SCANDAL A Shocking Accident

By Khojina

471K 83.2K 3.8K

Bruk... Ditengah keheningan malam, tiba-tiba tubuh itu terjatuh dari ketinggian. Aku menutup mulutku ngeri me... More

Prolog
1. Bangsal Bersalin Dan Wanita Cantik Itu
2. Kejadian Malam Itu Part 1
3. Kejadian Malam Itu Part 2
4. Apa Yang Sebenarnya Terjadi?
5. Please... Tolong Aku
6. Pria Penyelamat
7. Terciduk
8. Dimulainya Sebuah Drama
9. Menikah?
10. Bapaknya Davindra
11. Pria Yang Menamakan Dirinya Ayah
12. The Wedding Day
13. Wanita Dalam Apartemen
14. Wanita Dalam Apartemen 2
15. Pengejaran Kedua
16. Perasaan Apa Ini?
17. Kunjungan Tak Terduga
18. Sebenarnya Apa Yang Sedang Mereka Bicarakan?
19. Kegilaan Apa Lagi Ini?
20. Kematian Adinda Dan Akikah Evelyn
21. Pak Chandra Dan 3 Pria Asing Itu
22. Kembali Ke Apartemen
23. Tamu Di Pagi Hari
24. Peduli Atau Peduli?
25. Pelarian
27. Andira
28. Keegoisan Andira
29. Antara Hubungan Darah Dan Sebuah Kebencian
30. Semuanya Terasa Masuk Akal
31. Dialah Orangnya
32. Luar Kota
33. Tiana
34. Terungkapnya Hubungan Masa Lalu
35. Dia Tetap Ayahku
36. Melihat Dari Sisi Lain
37. Firasat Bu Sofia
38. Takdir Dan Pilihan
39. Mereka Membawanya
40. Davindra Vs Ravindra
41. Manipulasi
42. Kepergian Untuk Selamanya
43. Pengecut Dan Wanita Yang Tidak Tahu Apa-Apa
44. Duka Kepergiannya
45. Menjaga Perasaannya
Epilog

26. Arlan

7.9K 1.5K 83
By Khojina

Dari banyaknya orang didunia ini kenapa aku harus bertemu dengannya?

Aku membuang mukaku ke arah lain agar tidak usah bertatapan dengan pria itu. Kenapa dari sekian banyaknya manusia dibumi ini, aku harus bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Dia Arlan, cinta pertamaku yang berakhir mengenaskan. Dia seorang dokter yang berusia hampir 10 tahun lebih tua dariku. Pertama jatuh cinta padanya ketika pertama kali magang di rumah sakit tempat dia bekerja. Dia menganggap sikapku yang gugup jika berhadapan dengannya adalah hal lucu.

Arlan tahu aku jatuh cinta padanya gara-gara mulut rombeng Tania, keponakan Arlan yang magang denganku saat itu. Tidak butuh waktu lama bagi pria itu untuk menolak cintaku dan parahnya lagi dia mengatakan jika dia menyayangiku sama seperti menyayangi Tania si keponakannya itu. Memang sih Arlan tidak menolakku di depan umum atau menolakku secara kasar, tapi tetap saja yang namanya ditolak sebelum menyatakan cinta itu nyelekit. Apalagi beberapa saat setelah penolakannya pada cintaku, Arlan memiliki kekasih yang katanya jauh lebih cantik daripada aku, kurang nyelekit bagaimana lagi?

Jika ada yang bertanya masihkah aku mencintai Arlan? maka jawabannya adalah tidak tahu. Setelah Arlan aku belum pernah menyukai orang lain lagi dengan cara yang sama seperti pada Arlan. Aku terlalu sibuk menata hidupku yang berantakan sepeninggalnya ibu. Hidup sendiri membuatku lebih banyak berpikir tentang bagaimana melanjutkan hidupku setiap harinya daripada memikirkan urusan cinta. Lagipula kegemaranku pada segala berbau Korea, dari mulai drama dan musiknya membuatku tidak mudah tertarik pada pria disekelilingku, maklum yang dijadikan perbandingannya sekelas Lee Min Ho.

