STALKER - Beside Me [REVISI] āœ”

By smileracle

104K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... More

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
16 - Serpihan 2
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
31 - It's Okay not to be Okay
32 - Kembali pada Kenyataan
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
36 - Kepingan Rahasia
38 - Stalker Baru
39 - Laporan Terakhir
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

37 - Serious Talk

1.1K 133 176
By smileracle

👣👣👣

David terlihat sibuk mengelap beberapa komponen yang berserakan di meja. Setelah dirasa sudah cukup bersih, dia pun merakit kembali komponen-komponen itu dengan teliti hingga membentuk sebuah barang yang siap dipakai.

"Wah, cantik sekali." Manik mata David terlihat berbinar. Senjata api berlaras pendek yang diselundupkan dari Singapura itu memang menjadi salah satu 'mainan' favoritnya.

"Tinggal masukin peluru." David bersiul sembari menggeledah isi laci meja. Sebuah kotak berukuran sedang berhasil dia keluarkan dari dalam sana. Isinya tak lain adalah peluru yang jumlahnya lebih dari sepuluh biji.

"Gue rasa satu peluru udah cukup untuk melubangi kepala bedebah yang masih berkeliaran di luar sana." David kembali bermonolog sembari memasukkan satu peluru ke dalam pistol.

Mr. R yang terlihat fokus membaca buku di tempat tidur dengan terpaksa mengalihkan pandangannya. "Mau bunuh siapa?" tanyanya ringan. Dia seperti sudah mengetahui jalan pikirannya temannya itu.

"Sebagai teman baik, gue akan mewakili lo untuk melancarkan aksi balas dendam pada orang yang udah menusuk perut lo kemarin malam."

"Jangan buat masalah lagi. Lo itu baru keluar dari penjara minggu lalu. Gue gak mau lo reuni dengan sipir penjara."

David berdecak kagum. Jarang-jarang dia Mr. R memberikan perhatian kepadanya. "Peduli amat sama hidup gue."

Cowok itu kemudian berjalan menuju lemari pakaian yang berada di pojok ruangan. Setelah melakukan beberapa kali pertimbangan, akhirnya David memutuskan untuk mengenakan sebuah mantel hitam.

"Lo mau bunuh dia sekarang?" tanya Mr. R lagi.

David mengeluarkan smirk andalannya. "Lebih cepat lebih baik. Gue gak suka mengulur waktu."

Mr. R sangat ingin menghalangi niat David, namun dirinya masih kesulitan bergerak karena rasa sakit dari efek operasi di perutnya yang belum juga mereda.

"Jangan bunuh orang itu. Lo boleh nyari keberadaan dia, tapi jangan sampai membunuh, cukup bawa dia ke kantor polisi aja!" tegas Mr. R.

"Lihat aja nanti. Kalau situasi dan kondisi gak mendukung, maka dengan terpaksa gue akan membiarkan orang itu hidup. Kalo enggak, ya, langsung eksekusi ditempat."

Selesai menata penampilannya, David langsung mengambil pistolnya lalu menyembunyikan benda itu di saku mantel bagian dalam. "Oh iya, sebentar lagi jam delapan malam, waktunya Bos menelepon, bersiaplah."

Tak lama setelah David meninggalkan ruangan, telepon rumah yang berada di atas nakas berdering. Dapat dipastikan kalau panggilan telepon itu dari seseorang yang biasa dipanggil Bos oleh Mr. R dan David. Mr. R langsung mengangkat dan mengarahkan gagang telepon ke telinganya.

"Bagaimana?" Suara seorang pria paruh baya langsung menyambut telinga Mr. R.

"Aku ketahuan. Ruwi sudah melihat wajahku," jawab Mr. R yang membuat lawan bicaranya di sana terdiam.

"Kalau begitu sudah waktunya untuk berhenti."

Mr. R tidak terkejut dengan yang dikatakan bosnya. Dia tahu kalau keputusan itu pasti yang akan dipilih. "Tapi, apa Bos tidak bisa mempertimbangkan kembali rencana yang aku sampaikan tempo hari?"

"Keputusanku sudah bulat, tidak ada lagi perubahan. Tugasmu sudah selesai untuk mengawasi dan melindungi Ruwi. Kamu bukan lagi stalker Ruwi sekarang."

