STALKER - Beside Me [REVISI] āœ”

By smileracle

104K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... More

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
16 - Serpihan 2
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
31 - It's Okay not to be Okay
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
36 - Kepingan Rahasia
37 - Serious Talk
38 - Stalker Baru
39 - Laporan Terakhir
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

32 - Kembali pada Kenyataan

1.2K 150 341
By smileracle


Dua tiga piyak piyak 🐣
Hi kaka janlups vomen yak 🌻

.

👣👣👣

Ruwi terkejut saat membuka pintu dan mendapati sudah ada sosok pria jangkung yang berdiri di depan indekosnya. Hanya dengan melihat bahu lebarnya saja Ruwi sudah bisa memastikan kalau pria itu adalah Revano Archen Gunawan. Lelaki yang selama beberapa hari terakhir ia rindukan. Ya, tiga hari mengikuti acara makrab jurusan membuat Ruwi menyadari betapa pentingnya kehadiran Vano selama ini.

Tak perlu mengambil waktu lama, Vano langsung memutar tubuhnya menghadap Ruwi yang sudah rapi sambil menjinjing ransel. "Hai," sapanya dengan senyuman cerah.

"Hai juga." Ruwi melambai kikuk. Senyum malu-malu tergambar jelas di bibirnya yang ranum.

"Hari ini aku ganteng gak?" tanya Vano sambil berpose layaknya model dengan tangan kanan dimasukkan ke saku celana.

"GAK!" jawab Ruwi cepat. Ia jadi menyesal karena telah merindukan cowok narsis seperti Vano. Tapi, tingkah laku cowok itu cukup menghibur juga. Ruwi jadi bisa mengawali pagi hari dengan senyuman cerah.

"Ih, kok gitu sih, jawab yang jujur dong. Kalo kata pacar tetangga, wajahku ini bagaikan dewa Yunani. Emang iya aku seganteng itu?" Vano memasang ekspresi cool sambil mengusap dagu dan rahang runcingnya.

Ruwi hanya bisa geleng-geleng mendengarnya. Iya, Vano itu memang ganteng, tapi rasanya agak berlebihan jika dimirip-miripkan dengan dewa Yunani. Kasihan dewa Yunani jika harus disamakan dengan manusia penuh dosa macam Vano.

"Ngapain kamu ke sini?" Ruwi mengalihkan topik. Kedatangan Vano di pagi hari memang sangat mengejutkannya.

"Anak kita kangen sama kamu, jadi sebagai ayah yang baik dan bertanggung jawab aku rela datang ke sini pagi-pagi."

"Anak kita?" Ruwi mengeryit heran. Tak lama, ia menyadari arah pembicaraan itu. "Anak kucing kali. Masih aja dianggap anak sendiri."

"Ya gapapa, biar kita makin mesra aja. Itung-itung anak kucing itu kita jadiin simulasi supaya suatu saat kalo kita nikah dan punya anak, kita gak kaku buat rawat anak beneran." Jawaban Vano makin aneh.

"Udahlah, aku mau berangkat kuliah takut telat gara-gara ngobrol sama kamu." Ruwi menyudahi dialog tidak jelas itu.

"Kalo gitu sebagai calon suami yang berbakti aku bakal antar kamu kuliah, deh. Sekalian aku kuliah juga."

Ruwi tak langsung menjawab. Pandangannya fokus pada motor yang sudah terparkir di luar gerbang. "Itu motor kamu?" tanyanya seraya menunjuk ke arah kendaraan roda dua itu.

Vano mengangguk. Tanpa permisi ia menggandeng tangan Ruwi dan mengajaknya mendekati motor hitam miliknya. "Jeng jeng." Kedua tangan Vano terbentang lebar.

"Motor baru?" tanya Ruwi sambil mengamati motor matic yang terlihat mengkilap itu.

Vano terlihat mengangguk antusias. "Tau gak alasan aku beli motor ini?"

Ruwi menggeleng pasrah sebagai jawabannya.

"Pepatah Jawa mengatakan 'ora beat ora sweet' yang artinya 'kalo bukan motor beat gak bakal sweet'. Setelah mendengar pepatah itu, aku putuskan buat beli motor beat biar makin sweet sama kamu."