"Kirana..." Panggil Arlan lagi

Saking sibuknya dengan pikiranku sendiri, aku sampai tidak meyadari jika Arlan sudah duduk dihadapanku dengan baby Eve yang ditidurkan diatas kursi taman menjadi pembatas kami.

"Hallo dokter Arlan, sudah lama kita tidak bertemu, apa kabar dokter?" tanyaku basa-basi.

Arlan tersenyum mendengar pertanyaan dariku, matanya memperhatikan baby Eve yang sedang asyik dengan tangan-tangan mungilnya.

"Dia anak kamu?" tanya Arlan.

"Iya ini anak saya." Jawabku.

"Wah lama tidak bertemu, kamu sudah menikah dan punya anak saja." ucap Arlan.

"Saya pindah bekerja di rumah sakit tempat kamu bekerja,eh ternyata kamu sudah tidak bekerja lagi disana. Sepertinya saya terlambat padahal saya senang sekali loh bekerja sama denganmu." Ucap Arlan lagi.

Aku hanya tersenyum aneh mendengar ucapan Arlan, entah perasaanku saja atau apa tapi selama Arlan bicara pandangannya terus saja terarah pada baby Eve. Sepertinya baby Eve itu bayi yang begitu memikat sehingga orang yang baru pertama kali bertemu dengannya saja sudah jatuh cinta padanya. Atau mungkin justru akulah yang tida ada menarik-menariknya sehingga Arlan enggan bahkan hanya untuk menatap ke arahku.

Arlan banyak bercerita tentang Tania yang sudah berhenti menjadi perawat sejak 1 tahun lalu setelah dia menikah dengan seorang pengusaha. Dia juga banyak bercerita tentang hidupnya yang sekarang sudah menjadi dokter spesialis dalam. Aku hanya menjawabnya singkat ketika dia bertanya tentang kehidupanku selama ini. Aku sudah lupa jika Arlan itu tipe orang yang banyak bicara berbanding terbalik dengan Davindra.

Kenapa juga aku membandingkan mereka? dan kenapa juga aku mengingat Davindra?

Aku masih mendengarkan Arlan bercerita, tapi mataku melirik kearah ponsel berharap Davindra menghubungiku. Aku tidak tahu harus kemana sekarang, tidak ada cara lain selain mencari tempat tinggal baru untuk kami bersembunyi. Tapi masalahnya kemana aku harus mencari tempat tinggal baru? Aku tidak punya banyak uang cash saat ini, Davindra hanya memberikan satu kartu ATM untukku yang boleh dipergunakan jika terdesak. Tapi masalahnya aku lupa PIN dari kartu ATM itu, lalu bagaimana aku bisa menggunakannya?

Tangis baby Eve menghentikan Arlan dengan cerita yang sedang disampaikannya. Aku membawa baby Eve kepangkuanku dan memeluk si kecil dengan erat. Angin berhembus sedikit kencang dan matahari yang tadi bersinar terang sekarang sudah ditutupi awan mendung.

"Sepertinya akan turun hujan." Ucap Arlan.

Aku mengangguk mengiyakan pendapat Arlan, bagaimana nasibku jika hujan benar-benar turun? Keluhku dalam hati.

"Kamu mau kemana setelah dari taman ini?" tanya Arlan lagi.

"Jika melihat ransel yang kamu gunakan sepertinya kamu akan bepergian jauh." Ucap Arlan lagi tanpa menunggu jawaban dariku atas apa yang dia tanyakan.

"Kalau begitu mampir dulu ke rumahku sebelum melanjutkan perjalanan, sepertinya hujan akan segera turun." Ucap Arlan lagi.

Aku tidak enak untuk mengiyakan ajakan Arlan, tapi melihat tebakan Arlan benar tentang hujan yang mulai menetes, akhirnya mau tak mau aku mengikuti Arlan menuju rumahnya. Aku membiarkan Arlan membantu mengambil ranselku dan menuntunku berjalan menuju rumahnya. Arlan tidak bohong tentang rumahnya yang berada di dekat sini karena memang hanya butuh waktu 10 menit kami sudah sampai ke rumah Arlan.