"Mohon pikirkan sekali lagi. Menurutku, ada baiknya Ruwi mengetahui fakta kalau ayahnya ternyata masih hidup sampai sekarang." Mr. R mengambil napas sejenak. "Lusa aku akan datang langsung, aku harap keputusan Bos bisa berubah."

👣👣👣

Betapa Ruwi sangat merindukan ayahnya. 15 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seseorang yang selalu merindukan orang yang dia sayangi. Ruwi tidak menyangka sudah selama itu dia menunggu sembari berusaha mencari petunjuk mengenai keberadaan ayahnya yang menghilang 15 tahun silam. Namun, kerinduannya saat ini sedikit terobati dengan hadirnya sebuah foto yang sudah usang itu.

"Kenapa ayahku bisa setampan ini?" Ruwi tersenyum lebar sambil memandangi wajah ayahnya di dalam foto.

"Aku rasa mataku mirip dengan mata Ayah, bentuk bibir kayaknya juga mirip, deh. Kenapa wajah kita bisa mirip? Ruwi udah kayak Ayah versi perempuan aja. He he he."

Cewek itu bahagia bukan main. Ternyata kebahagiaan yang dia inginkan sangatlah sederhana. Cukup bertemu kembali dengan Ayah. Melihat rupa beliau lewat foto saja sudah bisa membuat gadis itu bahagia. Bayangkan jika dia bertemu langsung dengan ayahnya suatu saat nanti. Dia pasti akan merasa seperti orang paling bahagia di dunia.

Sekitar satu jam lamanya Ruwi masih sibuk memandangi foto itu sembari senyum-senyum sendiri. Waktu sudah hampir tengah malam, tapi Ruwi masih enggan melepas foto itu dari tangannya.

Tok... Tok...
Pintu kamar Ruwi tiba-tiba dibuka oleh seseorang dari luar. Orang itu tak lain ialah Mila, penghuni kamar sebelah di indekos itu.

"Ruwi, pinjem penggaris." Mila langsung nyelonong masuk dan mengambil alat tulis itu di meja belajar Ruwi.

"Anak teknik, kok, gak punya penggaris," sindir Ruwi.

"Penggaris gue hilang tadi siang, padahal masih baru, loh, hu hu hu. Baru ditinggal sebentar ke kamar mandi, eh, tau-tau udah gak ada di meja. Sebagai anak IPA, gue percaya penggaris itu benda mati yang gak bisa jalan sendiri. Gue yakin pasti salah satu teman sekelas gue yang nyolong. Kenapa ada orang yang bisa nyuri penggaris murah kayak gitu, sih?" Mila mendadak curhat panjang lebar.

Tanpa dipersilakan, cewek itu langsung mendudukkan dirinya di pinggir ranjang yang ditiduri Ruwi. "Dari tadi belum selesai mantengin fotonya?! Astaga, kalau sampai bola mata lo copot, gimana?!"

Ruwi bangkit dari posisi rebahan. "Gue gak mau berpisah dengan foto ayah gue. Lo tau 'kan sebahagia apa gue sekarang setelah adanya foto ini?"

"Iya, deh, tau kok. Gue juga ikut seneng liat lo sebahagia ini. Setelah sekian lama akhirnya lo bisa tahu wajah ayah lo," ucap Mila tulus.

Pandangan Mila beralih menatap foto yang masih dipegang Ruwi. "Btw, bokap lo ganteng juga ternyata. Vibe-nya udah kayak aktor terkenal."

"Jelaslah. Tom Cruise, Lee Min Ho, Mario Maurer, masih kalah jauh kalau dibandingkan dengan ketampanan ayah gue."

Mila melempar tatapan aneh. "Iyain aja biar seneng. Iya deh, ayah lo emang yang paling ganteng sedunia," ucap Mila demi menyenangkan temannya itu.

Keduanya tertawa ringan.

"Eh, tapi gue penasaran tau sama Mr. R. Bagaimana dia bisa punya foto masa kecil lo?" tanya Mila kemudian.

"Nah, itu yang bikin gue bingung," sahut Ruwi.

