I Love You My Pawang [REVISI]

By Koo_Alla

31.5K 3.6K 1.9K

"Lo jangan seperti magnet. Jika menarik, ya menarik saja. Jangan menarik tapi juga menolak." -Devano M... More

Prolog
Cast & Pengenalan
The First Day (1)
The First Day (2)
Nasehat Dari Seorang Cewek
Tukang Onar (1)
Tukang Onar (2)
Tukang Onar (3)
Mainan Baru (1)
Mainan Baru (2)
The Game (1)
The Game (2)
The Game (3)
Menggila (1)
Menggila (2)
Menggila (3)
The Draks Vs The Dragon
Senioritas
Melupakan
Tempur (1)
Tempur (2)
Tempur (3)
Coca-Cola
Bantuan
Pulang Bareng (1)
Lo Siapa (1)
Lo Siapa (2)
Soft Boy
Olahraga Pagi
New Cast(?)
Kepercayaan
The Draks Time
Something
Psikolog Cinta
Tak Pernah Senyaman Ini
Cemburu Salah Server
Ngambek Atau Marah
Maaf (1)
Maaf (2)
Kembali lagi
Berteman Bukan PDKTan
Dua kubu Yang Berbeda
Bad Couple
Holiday
Beautiful
Silancur Bukan Selancar
Pulang
Hacker (1)
Tes Coba
GEDUBRAK!
Promosi
Vote Cover DIFL

Pulang Bareng (2)

346 49 22
By Koo_Alla


Vani yang tak siap dengan tarikan tersebut, akhirnya dia kehilangan keseimbangan tubuhnya. Vani pasrah saat dia yakin, dirinya akan jatuh kejalan. Tapi tak berapa lama, Vani merasa, ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya. Vani melirik bahu sebelah kirinya. Disanalah, bertengger sebuah tangan berotot yang berhasil menahan tubuh Vani agar tidak jatuh.

"Gue udah peringatin lo. Buat jauh-jauh dari dia, kan?" bisikan itu masuk lewat telinga sebelah kanannya Vani.

Vani shock, dia tahu siapa yang sedang berdiri dibelakangnya. Tanpa melihat orang itupun Vani tahu. Karena aroma parfum yang dipakai orang itu, yang akhir-alhir ini, selalu hadir di indera penciumannya.

Vani membalikkan tubuhnya. Seketika kedua bola matanya membulat dengan sempurna, wajahnya juga menampilkan raut terkejut. Bagaimana tidak, tepat didepan wajahnya, sudah terpampang jelas wajah tampannya Vano.

Sepasang mata elang berwarna hitam legam, menubruk kedua netra coklat milik Vani. Alis tebal, hidung mancung, dan dagu yang lancip. Sungguh wajah tampan yang tiada cela. Bahkan, Vani bisa merasakan harum napasnya milik Vano, harum daun mint. Dan tanpa disadari oleh dirinya sendiri, Vani menyukai wangi itu.

"Terpesona sama gue, lagi?" bisik Vano didepan wajahnya Vani.

Vani tersedar, dengan cepat dia melepaskan rangkulan tangan milik Vano dipundak kirinya. Kemudian mendorong tubuh Vano dengan sangat keras.

BRUGH!

"Anjir, lo jadi cewek nggak bisa kalem dikit?" adu Vano sembari berdiri dari atas jalan.

Sedetik kemudian, Vani merubah raut wajahnya kembali datar.

"Lo, kurang kerjaan banget. Ngapain lo narik-narik tangan gue. Lo kira, gue layangan?" geram Vani.

"Mau jagain jodoh gue lah. Biar nggak kena azab," balas Vano sembari menenteng tasnya yang tadi ikut jatuh.

Vani tak mengerti, "Maksudnya?"

"Ck, lola banget sih lo. Kan tadi ceritanya, lo mau ikut dia buat pulang bareng, kan? Secara lo itu jodoh gue, makanya gue mencegah lo buat gak ikut sama dia. Lo enak-enak pergi sama dia, sedangkan gue pulang sendirian. Kata pak ustadz, istri yang menduakan suaminya itu bisa kena azab. Entar kalo lo ikut dia, lo bakal ikutan kena azab. Serem kan jadinya."

"Cih, ngarep banget sih, lo. Gue bukan istri lo, ya. Nggak usah ngelantur deh. Sana lo pergi," usir Vani.