Alasan yang cukup menghibur. Ruwi tertawa kecil mendengarnya. Seingatnya tidak ada kalimat 'ora beat ora sweet' dalam pepatah Jawa. Mungkin saja Vano berinovasi sendiri atau dia hanya mengadopsi gagasan orang lain yang tersebar di internet.

"Punya motor sport emang keliatan keren, sih. Tapi percuma keren kalo ujung-ujungnya bikin punggung encok. Mending naik motor beat yang mulus, tarikannya halus, dan yang pasti bikin kita tambah sweet," sambung Vano dengan ekspresi yang ... Ah, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lagi.

"Next, aku bakal beli motor supra. Kalo gak supra gak bakal mesra. Azekkk~" Vano segirangan karena ucapannya sendiri.

Tawa Ruwi semakin terdengar jelas. Selalu seperti itu kalau berada di samping Vano. Segala ucapan dan tingkah laku Vano yang konyol bin ajaib selalu bisa membuat Ruwi tertawa hingga mengeluarkan air mata.

"Vano!" tegur Ruwi disela-sela tawanya. "Gak ada waktu buat ngelawak, kita harus ke kampus sekarang!"

"Oke, let's go!" Vano mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi layaknya tokoh Superman yang hendak terbang.

Ruwi diam menurut saat Vano memasangkan helm berwarna pink polkadot ke kepalanya. Dalam hati cewek itu bertanya-tanya, apa helm itu dibeli khusus untuknya? Ruwi memutuskan tidak akan menanyakannya karena takut akan dianggap terlalu percaya diri.

Motor matic hitam itu berhasil keluar dari gang Arjuna dan melenggang ke arah jalan raya. Ruwi terlihat kaku saat membonceng di belakang. Tangannya bahkan sudah berkeringat dingin ketika berpegangan pada pinggang Vano.

Disudut lain, tepatnya di bahu jalan, Zaidan sedang duduk dengan tenang di halte bus. Sorot matanya tanpa sengaja menangkap sebuah adegan yang melintas di depannya. Motor yang dikendarai Vano bersama Ruwi terlihat berlalu dengan kecepatan sedang, sampai akhirnya smenjauh dan menghilang dibalik tikungan. Pemandangan sekilas yang cukup membuat Zaidan kesal.

"Aishhh!" Zaidan menggeram keras. Suara gertakan giginya terdengar samar.

"Sialan! Bisa-bisanya gue ditikung Vano!" Zaidan berkata penuh penekanan.

Usahanya jadi sia-sia. Zaidan memang sengaja tidak membawa mobil dan lebih memilih naik taksi menuju halte bus dengan tujuan agar bisa berangkat kuliah bersama Ruwi. Namun, rencana yang dia susun semalaman itu harus gagal karena keduluan Vano.

👣👣👣

Zaidan melintasi koridor gedung fakultas dengan malas. Pikirannya masih terganggu dengan kebersamaan Vano dan Ruwi yang ia lihat beberapa menit yang lalu. Bahkan setelah tiba di kelas pun, ekspresi kesalnya masih terlihat jelas.

"Kenapa, Zaid? Muka lo abis kena taik?" tanya Risti yang sangat peka akan kondisi Zaidan sekarang.

Ruwi yang duduk di sebelah Risti otomatis juga mengalihkan perhatiannya pada cowok itu. Hal itu membuat Zaidan tidak bisa menjawab dengan jujur. Harga dirinya masih tinggi untuk sekadar mengakui kalau dia sedang dibakar api cemburu.

"Gue abis liat adegan yang bikin panas!" Jawaban Zaidan bermakna ganda.

"Hah?" Risti mengernyit keheranan sembari menatap Ruwi yang juga berekspresi sama.

"Lo tuh, ya! Masih pagi udah nonton bok*p!" omel Risti kemudian. Pikiran cewek itu menjurus ke sana rupanya.

Malas memberi tanggapan, Zaidan langsung berjalan ke arah bangku paling belakang agar tidak lagi mendengar segala ocehan Risti. Atau lebih tepatnya ia ingin menghindari Ruwi sejenak sampai api cemburu dalam hatinya tidak membara lagi.

"Zaidan aneh!" celetuk Risti.

"Mungkin dia masih kecapekan karena acara makrab kemarin." Ruwi memberikan pemikiran yang positif.

