Happy reading
.
.
.
Hari itu sudah tiba, Johnny melangkahkan kakinya masuk ke area pemakaman umum. Ia berjalan tertatih-tatih, dan tersenyum kecil dihapadan makam sang istri.
"Hai, aku sudah datang. Cukup lama aku tidak kesini, aku rindu" ujar pria bertubuh tegap.
Johnny berjongkok dan mulai menaruh buket bunga di atas makam sang istri. "aku membawa buket bunga, aku harap kau suka" ucapnya lirih.
Ia baru landing dari korea jam 08.15kst, untung sang ibu sudah menyuruh sopir untuk menjemputnya dibandara. Sekarang waktu sudah menunjukan pukul 09.05kst. Ia merogoh kantong celana untuk mencari benda pipih miliknya.
To: Eomma
aku sudah sampai di korea, tapi sekarang aku tengah mampir ke makam istriku.
send.
Ia menghela napas pelan, kini dihadapannya terdapat batu nisan tercantum nama mendiang sang istri.
Johnny menyatukan kedua tangannya dan menutup matanya. Ia mulai berdoa untuk roh sang istri agar tenang diatas sana.
"hingga akhir hayatku, aku akan tetap mencintaimu Ten"
Johnny membuka matanya dan mengelus pelan batu nisan milik sang istri. "Aku pulang dulu, besok aku kesini lagi" ujarnya dan mulai meninggalkan area pemakaman itu.
('~')
"Kau akhirnya pulang ke korea ya John!" ucap Jaehyun sembari menyeruput kopi hitamnya.
"ya begitulah" sahutnya singkat.
Yuta hanya menatap kedua temannya sesekali melipat kedua tangannya didada.
"Kau tidak ingin pulang melihat putrimu?" ucap Yuta, lalu menadah punggungnya di punggung kursi.
Johnny hanya merotasikan kedua bola matanya, mimik wajahnya seketika berubah menjadi tak suka.
"Benar kata Yuta, Haechan sudah lama menunggu mu. Pulang lah John" ujar Jaehyun.
"Haruskan aku pulang?" tanya Johnny bingung.
"Apa maksudmu? bukannya ini waktu mu untuk kembali kerumah?" tanya balik Yuta.
"Kalau pulang untuk anak itu, aku tidak bisa. Maaf" jawab Johnny.
"Dia merindukan mu! Kau tidak bisa egois seperti ini John!" seru Jaehyun yang sudah tak tahan dengan tingkah Johnny. "Kau masih belum bisa menerima Haechan sebagai anakmu sendiri?" tanya Jaehyun kembali.
Johnny hanya mengangguk tanpa rasa ada rasa bersalah. Ia tak peduli dengan tanggapan kedua temannya yang berada tepat dihadapannya.
"Kau membuat moodku rusak Yuta, tolong jangan membahas anak itu lagi" tegas Johnny.
Yuta mengernyit kedua alisnya. Ia tidak bisa membiarkan Johnny memberikan banyak kebencian pada Haechan.
"Sadarlah, Haechan anak mu! dan sekarang dia ulang tahun yang ke tujuh John!" Yuta berseru.
"Aku tidak peduli, dan aku menyuruh kalian kemari untuk berbincang-bincang bukan membahas anak itu!" ucap Johnny dengan lantang.
Jaehyun dan Yuta hanya menggelang pelan, hati Johnny masih tertutup dengan kebencian pada Haechan.
"John, dia masih setia menunggumu pulang" ujar Jaehyun.
^__^
"Oma, daddy akan pulang kemari?" tanya Haechan.
"Iya channie, tapi nanti sore daddy akan pulang" ujar Sunny.
Haechan senang, hari ini ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sudah lama ia nantikan. Ia ingin mengirimkan pesan pada sang ayah, namun hal itu tak dilakukannya. Karena sang ayah tak pernah membalas pesan darinya.
Ia sedang di dalam kamarnya, tak sabar memakai baju untuk merayakan hari ulang tahunnya. Kedua netranya tengah menatap salah satu foto wanita yang sangat cantik.
"Mom, aku tidak pernah tau mommy. Tapi Channie ingin sekali melihat mommy. Haechannie sudah besar sekarang, Channie ingin sekali bertemu dengan mommy" cicit anak perempuan itu.
"Walaupun Channie tidak tau apa penyebab Mommy pergi, bisakah Channie mendapatkan pelukan hangat walau hanya sebentar?" ucapnya monolog sembari menatap bingkai foto yang terpajang di atas meja.