"Nggak mau. Pokoknya, lo pulang sama gue."

"Idih, ogah banget gue, pulang sama lo."

"Lo harus pulang sama gue. Titik," ujar Vano tetap keukeuh dengan pendiriannya.

"Siapa lo?" balas Vani jengah.

"Gue? Gue Devano Matteo Adhitama. Cowok paling ganteng se-SMA Abdi Nusa. Cowok humoris dan sewaktu-waktu bisa jadi anarkis. Cowok bad boy tapi muka soft boy. Memiliki sejuta pesona, dan paling sayang kepada Vani. Selalu menunggu Vani agar melihat keberadaannya, membalas perasaanya, dan mencin--"

"Stop. Kalo lo mau ngehalu, pergi sono ke dunia orange. Ini real life. Bukan dunia khayalan," potong Vani.

"Gue gak ngehalu. Gue lagi meramal masa depan," ucap Vano dengan kekehannya.

"Udahlah. Kalo lo mau pulang bareng, silahkan lo pulang sama Rafa. Biar gue yang pulang sen--"

"Nggak!"

"Nggak!"

Vani sampai terkejut oleh respon dari kedua cowok didepannya. Pasalnya, kedua cowok itu, merespon dengan jawaban yang sama dan juga dengan waktu yang sama.

"Ayok Van, naik," ajak Rafa.

"Lo tuli ya. Gue gak mau Vani kena azab karena telah menduakan suaminya dengan cara pulang bareng sama elo. Sekarang, lo pergi aja deh, sono," usir Vano.

"Lo beneran ngehalu. Ckckck." bisik Rafa sembari menggelengkan kepalanya. "Gue harap, kadar kehaluan lo, bisa dikurangi sedikit, Kak."

Sedangakan Vani, hanya memutar kedua bola matanya malas. Dengan segera, Vani menaiki motor besarnya milik Rafa tentu dengan bantuan tangannya Rafa. Vano yang melihatnya segera menghampiri Vani.

"Ck, ngeyel banget, sih. Gue cuma mau jagain lo, biar gak kena azab," ujar Vano sembari mengangkat tubuh Vani dari motornya Rafa. Kemudian digendongnya Vani ala bridal style.

"Woy, turunin gue!" teriak Vani diatas gendongannya Vano.

"Gue bilang nggak, ya enggak," ujar Vano masih dengan menggendong Vani sembari berjalan menuju parkiran sekolah.

"Dasar cowok brengsek. Lo bikin gue tambah benci sama lo."

"Yup. BENar-benar CInta, kan?" ucap Vano sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Vani. Sedangkan Vani hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Lo cowok jahat," seru Vani kesal.

"Memang. Gue, emang jahat. JAtuh HATi sama lo."

"Lo gila!"

"Dan itu karena diri lo, sweety."

DEG.

Satu kata itu, sukses membuat Vani diam. Merasa tak asing dengan panggilan yang baru saja terlontar dari mulut Vano. Vano yang merasa Vani tak melawan lagi, mencoba melirik ke bawah, ke arah Vani. Kemudian tersenyum saat melihat Vani hanya diam saja.

"Dipanggil sweety baru luluh ya? Kalo gitu, gue panggil sweety tiap hari aja deh," ucap Vano yang mengembalikan perhatiannya Vani.

"Turunin gue. Sekarang!" desis Vani tapi tak dihiraukan oleh Vano.

Dengan percaya diri, Vano tetap menggendong Vani sambil berjalan. Hingga tak lama kemudian, Vano merasakan ngilu di area dadanya.

BUGH!

Vani memukul dada bidang milik Vano. Karena pukulan Vani yang sedikit agak keras, tubuh Vano jadi oleng ke belakang. Dengan cepat, Vani mendorong tubuh Vano dan kemudian mendorongnya hingga jatuh terjerembab. Tubuh Vani yang ikut jatuh segera menguasai dirinya. Hingga akhirnya, tubuh Vani jatuh dengan kedua kaki sebagai tumpuannya bukan jatuh terjerembab seperti Vano.

"Makanya, jangan main-main sama gue," ucap Vani kemudian berlari ke arah Rafa. Setelah sampai didekatnya motornya Rafa, cepat-cepat Vani menaikinya.

"Ayo Raf, cepetan jalan. Keburu tuh setan datang lagi," suruh Vani sembari membenarkan roknya agar tidak terlalu ke atas.