Sepulangnya dari acara makrab, Ruwi mengira hubungannya dengan Zaidan akan bertambah dekat dan tidak akan canggung lagi. Namun, hal itu nyatanya salah. Ruwi sedikit kecewa karena Zaidan terlihat mengabaikan tatapannya. Senyum yang Ruwi berikan beberapa detik yang lalu justru tidak mendapat balasan apapun dari Zaidan. Cowok itu kembali bersikap biasa saja bahkan cenderung cuek dan dingin.

Suasana yang gaduh mendadak hening saat Profesor Husein memasuki ruangan. Dosen yang memegang jabatan tinggi di fakultas hukum itu segera membuka kelasnya.

"Baiklah, materi yang akan saya sampaikan hari ini adalah dasar-dasar hukum warisan. Materi tersebut bisa kalian temukan pada bab kelima dalam buku ini." Profesor Husein mengangkat sebuah buku tebal bersampul perpaduan warna hitam dan oranye.

👣👣👣

Tuhan itu Maha Adil. Meski umat-Nya sering berburuk sangka, Tuhan tetap memberikan jalan yang terbaik untuk mereka dengan cara yang berbeda dan bahkan tak terduga sekalipun.

"Zaidan, pulang bareng yuk. Aku takut pulang sendirian. Aku takut kalau Mr. R akan mengikutiku." Ruwi berkata pelan dengan wajah meneduhkan.

Zaidan sedikit tak percaya saat Ruwi mengajaknya pulang bersama. Cowok itu tetap memasang wajah biasa saja, tapi jangan ditanya keadaan hatinya saat mendengar ajakan itu. Hatinya sudah jelas bergetar hebat dan kerongkongannya terasa akan meledak karena berusaha keras untuk tidak berteriak kegirangan.

"Lo gak diantar pulang sama Vano?" Mengingat Ruwi berangkat ke kampus bersama Vano tadi, membuat Zaidan melakukan sedikit tarik ulur. Ia tidak bisa mengiyakan ajakan cewek itu begitu saja. Terkesan gampangan dan mau-an.

"Vano bilang ada keperluan mendesak yang gak bisa ditinggalkan. Jadi dia kasih saran supaya aku pulangnya sama kamu," jelas Ruwi apa adanya.

Vano baik banget ngasih sarannya. Zaidan berkata dalam hati.

"Ya udah, gapapa. Tapi, kebetulan hari ini gue gak bawa mobil jadi kita pulang naik taksi aja." Zaidan langsung berjalan duluan tanpa menghiraukan ucapan terima kasih dari Ruwi.

Zaidan berjalan dengan senyum sumringah yang menghiasi wajahnya. Tapi begitu Ruwi berhasil menyusul di samping, Zaidan mati-matian mengendalikan mimik wajahnya agar tidak ketahuan betapa bahagianya dia sekarang.

"Emangnya lo gak kerja? Kok langsung pulang?" tanya Zaidan saat keduanya berada di dalam taksi yang melaju dengan kecepatan sedang.

Ruwi memalingkan wajahnya dari luar jendela mobil dan segera menatap cowok di sampingnya. "Khusus hari ini kafenya ditutup dulu karena sedang dilakukan perubahan besar-besaran pada desain interiornya," jelas Ruwi.

Tak ada percakapan lagi setelah Zaidan mendapat jawabannya. Mereka lebih memilih mendengarkan lagu yang terputar dari radio mobil. Tak lama, radio berlanjut menyiarkan sebuah berita terkini yang membuat sopir taksi penasaran kemudian sedikit meninggikan volume radio.

"... Polisi yang awalnya menetapkan sebagai kasus orang hilang, kini mengubah pernyataan menjadi kasus pembunuhan. Berdasarkan data yang kami peroleh, total sudah ada 3 kasus pembunuhan terhadap perempuan yang dilakukan oleh penguntit sepanjang kuartal kedua tahun ini. Komnas Perempuan menghimbau..."

"Pak, bisa tolong kecilkan volume radionya?" pinta Zaidan cepat. Ia menyadari gelagat Ruwi yang mulai tidak nyaman dengan isi berita itu.

