh kalau Bos bilang terima kasih padaku. Semua yang aku lakukan selama ini tak lain adalah karena aku ingin membalas budi. Jika tujuh tahun yang lalu Bos tidak menolongku, mungkin aku sudah mati konyol karena selalu dikeroyok napi lain. Bos juga sudah banyak membantuku agar tetap bertahan hidup selama berada di dalam penjara."

"Kau tahu? Menyelamatkan Ruwi sama dengan menyelamatkan hidupku juga. Itu artinya kau sudah membayar hutang budi kepadaku."

Bos menghembuskan napas ringan. "Jadi, sekarang kau tidak perlu lagi repot-repot menjadi stalker untuk melindungi Ruwi. Pergilah kemanapun yang kau mau dan hiduplah dengan bebas di luar sana."

"Apa keputusan Bos masih sama? Apa Bos tetap akan bersembunyi dari Ruwi selamanya?" tanya Mr. R kemudian.

Pertanyaan krusial itu akhirnya muncul. Bos menarik napas dalam sebelum menjawab, "Keputusanku sudah bulat. Aku tidak mau keberadaanku diketahui oleh Ruwi. Lebih baik dianggap sudah mati daripada harus menemui dia."

Mr. R sangat kecewa mendengarnya. Dia tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi untuk membujuk bosnya supaya mau menemui Ruwi. Sedari dulu sudah menjadi tanda tanya besar di benak Mr. R, kenapa seorang ayah tidak mau bertemu dengan darah dagingnya sendiri?

"Sudah 15 tahun lamanya Bos tidak bertemu dengan Ruwi. Aku yakin Bos sangat merindukannya. Tapi, kenapa Bos bersikeras tidak mau menemuinya?" Mr. R sedikit kesal. Dia benar-benar tidak tahu jalan pikirannya bosnya.

"Aku takut." Pria paruh baya itu terdiam sejenak. "Aku takut Ruwi masih mengingat apa yang aku lakukan 15 tahun yang lalu."

Raut Mr. R berubah bingung. "Memangnya apa yang Bos lakukan dulu?" tanyanya penasaran.

Bos tidak langsung menjawab. Pikirannya mendadak mengingat memori masa lalu. Masih segar dalam ingatannya akan peristiwa itu. Tentang hal yang telah dia lakukan pada putri semata wayangnya.

"15 tahun yang lalu, aku hampir membunuh Ruwi dengan kedua tanganku sendiri," kata Bos seraya tersenyum getir. Terdapat sebuah penyesalan mendalam yang terpancar dari kedua matanya.

"Itu adalah kesalahan terbesarku. Tidak seharusnya aku memiliki niatan untuk membunuh seorang anak kecil yang tidak berdosa, terlebih lagi anak kecil itu adalah putriku sendiri," lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.

Mr. R diam seribu bahasa, tidak memiliki kalimat yang pas untuk menanggapinya. Sekarang dia jadi tahu seberapa besar penyesalan yang dirasakan bosnya akan masa itu.

Sebuah penyesalan kadang mampu membuat seseorang merasa tidak berdaya menghadapinya. Bertahun-tahun sudah Bos merasakan penyesalan mendalam hingga membuatnya takut sekaligus malu untuk menemui Ruwi---anaknya. Kenangan buruk yang dia berikan di masa lalu pasti meninggalkan bekas luka mendalam di hati putri kecilnya.

"Sekarang kau mengerti 'kan? Aku tidak sanggup menemui Ruwi karena takut akan membuatnya kembali teringat kejadian itu," ucap Bos.

"Pak Lingga, waktu kunjungan tersisa 5 menit lagi." Petugas penjara yang sedari tadi duduk mengawasi keduanya langsung menyela.

Lingga, itu adalah namanya. Narapidana bernomor 2074 yang mendapat vonis hukuman penjara seumur hidup. Seseorang yang sangat dihormati Mr. R. Seorang pria tua yang merupakan ayah kandung Ruwi. Pria itu bernama Lingga Permana.

Mengetahui sudah tidak banyak lagi waktu yang tersisa. Mr. R langsung mengutarakan maksud lain dari kunjungannya. "Aku datang ke sini untuk memberikan sebuah informasi tentang Ruwi yang belum sempat aku ceritakan. Ini akan menjadi laporan terakhir yang bisa aku berikan, karena setelah ini aku sudah bukan lagi stalker Ruwi"

Keriput semakin jelas terlihat dari wajah Lingga saat dia tersenyum. "Benar, laporan terakhir sebagai stalker Ruwi. Ceritalah, aku sudah tidak sabar mendengarnya."

"Ada dua cowok yang menyukai Ruwi saat ini." Kalimat pembuka dari Mr. R sontak membuat Lingga terkejut. "Yang satu bernama Vano dan satunya bernama Zaidan."

"Seperti apa mereka? Apa mereka orang baik?" tanya Lingga.

Mr. R mengangguk singkat. "Mereka adalah orang baik. Vano selalu bisa membuat Ruwi tertawa karena tingkahnya yang konyol. Sedangkan, Zaidan selalu melindungi Ruwi dari apapun sehingga Ruwi merasa aman saat berada di sisinya."

"Lalu, siapa yang lebih disukai Ruwi? Vano atau Zaidan?"

"Aku juga tidak tahu. Sulit menebak jalan pikiran Ruwi sekarang." Mr. R menjawab jujur. "Apa perlu aku selidiki?"

Lingga tertawa ringan. "Sudahlah, Ar. Kau tidak perlu melakukannya. Aku cuma penasaran siapa yang bisa memenangkan hati anakku. Siapa pun itu, aku harap dia bisa membuat Ruwi bahagia, bisa menjaga dan melindunginya dengan baik, dan tidak membuatnya mengeluarkan air mata."

.
.
.
.
.




04 Des 2020
Reupload 9 nov 2021

Love,
Arama 🐾

Continue Reading

You'll Also Like

37.7K 4.7K 6
Ketika memperjuangkan cinta terasa sia-sia, maka pergi adalah pilihan terbaik.
7.3K 687 9
Kelemahan jonggun ? Emang ada ? Ada yaitu sepupunya dia sangat posesif, sayang, lemah kepadanya dia bernama yn / (fullname) Tapi malah yn terjebak o...
288K 53.6K 28
#Four Series Book 2 Baca terlebih dahulu FOUR [Angel With a Shotgun] SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA _________ Hidup Gianna di-reset. Setelah meninggalkan...
3.1M 320K 30
[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan At...