Sebuah rumah minimalis bercat putih abu yang terletak berdempetan dengan rumah lain yang memiliki bentuk serupa, di perkenalkan Arlan padaku sebagai rumahnya. Arlan langsung membukakan pintu karena hujan yang semakin deras. Rintik-rintik hujan memang sudah turun sejak kami berjalan meninggalkan taman, dan dalam waktu 10 menit hujan semakin menderas.

"Keringkan dulu bajumu dan hangatkan bayimu, takutnya kalian sakit." Ucap Arlan menyerahkan handuk dan selimut padaku setelah dia meninggalkan aku sendirian di ruang tamunya untuk beberapa menit.

Aku menuruti perintah Arlan, menggelar selimut pemberiannya diatas karpet dan menidurkan baby Eve diatas selimut. Sebenarnya baby Eve tidak terkena hujan karena aku mendekapnya dan aku menggendongnya memakai gendongan kain. Selain itu aku juga menutupi si kecil dengan selimut bayinya jadi dia tidak terkena air hujan. Baby Eve langsung menangis ketika aku beranjak untuk mengeringkan diri jadi terpaksa aku membuatkan dulu bayi cantikku itu susu formula dalam keadaan baju dan kerudung yang basah terkena hujan.

"Biar aku yang menjaga bayimu, kamu ganti baju dulu saja." ucap Arlan yang kembali setelah berganti dengan pakaian santainya.

Aku mengangguk dan membiarkan Arlan mengambil alih tugasku memegangi botol susu yang sedang diminum baby Eve. Arlan menginstruksikan dimana letak kamar mandinya padaku sehingga aku bebas berganti pakaian di kamar mandi. Meskipun sebenarnya aku sedikit khawatir meninggalkan baby Eve pada Arlan tapi karena keadaan yang darurat akhirnya aku tidak bisa berbuat banyak selain menerima kebaikan hati Arlan. Lagipla aku mengenal Arlan lebih lama daripada Davindra, kenapa aku harus meragukannya bukan? Davinda, ah kenapa juga aku ingat pria itu.

Tentu kamu mengingatnya, orang dia satu-satunya pahlawanmu selama ini.

"Davindra bukan pahlawan, buktinya dia tidak ada saat situasiku genting seperti ini." bantahku pada pemikiranku sendiri.

***********

Pemandangan baby Eve yang tertidur dan Arlan yang juga tertidur disamping bayi kecil itu menyambutku ketika aku kembali ke ruang tamu. Padahal aku hanya beberapa menit saja dikamar mandi tapi mereka berdua sudah terlelap. Hujan diluar rumah semakin deras bahkan disertai angin membuat suasana sedikit menyeramkan untukku. Aku melihat layar ponselku dan belum ada panggilan satupun dari Davindra. Jangankan panggilan, sebuah pesan singkatpun tidak ada. Aku mendengus kesal, sebenarnya kemana pria itu pergi hingga sulit sekali untuk dihubungi.

Aku memutuskan untuk menghubungi Sean untuk mengetahui keadaan anak itu. Meskipun aku tidak menyukai anak itu tapi aku tidak berniat menjadi pengirim anak itu mendekati ajalnya. Beruntung sepertinya 3 pria asing itu benar-benar multi talented karena ternyata mereka bisa memperbaikai pipa westafel Sean saat menyamar jadi tukang pipa. Saat aku teriaki maling tempo hari, pria itu juga sangat menghayati peran sebagai maling.

"Maaf saya malah ikut ketiduran." Ucap Arlan membuatku mengakhiri pembicaranku dengan Sean.

"Justru saya yang minta maaf karena merepotkan dokter." Ucapku tidak enak hati.

"Tidak merepotkan sama sekali kok." Ucap Arlan seraya beranjak menuju bagian dalam rumahnya dan kembali dengan dua gelas coklat panas.

"Minumlah, coklat hangat untuk menghangatkan dicuaca yang dingin." Ucap Arlan menyerahkan mug itu padaku.

"Terima kasih." Ucapku.

"Dokter tidak bekerja?" tanyaku memecah keheningan diantara kami.

