Chateau de Wangxian

By bluesheart01

240K 26.6K 4.4K

penggalan kisah pendek Wangxian di era modern. Alternative Universe. disclaimer: I own nothing, whole charact... More

Meet Cute
Dark Circle
Flower Boy Wei Wuxian
Thorn Flower
LIMERENCE
love through the glasses
LAGUNA
piece of you
until we meet again
The Second Proposal
like the wind that blows
the untouchable
My Dear, Mr. Possessif
BAD
BOREDOM
on the way to home
Secret
abstrak
abstrak II
abstrak III
abstrak IV
abstrak V
Abstrak VI
abstrak VII
GABUT
Married With Stranger (GABUT part II)
On social media
Married With Stranger (GABUT III)
pretty boy
what if-
abstrak VIII
MARRIED WITH STRANGER (GABUT)
self assure
The Wind Blows
Abstrak IX
The Wind Blows II
abstrak X
vampire?
abstrak XI
CAGE
love
boy meet boy
boy meet boy 2
boy meet boy 3
boy meet boy 4
boy meet boy 5
boy meet boy 6
boy meet boy 7
boy meet boy 8
boy meet boy 9
abstrak : another timeline
boy meet boy 10
Young Marriage (PDF-Sample Chapter)
boy meet boy 11
boy meet boy 12
boy meet boy : prelude

Fated

11K 1K 64
By bluesheart01

"Tidak ada kebetulan, yang ada hanyalah takdir.

Takdir yang mempertemukan kita digaris waktu yang sama, hari ini.

Wei Ying, kau takdirku."- Lan Wangji

.
.

A story of Lan Wangji x Wei Wuxian.

Slight! Lan Qiren x Changse Shanren
Wei Changze x Changse Shanren
.
.

Requested by WangXian381
Maaf kalau tidak sesuai ekspetasi^^

Happy reading and-

Enjoy!

.
.

Disclaimer!
I own the story but all characters inside is belong to MXTX.

.
.

"Xiongzhang, upacara pemakaman paman akan segera dilaksanakan." Lan Wangji menghampiri kakaknya yang melamun menatap halaman rumahnya yang dipenuhi para pelayat.

Lan Xichen menoleh lalu tersenyum kecil, "ayo turun.", ia mendahului adiknya untuk turun menemui para tamu yang sudah bersiap untuk melakukan prosesi pengantaran abu jenazah sang paman ke peraduan terakhirnya. Namun Lan Wangji tak langsung mengikuti, melainkan berjalan kearah meja kerja sang paman dan mengambil figura kecil berisi potret dirinya dan sang kakak yang dipeluk erat oleh Lan Qiren ketika mereka kecil dulu.

Wangji mengelus permukaan kaca itu.

Meskipun raut wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi, sebenarnya, jauh dalam hati Lan Wangji, ia merasa sangat kehilangan.

Sang paman, Lan Qiren, adalah sosok yang paling berjasa dalam hidupnya dan sang kakak.

Ketika kedua orangtua mereka tewas dalam kecelalaam mobil 20 tahun lalu, Lan Qiren lah yang bersedia mengurus keduanya.

Adik dari ayahnya itu telah membesarkan Lan Wangji dan Lan Xichen dengan sepenuh hati, ia telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mereka, bahkan hingga hembusan napas terakhirnya.

Tuk!

Wangji terperanjat saat air matanya menetes tanpa sadar pada permukaan figura yang ia pegang. Ia lalu mencoba menetralkan napasnya yang terasa sesak, ia berdehem untuk menghalau isakan yang hampir lolos dari tenggorokkannya.

Tangan kanannya mengusap air mata yang menggenang dipelupuk matanya, Wangji meletakan kembali figura yang ia pegang ke atas meja kerja Lan Qiren namun ujung matanya menangkap sesuatu.

Ia kembali mengambil figura itu dan memperhatikannya selama beberapa detik, Wangji membalik figura itu dan membukanya.

Disana terdapat dua lembar foto.

Satu foto berisi dirinya bersama sang paman dan Lan Xichen, sedangkan satu lagi-

Itu merupakan foto yang telah usang, seperti telah diambil puluhan tahun yang lalu.

Potret dua orang remaja dengan seragam SMA.

Ia tau siapa siswa itu, itu adalah pamannya, Lan Qiren ketika muda dulu, ada banyak foto muda sang paman di rak buku rumahnya.

Namun perempuan yang beridiri disampingnya, Wangji sama sekali tak mengenalnya.

Wanita yang sangat cantik dengan senyum lebar.