Mengapa berita seperti itu harus disiarkan secara detail? Bukankah hal semacam itu justru semakin menambah ketakutan para perempuan di luar sana? Terlebih lagi bagi Ruwi yang sampai sekarang masih memiliki stalker bernama Mr. R yang belum juga diketahui identitas dan keberadaannya.

"Udah, gak bakal ada apa-apa. Jangan takut." Zaidan mencoba mencairkan ketegangan yang menyelimuti Ruwi.

Gadis itu hanya memaksa seulas senyum. Hatinya tidak bisa tenang setelah mendengar siaran radio mengenaikan kejadian tragis yang telah dialami saudara sesama perempuan. Ruwi merasa beruntung karena bukan dia yang ada diposisi itu. Namun, tetap saja dia takut kalau sewaktu-waktu dialah yang akan mengalami hal itu suatu hari nanti.

👣👣👣

Seusai mengantar Ruwi sampai depan gerbang indekos, Zaidan langsung pulang ke rumahnya. Ia harus cepat menyusun rencana untuk mencari indentitas Mr. R dan menemukan keberadaan orang misterius itu.

Pemikiran-pemikiran buruk mulai bersarang di otaknya. Yang paling dia khawatirkan adalah kalau semisal pelaku pembunuhan itu ternyata Mr. R. Maka, ada kemungkinan Ruwi akan bernasib sama seperti korban yang disiarkan dalam radio.

Gak! Itu gak boleh terjadi! Gak ada yang boleh menyakiti Ruwi!

Zaidan mengambil ponsel yang dia kantongi di saku jeans, lalu berusaha menghubungi seseorang.

"Halo, Anda siapa, ya?" Suara Vano langsung terdengar begitu Zaidan menelponnya.

"Ini gue, Zaidan."

"Zaidan yang mana, nih? Zaidan si bajingan dari fakultas Hukum?"

Zaidan mendengus kasar saat dikatai seperti itu. Ingin sekali ia membalasnya dengan kata-kata yang lebih kasar, namun coba ia urungkan karena ini bukan waktu yang tepat untuk mempermasalahkannya.

"Nama gue Zaidan Haidar Aldebaran," jawab Zaidan setenang mungkin.

"Lo! Dapet nomor gue dari mana?! Dan ngapain lo nelpon gue!"

"Dari Risti. Lo gak usah sok sibuk, deh! Gue cuma mau nanya, kapan kita bisa diskusi untuk nangkep Mr. R?"

"Lah, rencana aja kita belum ada!"

"Makanya! Yaudah, besok kita diskusi langsung di fakultas Hukum. Kita bikin rencana buat nangkep stalker itu!"

"Hm!"

Vano hanya menjawab dengan gumaman sebelum memutuskan sambungan telepon.

.
.
.
.
.

Setelah dibikin sweet sama part sebelumnya dan awal part ini, skrg aku nyuruh kamu untuk kembali pada kenyataan... Masih ada Mr. R woi 😭

Satu info tambahan
Masa lalu yang dialami Ruwi memiliki hubungan secara tdk langsung dengan yang dilakukan Mr. R selama ini

Oke, mungkin ada beberapa dari kalian yg bisa menebak plot twistnya... Tapi aku harap tebakan kalian itu meleset.

Kamu tim mana?

Ruwi x Vano

Ruwi x Zaidan

Ruwi x Mr. R

SEMANGAT BUAT KALIAN!

Love,
Arama🐾

Continue Reading

You'll Also Like

458K 12.3K 147
Di bawah umur tolong jangan ya, ini adalah area dewasa šŸ”ž.... Dan untuk yang sudah dewasa dan cukup umur baca aja ya ... kalau suka kasih vote ok, ma...
294K 29.5K 98
Cerita Transmigrasi. ----------------------------------------------------------------- Dear yang baca, kalo ada, Hidupku bahagia, seperti orang norm...
162K 5.1K 38
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! (Proses Revisi) #5 in Mistery / Thriller (8-8-2018) #1 Kanibal (19-6-2019) #5 Dead (8-8-2019) #4 Hyungsik (8-8-2019) #5...
9.3K 594 14
desk on : Charlin, gadis cantik layaknya seperti putri bangsawan yang harus ikut kecebur di dunia entertaiment beresama dengan para kakak kakak nya. ...