"Ini hari sabtu, jadi saya tidak bekerja dan tolong panggil saya Arlan saja tidak usah memanggil saya dengan sebutan dokter kita tidak sedang berada di rumah sakit." Ucapnya sembari tersenyum geli.

Aku mengangguk sebagai jawaban, aku bersyukur kami lebih sering membicarakan masa-masa saat aku magang dulu minus tentang pernyataan cintaku. Membahas tentang isu-isu kesehatan dan pengalaman kami selama menjadi tenaga medis. Tidak ketinggalan cerita tentang Tania dengan segala kehebohannya. Arlan tidak banyak bertanya tentang kehidupanku sekarang begitupun sebaliknya. Aku rasa dia juga paham jika membahas hal pribadi seperti itu yang ada kami akan canggung satu sama lain.

Hingga waktu beranjak malam, hujan belum juga reda, Davindra masih belum juga bisa dihubungi. Aku tidak punya pilihan selain menerima tawaran Arlan untuk menginap, karena tidak mungkin aku mencari tempat tinggal baru di kala hujan seperti ini. Kasihan juga baby Eve kalau harus keluar rumah di cuaca dingin seperti ini.Kami tidak hanya tinggal berdua di rumah ini karena ada wanita paruh baya dan anak laki-lakinya yang menjadi pembantu di rumah Arlan, jadi meskipun aku menginap dijamin tidak akan digerebek hansip.

Karena rumah ini asing untuk baby Eve, seperti biasa anak itu sangat rewel dan susah untuk ditidurkan. Si kecil hanya akan tidur dipangkuanku dan akan menangis lagi jika kau menidurkannya diatas tempat tidur. Aku juga merasa tidak enak pada Arlan karena harus terganggu dengan tangisan baby Eve dimalam hari. Sebenarnya dengan baik hatinya Arlan berniat membantu tapi aku menolaknya, rasanya tidak enak hati meminta bantuan Arlan lagi. Sudah diberi tempat tinggal dan makan gratis, masa iya aku harus mengganggu tidur si empu rumah juga?

Menjelang tengah malam barulah aku bisa menutup mata karena baby Eve tertidur, itupun aku harus tidur dengan posisi duduk sambil menyandarkan tubuhku kekepala ranjang. Ditambah lagi beban tubuh baby Eve yang menimpaku karena aku sengaja menidurkan baby Eve diatas pangkuanku supaya si kecil tidak terbangun dan menangis lagi.

Jam menunjukan waktu terlalu awal untuk sholat subuh tapi baby Eve sudah menangis lagi. Aku menidurkan baby Eve keatas tempat tidur dan beralih membuatkannya susu formula. Baby Eve terlihat anteng menyedot susu formulanya dan langsung menangis lagi karena kaget dengan suara benda yang jatuh dengan keras. Sejujurnya aku juga kaget dengan suara itu,mendengar suara keras benda jatuh seperti itu mengingatkanku dengan suara jatuhnya Evelyn dari atap rumah sakit malam itu.

Aku segera membawa baby Eve kepelukanku dan membungkusnya dengan selimut lalu berjalan keluar dari kamar yang aku tempati. Terdengar suara grasak grusuk diluar kamar, aku berjalan kearah pintu dan membukanya. Mataku melotot melihat apa yang tertangkap oleh penglihatanku.

Continue Reading

You'll Also Like

121K 6.2K 11
Alih-alih menyukai Kayla, gadis cantik nan sempurna, Pandu justru lebih menyukai Sandya, asisten Kayla. *** Pandu Dewanata adalah seorang penyanyi ta...
357K 11.3K 16
[16+] - COMPLETED Sonya Ayudia Prameswari baru saja selesai tersandung kasus obat-obatan terlarang yang diduga dikonsumsinya tanpa seizin dokter, na...
818K 134K 92
{Tersedia e-book di google playbook untuk versi lengkap seperti versi buku. Di Wattpad tersedia bab tamat versi Wattpad.} Trophy Aglaea harus merasak...
275K 15.5K 39
[WARNING⚠⚠ Ada banyak adegan kekerasan dan Kata² Kasar, mohon bijak dalam membaca] ••• Achasa seorang gadis cantik keturunan mafia rusia yang tidak s...