Sweet Husband [END]

By Rarasprasasti22

1.7M 122K 2.9K

[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada k... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Laras Story
Kevin story

Tiga Puluh Tujuh

23.3K 1.7K 24
By Rarasprasasti22

"Sudah ketemu?" Adrian bertanya pada orang yang beri tugas untuk menemukan Sita.

"Belum Pak. Saya sama sekali tidak melihat kemana Ibu Sita pergi."

"Kalian ini bagaimana! Mencari satu orang saja tidak becus!" balas Adrian marah.

"Ibu sama sekali tidak meninggalkan jejak apapun Pak. Bahkan tidak dapat diketahui kendaraan apa yang dia pakai."

Adrian berdecak kesal. Ia mengusir orang suruhannya menggunakan kode tangan. Adrian memukul meja di depannya beberapa kali hingga tangannya mati rasa.

Tiga hari berlalu belum nampak keberadaan istrinya. Adrian sudah mengerahkan semua yang ia mampu, namun Sita tak kunjung ditemukan juga.

Sita tidak salah apapun. Sita hanya menuruti apa yang Adrian inginkan. Setelah semua ini, Adrian tidak tahu apakah Sita masih mau menerima dirinya atau tidak.

Tiga hari Adrian habiskan dengan memeluk baju-baju Sita. Menyerap harumnya tubuh Sita di sana.

Adrian keluar dari ruang kerja rumahnya. Tiga hari ia digantikan oleh bawahannya. Alasan Adrian tidak pergi lamakanan ke hotel sangat simple. Ia tidak ingin kalau Sita pulang ke rumah, tidak ada orang yang menyambut wanita itu.

Walau Adrian tahu itu hanya angan. Dirinya masih tetap berharap angan itu akan terjadi.

Adrian mengambil acak pakaiannya. Masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri. Memakai seluruh peralatan mandi yang sering dipakai istrinya. Dari sabun sampai shampoo.

"Mas kangen banget sama kamu Ta."

Selesai mandi. Adrian duduk memegang pigura foto Sita bersama dirinya. Ia mengusap wajah Sita. "Kapan kamu pulang?"

Adrian memeluk pigura itu di dadanya. Penyesalan selalu datang terlambat. Benar, Adrian sangat menyesal atas apa yang dia lakukan. Ia akan melakukan apapun agar Sita mau memaafkan dirinya.

Setitik air mata jatuh. Adrian membiarkan air mata lain jatuh di pipinya. Mau bagaimanapun penyesalan yang dirasakan sekarang tidak akan mengubah apa-apa. Sita tidak akan kembali dengan ia menangis di sini.

*****

Adrian terbangun saat matahari tidak nampak lagi. Ia menoleh ke samping lalu mengelus kasur di sampingnya. Tangannya masih membawa pigura foto istrinya.

"Mas kira kamu sudah tidur di samping Mas lagi Ta. Tapi ternyata itu cuma mimpi Mas saja." ucapnya pada foto istrinya.

Suara ketukan pintu kamar membuat Adrian harus bangkit dan membuka pintu kamarnya. Mbok Inem berdiri, melihat wajah Tuannya yang sudah tidak terurus lagi. Bakal janggut mulai tumbuh, wajah nampak lelah, lingkaran hitam di bawah mata.

"Ada tamu Pak."

"Siapa?"

"Katanya Kakaknya Nyonya."

Secepat mungkin Adrian berlari ke arah pintu. Saat sampai di sana, Adrian meluaskan arah pandangnya. Tidak ada Sita di sini, yang Adrian lihat malah seorang laki-laki dewasa berpakaian sangat formal.

"Adrian, betul?" tanya laki-laki pada Adrian.

Adrian mengangguk pelan.

Pria yang tidak Adrian kenal itu mengulurkan tangan padanya. "Saya Hardi. Kakak tiri Sita. Maaf waktu pernikahan kamu kita belum sempat bertemu."

Adrian mengangguk kaku.

"Ngomong-ngomong, dimana Sita?"