"Plot twist-nya, jangan-jangan Mr. R itu ayah lo!" Mila mulai berimajinasi.

Ruwi langsung membantah pernyataan itu. "Gak mungkinlah. Mr. R kelihatan masih muda, umurnya sekitar pertengahan 20-an. Gak mungkin kalau dia ayah gue."

"Iya juga, sih. Terus dia siapa dong?"

"Satu hal yang jelas, Mr. R dan Ayah pasti saling mengenal. Dan pastinya Mr. R punya tujuan yang jelas kenapa ngasih foto ini ke gue." Ruwi menghela napas panjang untuk kesekian kalinya. Pikirannya sekarang dipenuhi oleh teka-teki baru.

Dulu Ruwi menganggap Mr. R itu psikopat berdarah dingin yang membunuh mental korbannya terlebih dahulu sebelum menghilangkan nyawanya.

Pemikiran Ruwi selama ini ternyata salah. Stalker itu telah bertaruh nyawa demi menyelamatkannya. Maka dari itu, sekarang Ruwi berpikir kalau Mr. R adalah orang yang memiliki niat baik. Terlebih saat Mr. R memberikan foto masa kecil Ruwi bersama ayahnya, yang semakin menguatkan anggapan bahwa tujuan Mr. R melakukan semua ini pasti berhubungan dengan kehidupan Ruwi dan ayahnya.

"Ruwi," panggil Mila yang seketika menarik Ruwi untuk kembali pada dunianya.

"Mulai sekarang lo gak usah menutupi apapun lagi dari gue, oke? Jujur, gue kecewa banget karena lo baru cerita tentang masalah stalker yang selama ini gangguin lo. Itu bukan sesuatu yang bisa lo hadapi seorang diri. Hei, lo gak sendirian di dunia ini. Ada banyak orang di sekitar lo yang peduli sama lo, termasuk gue."

Suasana semakin serius setelah Mila mengungkapkan perasaannya. "Kenapa? Apa gue masih belum bisa jadi orang yang lo percayai?"

Ruwi langsung menggeleng. "Gak gitu, Mil. Alasan gue gak cerita selama ini karena gue gak mau nambah beban pikiran lo. Gue tau lo juga punya masalah berat setelah perceraian kedua orang tua lo."

"Iya, gue emang punya masalah sendiri. Tapi, bukan berarti gue gak mau dengerin curhatan lo atau dari yang lainnya. Gue selalu terbuka tentang apapun yang pemgen lo omongin. Lo itu udah gue anggap seperti keluarga gue sendiri. Keluarga kedua yang bisa gue jadiin tempat berkeluh kesah. Dan efeknya itu kerasa banget. Beban yang ada di pundak gue jadi lebih ringan setelah dengerin nasihat dan kata-kata penyemangat dari lo."

Mila menarik napas dalam-dalam. "Ruwi, makasih karena udah jadi pendengar dan motivator yang baik buat gue selama ini. Lo adalah orang terbaik dari semua orang baik yang pernah gue temui selama ini. Dan... Maaf karena gue belum bisa jadi pendengar yang baik buat lo."

Ruwi langsung menggeleng cepat. "Lo juga orang terbaik yang pernah gue temui. Meski kita baru kenal beberapa bulan, lo dengan tulus membantu dan merhatiin gue. Makasih Mila karena bersedia jadi sahabat sekaligus saudari gue selama ini."

Perkataan Ruwi sukses membuat air mata Mila menetes. "Kenapa gue nangis? Kayaknya mata gue kelilipan debu, deh." Mila langsung menyeka kedua pipinya yang basah.

Suasana sedih mendadak dipenuhi tawa dari dua cewek itu. Mata Ruwi yang berkaca-kaca pada akhirnya juga meneteskan air mata.

"Mulai sekarang, sekecil apapun masalah yang kita hadapi, kita harus saling berbagi dan syukur-syukur bisa saling membantu. Oke?"

Ruwi mengangguk pelan.

Keduanya tertawa disertai air mata yang bercucuran semakin deras. Mila merentangkan kedua tangannya untuk mengajak Ruwi berpelukan.

