SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (C...

By themagicpena

62.3K 6K 816

Siapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan... More

Berlin Hauptbanhof
Qarira Nur El-Bakri
Aleppo...Cintaku yang Terkubur
Kenangan
Dinda Abimanyu (1)
Dinda Abimanyu (2)
Sekolah Bahasa Jerman
Christian Martin
Pameran
Promosi
Pertemuan
Ku'damm
Marco Alejandro
Shopping
Konser
Konser (2)
Muhammad Akbar Permana
Luka yang Kurindu
Nasib atau Takdir Ilahi
Sang Model
Praduga
Mama
Dear Hati
Serupa tapi tak Sama
Malam yang Na'as
Firasat
Bisnis yang Menjanjikan
Air Tuba dibalas Air Tuba
Pertengkaran
Tangisan
Hati yang Terluka
Mukena Cinta
Dinner yang Penuh Kejutan
Kegaduhan Kecil
Meeting dengan Big Boss
Kecelakaan Tragis
Nyawa di Ujung Tanduk
Rencana Jahat
Luka diatas Luka
Kejutan Ulang Tahun
Selalu Sial
Rencana Yang Lebih Besar
Keadaan Kritis
Duka (1)
Duka (2)
Rahasia yang Terungkap
Bahasa Kalbu
Perang Mulut
Kehamilan
Anna dan Pedro
Pukulan Telak
Cinta dan Keserakahan
Dia Bukan Anakku!
Siuman
Tanda Tanya
Sebuah Rahasia Terungkap Lagi
Perampokan Bank
Sang Penyelamat
Marco dan Dinda
Hilang Ingatan
Akan Aku Buktikan Cintaku (1)
Akan Aku Buktikan Cintaku (2)
Christian atau Akbar?
Nasib Qarira
Liburan
Aku Rela
Bunuh Diri?
Aku Cinta Padamu
Tragedi Opera
Candle Light Dinner
Double Wedding (1)
Double Wedding (2)
Tiga Pria
Segalanya Berakhir
Selamat Tinggal, Akbar!
Epilog

Penangkapan Pedro

417 39 4
By themagicpena

"APA? KAMU GILA, DINDA!" pekik Qarira menatap Dinda tak percaya. "Banyak orang yang berjuang untuk mendapatkan seorang anak, melakukan segala cara untuk menperoleh seorang momongan ... dan kamu? Kamu mau menggugurkannya? KAMU BENAR-BENAR GILA!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan jika Marco tak menerima pengakuanku? Aku tahu aku sudah jahat banget!" Dinda berkata lirih sembari mengelus perutnya.

"Menggugurkan kandungan adalah sebuah perbuatan yang diharamkan, Dinda. Itu dosa besar!"

"Aku sudah melakukan dosa bersama Marco, itu sama saja. Aku tak peduli lagi, Qarira. AKU BENAR-BENAR LELAH! AKU CAPEK! AKU BENCI--AKU BENCI!" Dinda memukul-mukul perutnya. Airmatanya bercucuran. Dia nampak sangat depresi dan tertekan.

"STOP, DINDA! STOP!" Qarira berteriak kencang berusaha menahan kedua tangan Dinda lalu dipeluknya erat gadis itu, "tenangkan dirimu! Tenangkan dirimu, Din!"

Dinda mendekap erat tubuh Qarira. Tubuhnya bergetar menahan emosi, "maafkan aku, Nak. Maafkan aku," tangisnya lagi. Wajah Dinda sudah pucat pasi. Matanya sembab penuh airmata.

"Tolong jangan gugurkan kandunganmu, Din. Kalau kalian tidak menginginkan anak ini, aku akan menjaga dan merawatnya. AKU JANJI!" tegas Qarira.

Dinda menatap Qarira tak percaya. Dia menghapus pelan butir-butir bening di kedua pipinya. Qarira melempar senyum, "Aku janji padamu," pungkasnya.

❤❤❤❤

Cafe terlihat sudah mulai ramai. Beberapa tamu sedang duduk menikmati  makan siang mereka dan segelas juice. Qarira baru saja meletakkan tas kecil di dalam locker miliknya di dapur ketika Anna datang menghampiri dan menyikut pinggangnya, "BURUAN KERJA! Itu cucian piring sudah menumpuk!"

"Loh? Memang yang bagian tukang cuci piring kemana?" Qarira bertanya tak mengerti.