"Dia—"

"Pasti Sita sedang pergi membeli sesuatu bukan?" Hardi tertawa kecil. "Dari SMA dia memang begitu. Suka membeli barang yang pasti akan diberi untuk orang lain."

Sekali lagi Adrian mengangguk singkat. Ia mempersilahkan Hardi masuk ke dalam rumahnya. Ia duduk berhadapan dengan Hardi. Pria itu mengeluarkan sebuah map. Adrian tidak mengetahui apa isi dari map tersebut.

"Saya yakin Sita sudah menjelaskan semua. Saya hanya ingin menegaskan. Tuan Neo, dalang yang membuat hotel-hotel milikmu terkena masalah. Mulai dari kebakaran kecil di beberapa hotel sampai gangguan sistem atau bahkan perhitungan data yang tidak tepat. Itu semua ulah dari Tuan Neo. Namun kamu tenang saja. Semua sudah saya dan Sita atasi." Hardi mengambil napas sejenak.

Hardi membuka map di atas meja. "Sita berkerja sangat keras untuk ini. Dia mengambil beberapa data hotelmu untuk dianalisis. Ternyata memang ada kejanggalan. Sita bahkan pergi memeriksa kebakaran hotel bintang empat kepunyaanmu di dekat Transmart."

"Istrimu itu sangat keras kepala Adrian. Saya sering memperingati dirinya agar tidak terlalu keras mencari barang bukti. Tapi dia sama sekali tidak mau mendengarkanku. Jujur, kamu sangat beruntung mendapatkan istri sebaik Sita." Hardi tersenyum tulus. "Saya hanya berharap kamu bisa menjaganya."

Adrian merasa tertampar mendengar kalimat terakhir Hardi. Masih dengan wajah kaku Adrian menerima paper bag yang dibawa Hardi untuknya.

"Itu hadiah untuk kamu. Hadiah itu langsung dari saya. Tidak seperti kemarin." Hardi terkekeh pelan. Lalu menepuk bahu Adrian.

"Bilang pada Sita. Saya sudah menemukan Tuan Neo. Semua akan segera diproses. Adikku itu selalu menyuruhku segera menemukan Tuan Neo. Dia memang tidak sabaran." Hardi menatap jam di pergelangan tangannya. "Mungkin hanya itu. Saya masih ada pekerjaan. Lain kali lagi kita bertemu. Saya titip salam untuk Sita."

Kaki Adrian lemas. Ia tidak bisa berpikir harus berekspresi bagaimana. Ribuan bom terasa menyerang jantungnya. Bahkan Hardi tidak tau keberadaan Sita, pria itu ke sini sekedar memberitahu jika Mr. Neo sudah ditemukan.

Adrian menatap map yang ditinggalkan Hardi. Masihkah ada kesempatan untuknya?

*****

Sita meletakkan semua barang belanjanya ke troli. Kakinya menelusuri rak-rak susu ibu hamil. Mengambil beberapa kardus dan menaruh kardus itu di troli.

Sita juga mengambil snack sehat. Di belakangnya sudah ada penjaga suruhan Mr. Aland, Sita tidak bisa menolak karena Ayah mertuanya itu memaksa dirinya.

Kaki Sita berhenti di rak berisi mie instan. Senyum tipis menghiasi wajahnya.

"Aku mau mie ini Mas!" Sita merebut Samyang dari tangan Adrian.

"Gak boleh!" Adrian mengembalikan mie instan kesukaan Sita kembali ke tempatnya semula.

"Satu aja Mas. Pelit banget sih!"

"Mau satu atau setengah Mas tetap gak akan izinkan kamu ya Ta."

Sita cemberut. "Mas pelit!"

"Buat apa makan makanan seperti itu Ta? Gak sehat." ucap Adrian memberi nasihat. "Mas bakal beliin makanan yang kamu suka. Kecuali mie instan."

"Dulu waktu di Korea, Mas ngebolehin aku beli Samyang. Kenapa sekarang enggak?"