👣👣👣

Kesunyian sudah menyelimuti ruangan gelap yang sesekali dilewati sorot lampu putih itu. Beberapa orang yang ada di ruangan itu sudah tertidur pulas di lantai yang beralaskan tikar bantal. Meskipun teman-temannya sudah tidur, masih ada satu orang yang tetap terjaga. Orang itu duduk dengan menyandarkan punggungnya ke dinding.

Pria paruh baya itu menoleh ke arah jendela berpagar besi yang ada di samping. Dia menatap jauh ke arah bulan purnama yang menggantung di langit dengan begitu indahnya.

"Kenapa belum tidur? Apa yang sedang kau pikirkan?" Salah satu orang baru saja terbangun dan langsung bertanya kepada pria paruh baya itu.

"Tepat 15 tahun yang lalu, dibawah bulan purnama, pukul satu dini hari, aku hampir membunuh putriku yang saat itu masih berusia 4 tahun," ucapnya.

"Kau masih memikirkan masa lalu rupanya. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan lagi. Nanti kau malah semakin menyesali perbuatanmu."

Tang... Tang... Tang
Suara besi yang dipukul tiba-tiba terdengar nyaring hingga mengusik tidur lelap beberapa orang dalam satu ruangan itu.

"Apa yang kalian lakukan? Cepat tidur!" kata seorang pria berseragam sambil mengarahkan senternya pada wajah dua pria yang dia tegur.

"Tahanan 2074, malam ini peringatan terakhir dari saya! Kalau besok malam Anda masih terjaga saat sudah memasuki jam tidur, maka saya terpaksa akan memberikan sanksi dengan membatasi jadwal kunjungan dan akses komunikasi. Mengerti?!"

Pria paruh baya itu mengangguk samar-samar.

.
.
.
.
.

PENTING! SIAPA TAU MENAMBAH PENGETAHUAN KALIAN

Buat yang bingung "Bos ada dipenjara, bagaimana dia bisa berkomunikasi dgn Mr. R?"

FYI,
Google mengatakan kalau para napi masih bisa bertemu dengan pihak keluarga/teman saat di penjara. Caranya, pihak keluarga/teman cukup datang ke lapas dan mengikuti peraturan yg berlaku. Setelah itu, akan ada ruangan khusus yang akan mempertemukan napi dg penjenguk.

Penjara di Indonesia juga menyediakan fasilitas wartel (warung telepon) bagi napi yang ingin menghubungi keluarganya. Mengingat, beberapa napi pasti ada yang berasal luar kota dan keluarganya gak bisa ketemu langsung krn terpisah jarak. Jadi, agar silahturahmi tetap terjaga, pemerintah menyediakan fasilitas wartel, sehingga napi bisa telponan sama keluarga di rumah (dgn waktu yg terbatas).

Dalam imajinasi aku (khusus utk cerita ini) napi memiliki jadwal menelpon. Dlm part ini aku jelasin kalau 'Bos' menghubungi Mr. R saat pkl 20.00 yang artinya itu adl jadwal dia utk bisa mendapat akses telepon.

Semoga infonya bermanfaat ^ ^

Semangat buat yang sedang galau. Hei, hidup itu singkat. Jgn buang2 waktu untuk memikirkan hal yang gak guna. Sekian wejangan dari saia. Terima cash no kredit.

18 NOV 2020

Love,
Arama 🐾

Continue Reading

You'll Also Like

294K 29.5K 98
Cerita Transmigrasi. ----------------------------------------------------------------- Dear yang baca, kalo ada, Hidupku bahagia, seperti orang norm...
36.1K 1.8K 34
[COMPLETE] Ara itu gadis yang spesial, tapi semuanya seakan tertutup hanya dalam sekejap. Bukan orang lain yang menutupnya, tapi dirinya sendiri. Ia...
13.2K 975 47
Seorang lelaki yang menyembunyikan masalahnya dari sang kekasih hingga dia meninggal dan tiba tiba datang adiknya untuk memperbaiki semua masalahnya...
458K 12.3K 147
Di bawah umur tolong jangan ya, ini adalah area dewasa šŸ”ž.... Dan untuk yang sudah dewasa dan cukup umur baca aja ya ... kalau suka kasih vote ok, ma...