"Channie juga ingin dipeluk oleh Daddy, bisakah Channie mendapatkan hal itu?" tanyanya lagi.
"Tapi Channie tidak bisa egois, Channie tau kalau kita tidak bisa bertemu" ucap lirih Haechan di hadapan foto sang ibu.
Haechan tau kalau ibunya telah tiada sejak ia dilahirkan, dia ingin sekali memiliki kenangan dengan sang ibu. Ia mulai berjalan menuju ruang tamu.
"maafkan mommy sayang" lirih roh sang ibu yang senantiasa berkunjung ke kamar sang anak.
^__^
Mark tak sabar untuk menghadiri pesta ulang tahun Haechan, Ia sudah mempersiapkan hadiah untuk anak perempuan yang sedang ia taksir itu.
"Mom!! kapan dad pulang?" seru Mark pada sang ibu.
"Mom pun tak tau, Dad belum menghubungi Mommy" ucap Taeyong yang berada di dapur.
Mark menghampiri ibunya yang tengah membuat cup cake untuk Haechan, anak perempuan itu sangat senang dengan cake.
"Mom, kalau Mark memberi Haechan cincin dan bunga tak apa kan?" tanya anak itu polos. Taeyong bingung, kenapa hadiah untuk Haechan seperti orang yang -eum sudah lah.
"Untuk apa memberi bunga dan cincin?" tanya balik Taeyong.
"Dad yang menyuruhnya mom, jadi aku coba saja" Taeyong tak habis pikir dengan tingkah suaminya pada anak sulungnya ini.
"Kalau markeu memberi Haechan hadiah seperti itu, lebih terlihat Mark ingin melamar Haechan" ucap Taeyong, Mark hanya menganga mulutnya sedikit terbuka. Dengan cepat ia menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Hei, tak usah seterkejut itu Markeu" kata Winnie yang baru saja memasukan adonan kue kedalam cup.
"Kalau Mark memberi Haechan bunga dan cincin? berarti Mark melamar Haechannie, lalu Mark akan tunangan dengan Channie terus menikah. Ah tidak! Mark masih kecil" cicit anak laki-laki itu. Ia terlihat syok dengan ucapan sang ibu.
"Astaga, apa benar kau putra ku?" tanya Taeyong pada Mark. Mark hanya mengangguk pelan.
"Mom, dia bukan anak mu. Jeno lah anak Mommy satu-satunya" ejek Jeno, yah mereka seperti kucing dan anjing.
"Yak! kau itu yang bukan anak Mom! dasar anak pungut!" ketus Mark, tak rela jika Ia diejek oleh adiknya sendiri.
"Hei, jangan bertengkar. Kalian tidak malu ada tante Winnie dan Nana disini?" lerai Taeyong pada kedua anaknya. sedangkan Jaemin dan Winnie hanya tertawa kecil.
"Kalian tidak mau mandi? sebentar lagi acara Haechan akan mulai" ujar Jaemin.
"Eh terus gimana sama hadiah Mark untuk Haechan?" tanyanya.
"Nanti Mom bantu cariin" jawab Taeyong dan mulai berkutat pada adonan kuenya.
Taeyong, Winnie, dan Ten adalah sahabat lama. Mereka sering sekali hang out bersama, tapi kini tak akan bisa lagi. Mereka bertiga juga pernah membuat janji. 'Apapun yang terjadi, kita akan selalu membantu satu sama lain' dan hingga saat ini Winnie maupun Taeyong tengah menjalankan janji yang mereka ucapkan bertiga.
"Aku rindu Ten, bukankah hari ini kita seharusnya kemakamnya?" cicit Winnie pada Taeyong.
Taeyong hanya menghela napas "Nanti sebelum kerumah Seo, kita mampir kemakam Ten" ucap Taeyong.
"Andai saja Ten ada disini, mungkin kita bisa tertawa bersama" ucap Winnie dengan angan-angannya yang tak mungkin bisa terwujud.
"Sudah, nanti kita berdoa untuk-nya" jawab lirih Taeyong.
Kini mereka tengah sibuk mempersiapkan cup cake yang lumayan banyak.
'kita bukanlah malaikat yang bisa mengatur hidup dan mati diri kita sendiri'
Tbc
.
.
.
hai aku update lagi, buntu guys tapi semoga kalian terhibur. jangan lupa apresiasi kalian.
voment juseyo✔