"Oh oke."

Dengan cepat, Rafa menanjapkan gasnya, kemudian pergi berlalu dari gedung sekolah. Menghilang masuk ke dalam hiru pikuknya jalan raya yang padat oleh berbagai pengendara jalan lainnya. Karena saat ini, adalah waktunya para pekerja dan murid untuk pulang ke rumah. Vano hanya bisa melihat kepergian Vani dengan hati yang dongkol.

"Udah berani, belajar main KDRT sama gue, ya?" gumam Vano sembari menampilkan smriknya. Kemudian Vano berjalan menuju motornya berada.

"Ya Allah, gini amat nasib gue, dapet jodoh, cewek yang supergirl. Moga-moga setelah nikah, gue nggak langsung mati muda, karena dapet tindakan KDRT setiap harinya. Hmm kalau pas ijab qobul, pasti si Vani cantik banget. Nggak dandan kek gitu aja udah cantik, apalagi didandani ala-ala bidadari. Duh, jadi kepengen cepet-cepet halalin," kata Vano sembari senyum-senyum sendiri. Ketika sadar dengan kelakuan dirinya, Vano segera memukul kepalanya.

"Huh, udah gak waras lagi nih otak. Harus konsultasi sama si bos nih," monolog Vano panjang sembari menaiki motornya. Saat sudah menaiki motornya dan akan mengeluarkan kunci motor, tiba-tiba handphonenya berdering.

"Assalammualaikum. Hal-"

"Kamu dimana. Kenapa jam segini belum pulang. Cepetan pulang. Jangan keluyuran aja," ujar orang diseberang sana dengan perintah mutlaknya.

"Iya bos, ini juga mau pulang. Bos, jangan marah-marah gitu dong. Sakit nih telinganku. Tapi sebelum itu, aku mau mampir sebentar. Ya udah, aku matiin teleponnya, ya. Assalammualaikum."

"Eh bentar. Tap-"

TUT. TUT. TUT.

Dengan kurang ajarnya, Vano mematikan teleponnya. Kemudian memasukkan handphonenya ke dalam saku celana.

"Huh, dasar si bos. Padahalkan gue mau mampir dulu ke suatu tempat. Bodo amatlah, lagian gue cowok. Jadi bebas dong kalau mau pulang malam," ucap Vano sembari memasang helm full facenya. Memasukkna kunci motor dan kemudian menjalannya motornya keluar dari gedung sekolah.

Sedangkan di lain tempat. Vani dan Rafa sudah sampai didepan pintu gerbang rumahnya Vani.

"Ini rumah lo?" tanya Rafa setelah Vani turun dari motornya.

"Iya. Sekali lagi thanks ya Raf. Gue udah repoti elo."

"Santai ajalah sama gue. Ya udah, gue duluan ya."

"Nggak mampir dulu?" tawar Vani.

"Kapan-kapan aja ya. Keburu kesorean nih, " kekeh Rafa.

" Ya udah. Hati-hati."

" Siap."

Rafa menanjapkan gas motor dan kemudian menjalannya menjauh dari rumahnya Vani. Vani masih melihat kepergian Rafa didepan pintu gerbang rumahnya. Hingga tubuh Rafa hilang dari pandangannya, kemudian Vani masuk ke dalam rumahnya.

Seseorang yang sedang bersembunyi segera mencari handphonennya dan segera menghubungi seseorang.

"Halo bang, ini gue. Ternyata bener. Alamatnya masih sama, sama persis seperti yang lo katakan."

"...."

"Oke siap bang."

Setelah sambungan terputus, orang itu segera memasukkan handphonenya kedalam saku celana. Dan kemudian pergi meninggalkan tempat persembunyiannya. Sebelum ketahuan oleh Vani. Pergi keluar dari perumahaan elit yang Vani tempati.

Continue Reading

You'll Also Like

4.7K 118 64
Berawal dari sebuah moss
12.7K 813 24
Choi Seungcheol x Kang Hanbyeol Yoon Jeonghan x Kang Hyena Hong Jisoo x Park Minwoo Cast: Seventeen 95L x OC Bahasa semi baku atau baku. Tergantung...
628K 17.4K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
2.5M 69.4K 66
END ( Harap Follow Sebelum Membaca ) *** Alvino Saputra , anak pemilik sekolah yang dikenal dengan badboy dan sikap dinginnya di sekolah . Tapi ap...