"Nggak usah banyak tanya! Lakukan saja apa yang aku suruh, gadis sialan!"

Qarira tak membantah lagi. Dia tak mau berselisih paham untuk yang kesekian kalinya dengan Anna. Beberapa hari ini merupakan hari-hari yang berat baginya. Begitu banyak hal yang terjadi yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran.

TRIING

Lonceng pintu masuk di Kafe berbunyi. Anna mengintip dari balik pintu dapur lalu menghambur keluar.

"Hi...Guten Tag, hübscher Mann," (selamat siang, cowok ganteng) Anna menyapa dengan genit pria yang baru masuk tadi.

Pedro menoleh, memandang Anna dari atas ke bawah, "Qarira kerja hari ini?"

Anna memutar kedua bola matanya dengan malas, "ada tapi dia sedang bekerja di dapur. Dia sedang sibuk!" sungutnya.

"Boleh aku memesan sepotong Baguette isi ikan salmon, kue Cheescake dan sebotol Krombacher  bir tanpa alkohol?" ucap Pedro sambil menghenyakkan pantat di kursi dengan posisi menghadap ke arah dapur, berharap bisa memandang Qarira.

"Itu saja, sweety?" Anna  mengedikkan satu ujung mata ke arah Pedro.

"Ya itu saja, nona."

"Nama saya Anna--hi! Kamu?" dengan genit Anna menyodorkan tangan pada Pedro.

"Bisa saya mendapatkan pesanan saya segera?" ucap Pedro dingin.

"Tentu saja!" Anna melengos lalu berbalik berjalan kearah dapur dengan sedikit menggererutu.

KRIIING KRIING

Ponsel Pedro berbunyi. Panggilan masuk dari sang Big Boss.

"Hallo Boss," sapa Pedro pelan.

"Kamu dimana, Pedro?" suara Tom Richard terdengar di ujung telepon.

"Saya sedang makan siang di sebuah cafe di dekat rumah saya," jawab Pedro sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling gelisah seakan-akan instingnya mengatakan ada sesuatu yang tak beres.

"Dimana itu?" tanya Tom lagi.

Pedro lalu menjawab dan memberikan alamat cafe dan Tom terdiam tak berkata apa-apa.

"Ada apa Boss? Ada yang salah?" ucap Pedro merasa aneh saat sang Big Boss tak bersuara sama sekali.

"Tak apa-apa. Aku segera kesana!"

TUUT

Telepon ditutup. Pedro mendesah pelan, memainkan ponselnya sembari menunggu pesanan datang. Tanpa disadari Pedro, dua mobil polisi mengintai dirinya sedari tadi.

"Tim Satu sudah siap?" seorang polisi mengatakan pada Walkie-talkienya.

"Tim Satu sudah siap, check!"

"Tim Dua bagaimana?" tanyanya lagi.

"Tim Dua siap, ganti!"

"Baiklah. Target duduk agak di sisi kiri menghadap ke arah dapur. Dia sedang memegang ponsel sekarang. Dalam hitungan tiga kita lakukan sergapan. Kalian siap?"

"SIAP!"

Masing-masing tim sudah berada dalam posisi mereka masing-masing. Mengepung cafe dari segala arah.

"EINS..ZWEI...DREI! GO GO GO!" (satu dua tiga)

Semua bersiap dengan pistol mereka masing-masing. Empat orang polisi dengan seragam anti peluru merangsek pelan maju, masuk kedalam cafe. Sementara itu didalam cafe, Anna baru saja akan meletakkan pesanan di meja Pedro, saat tiba-tiba ...

"KEINE BEWEGUNG! KEINE BEWEGUNG!" (jangan bergerak)

"AAARGH!" Anna berteriak histeris. Nampan yang dibawanya jatuh bergelontangan. Para pengunjung yang sedang asyik menikmati makan siang mereka terlonjak kaget. Ada beberapa yang berteriak, ada yang langsung mendekap mulut mereka sendiri, ada yang akan berlari keluar namun mengurungkan niatnya karena situasi yang tidak memungkinkan.

Pedro dengan sigap dan cekatan menyambar tubuh Anna. Anna meronta ingin melepaskan diri namun Pedro makin mengeratkan pegangannnya.

"AAARH!" jerit Anna lagi ketakutan.

"DIAM ATAU AKU TEMBAK KAMU!" Pedro menodongkan pistol kecil tepat ke batok kepala Anna.