"Beda cerita dulu. Mas gak berhak ngelarang kamu."

"Ih! Sama aja Mas!" sungut Sita kesal.

"Buat apa sih makanan kayak begitu?"

"Buat cemilan Mas." Sita ingin mengambil Samyang, namun secepat kilat Adrian menahan tubuh Sita dengan berdiri di depan wanita itu. Tubuh tegap Adrian menutupi pemandangan Samyang kesukaan Sita. "Mas! Minggir ih."

"Ngemil yang lebih seru ada Ta."

"Ngemil apa tuh?" tanya Sita penasaran.

"Ngemilikin kamu selama-lamanya."

Sita memukul lengan Adrian. Pria itu tertawa melihat wajah Sita yang memerah. "Mas bisa aja gombal gembelnya."

Sita menggelengkan kepalanya. Ia melewati rak mie instan menuju kasir. Daripada mengingat kejadian bersama Adrian, tidak akan ada habisnya. Sita ingin mengulang kejadian itu lagi. Tapi Sita tidak tahu, apakah peristiwa itu bisa terjadi lagi atau tidak.

Adrian sudah mengusir dirinya dari hidup lelaki itu. Ingat?

Penjaga suruhan Mr. Aland membawakan semua belanjaannya. Sita berjalan ke lobi samping, supirnya menunggu di sana.

"Lama Pak? Maaf ya Pak."

"Tidak Bu. Ibu tidak usah meminta maaf."

Sita menatap ke luar jendela. Jalanan Semarang tidak sepadat biasanya. Mobilnya memasuki sebuah gedung apartemen terbesar di Semarang. Milik Ayah mertuanya.

Kedua satpam penjaga menunduk pada Sita. Sita masuk ke dalam. Menaiki lift dan berhenti di lantai paling atas di gedung ini.

"Taruh saja di meja." suruh Sita. Kedua bodyguard yang menjaganya mengangguk. Meletakkan semua belanjaan Sita.

Sita membuka semua kantong plastik berisi belanjanya. Meletakkan semuanya di dalam wadah. Mengeluarkan beberapa sprei yang ia beli di rak sebelah lemari.

Kehidupannya masih bejalan normal sejauh ini. Namun ketika ingatan itu datang lagi, Sita memilih menyendiri di kamar dan menangis. Kalian kira, apa yang bisa Sita lalukan selain menangis? Tidak mungkin Sita menelpon Adrian dan memberi tahu keberadaan dirinya sekarang.

Belum tentu Adrian perduli. Untuk apa Adrian repot-repot perduli padanya?
Bisa saja sekarang Adrian lupa pada dirinya.

Senyum miris itu tercetak lagi di wajah Sita. Sita merindukan Adrian yang dulu. Adrian yang PERNAH mencintainya.

Bel unit apartemennya berbunyi, membuyarkan seluruh lamunan Sita. Siapa yang datang? Setahu Sita, orang yang ditugaskan membersihkan unit apartemennya sudah kembali ke tempatnya. Lalu itu siapa?

Sita melangkah ke arah pintu. Membuka pintu perlahan. Sita tidak dapat menutupi raut wajahnya. Ia terkejut.

"Sita."

"Ayah?"

Itu bukan Ayah Aland-nya. Namun Ayah Bima yang selalu menyakitinya.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

17.4K 1.8K 24
"apa kata kata terakhirmu ratu jimin?" "aku berharap wanita disampingmu itu mati yang mulia" Jemari yang awalnya ragu menghunus pedang kini malah men...
1.1M 42.2K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
263K 11.3K 21
No Plagiat! Mengandung Unsur Kekerasan! --- Judul Awal: Aku (Tak) Lemah Revisi 90% berubah! Kisah seorang gadis yang tidak tahu apa itu kasih sayang...
1.4M 66.4K 52
Edo merasa sangat frustasi karna kekasih yang selama ini begitu ia cintai menolak untuk kesekian kali saat Edo mengajaknya untuk menikah. Pada saat...