"HILFEEE ... HILF--! (tolong)

Pedro membekap mulut Anna. Gadis itu meronta-ronta ingin melarikan diri. Tapi kekuatan Pedro jauh lebih besar. Dia mengunci tubuh Anna agar tak bergerak lagi.

"JATUHKAN SENJATAMU SEKARANG! JATUHKAN!"

DOR

Sebuah tembakan peringatan meletus. Para pengunjung yang menyaksikan itu semua kaget bukan kepalang. Ada yang langsung bersembunyi dibalik meja, ada yang lari ke arah dapur dan ada pula yang diam mematung tak tahu harus berbuat apa. Qarira yang sedang asyik mencuci piring tak luput dari keterkejutan. Ia menghentikan aktivitasnya, memasang telinga berusaha mendengarkan sesuatu. Tiba-tiba saja ada orang yang berlari masuk ke dapur dan langsung keluar lewat pintu belakang.

"Hey, apa yang kamu lakukan!" teriaknya tanpa menyadari bahaya yang sedang mengintainya sekarang. Qarira lalu berjalan, mengintip dari balik pintu dapur.  Dia memekik tertahan, "ya Allah!"

Lalu dengan refleks Qarira mundur beberapa langkah, mengedarkan pandangannya ke seluruh arah dapur kemudian berlari pelan dan bersembunyi menyelinap di belakang kulkas besar.

"JANGAN COBA-COBA MENEMBAK ATAU GADIS INI AKAN MATI! Pedro berteriak pada beberapa polisi yang sudah mengepungnya. Anna masih berusaha melepaskan diri. "DIAM KATAKU!" bentak Pedro lagi.

"Anda sudah dikepung. Jatuhkan senjata di lantai, angkat tangan dan menyerahkan diri!" ucap salah satu polisi yang mengkomandani penggerebekan itu.

"Tak semudah itu! Sekali kalian bergerak, nyawa gadis ini akan melayang!" Pedro mengancam dengan tatapan liar kemana-mana.

"ANGKAT TANGAN DAN SERAHKAN DIRI!"

DOR

Pedro mengarahkan pistol ke salah satu polisi. Peluru panas itu tepat menembus dada kiri sang polisi. Ia jatuh terjerembab, mengerang kesakitan memegangi dadanya lalu bangkit lagi.

Pedro menggunakan kesempatan, dengan cepat dia menyeret Anna berjalan kearah dapur sambil menodongkan pistol ke segala arah. Para polisi yang mengepung tak mau mengambil resiko. Banyak nyawa yang harus diselamatkan dalam cafe itu. Segera mereka mengevakuasi para pengunjung agar keluar dari cafe. Sementara Pedro melintasi dapur dan tak melihat siapapun di sana dan dia menyelinap melaui pintu belakang.

DOR DOR

Pedro melepaskan tembakan peringatan. Para polisi yang sudah mengepung di area belakang cafe tampak siaga dengan senjata mereka masing-masing dan nampak hati-hati. Pedro berlari sambil menyeret Anna kedalam mobil dan mengendarainya sekencang mungkin.

"KEJAR!" perintah sang Komandan kepada anak buahnya. Merekapun bergegas mengejar mobil Pedro yang meluncur cepat menembus jalan.

Sementara Tom Richard yang sedari tadi  sudah tiba di sekitar cafenya hanya menyaksikan semua kejadian itu dari dalam mobil.

❤❤❤❤



Assalamualaikum

TGIF!
Yang lagi nunggu lanjutan cerita ini, moga makin gemes ya! Kira-kira apa yang bakal terjadi sama Pedro dan Anna ya? Ayo tebak!

Jgn lupa di Vote, komen dan Share ya guys.
Happy Weekend.

Wassalam

DS. Yadi







Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 7K 15
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
373 66 28
Biarkan kisah kita berjalan seperti apa yang sudah ditakdirkan. Meski kadang tidak menyenangkan, tapi kuharap aku bisa mencintaimu seperti kamu membe...
28.7K 5.3K 27
Namaku Radya Alluna, cewek biasa yang nggk ada istimewanya kecuali kesayangan ayah bunda. Usia tujuh belas tahun, bentar lagi aku lulus SMU dan berci...
2.8K 368 33
Spiritual-fiksiremaja "Maaf, aku nggak bisa kayak Sayidah Fatimah yang bisa tahan dengan cinta diam-diamnya kepada Ali bin Abi Thalib. Aku juga tidak...