Wangji membalik foto usang itu dan menemukan sebuah tulisan,

'Senyumnya laksana angin di musim semi, menyejukkan hingga ke relung dimana perasaanku bersembunyi dan membisu.'

Wangji tertegun, "apakah dia kekasih paman?" Ia bergumam lirih.

Ia kembali mengingat, semenjak ia tumbuh dibawah asuhan pamannya, tak sekalipun ia mengingat bahwa sang paman pernah mengenalkannya pada sosok perempuan.

Sekalipun, pamannya tak pernah membahas tentang wanita manapun. Kehidupan pamannya terlalu kaku dan hanya berputar pada dirinya, sang kakak dan pekerjaan, tidak lebih.

Lalu, siapa wanita itu?

"Wangji? Kenapa masih disana?" Wangji terkejut ketika sang kakak memanggilnya, "Xiongzhang, aku akan segera turun." Wangji buru-buru mengembalikan foto itu kedalam figura kemudian turun mengikuti kakaknya.

Ia akan mencari tau lagi nanti.

.
.

Duk!

"Lan Er Gongzi! Bisa kau lemparkan bolanya pada kami?" Lan Qiren menatap ke arah lapangan basket yang dilewatinya, ia kemudian menemukan gadis dengan seragam olahraga tengah mengulurkan tangan untuk meminta bola yang baru saja terlempar hingga mengenai kakinya.

Lan Qiren melengos, ia malah menendang bola itu semakin jauh dari lapangan dan kembali melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan.

Gadis itu menggeram kecil, ia lalu mengejar Lan Qiren yang kian menjauh.

"Lan Er Gongzi, apa masalahmu? Kenapa kau selalu begini padaku?" Gadis itu, Changse Shanren, menghadang jalan Lan Qiren, ia menyilangkan kedua tangannya dengan raut kesal, tak habis pikir dengan sikap menyebalkan tuan muda kedua Lan ini.

"Kau berisik." Desis Lan Qiren pelan, kakinya kembali melangkah meninggalkan Changse Shanren yang terperangah tidak percaya, "apa katamu? Aku berisik? Alasan macam apa itu? Ha!" Gadis itu berjalan disamping Lan Qiren, ia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan bola basket yang menggelinding entah kemana.

"Kenapa kau mengikutiku?" Lan Qiren bertanha risih.

"Siapa yang mengikuti siapa? Kau GR padaku ya?" Changse Shanren menyeringai, namun diabaikan Lan Qiren.

"Membosankan." Gumam Lan Qiren.

Gadis itu memutar bola matanya malas, "kau yyang membosankan, bukan aku."

"Kalau begitu pergi sana! Kau pengganggu."

"Oh tidak, sepertinya aku akan menjadi parasit untukmu." Lan Qiren menggeram, ia menatap tajam Changse Shanren yang tertawa puas melihat ekspresi kesalnya. "Kau tampan saat marah." Ujarnya kemudian,

Wajah Lan Qiren memerah padam, bukan pertama kalinya ia dipuji tampan, tapi entah kenapa kali ini bisa membuat sesuatu dalam dadanya berdesir dan Lan Qiren membencinya, "mem-"

"Yeah, membosankan. Aku tau, apa kau tidak punya kata-kata lain?"

Lan Qiren berdecak malas, ia berjalan cepat kearah perpustakaan, enggan meladeni gadis aneh itu lagi.

"Lan Er Gege! Tunggu!"

"Sepertinya Changse Shanren ini sangat suka mengganggu paman." Lan Xichen terkekeh ketika ia beres membaca isi buku catatan pamannya, disana tertulis berbagai unek-unek yang dirasakan pamannya ketika bersama dengan gadis bernama Changse Shanren.

Lan Wangji tersenyum tipis, "paman sangat menyukainya."

Saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja Lan Qiren, selepas prosesi pemakaman tadi, Lan Wangji mengajak kakaknya untuk membongkar barang-barang sang paman dan mencari tau tentang gadis yang ada dalam foto yang disembunyikan pamannya.

Dan disinilah mereka, sibuk membaca belasan jurnal yang di tulis sang paman ketika masa sekolah dulu.

Dan yang mengejutkan adalah, 90% didalamnya menceritakan kisahnya bersama perempuan bernama Changse Shanren.

.
.

"Apa kau tidak merasa bosan?" Changse Shanren memainkan pena ditangannya, iris kelabunya sedari tadi sibuk memandangi pemuda Lan yang tak melepaskan pandangan pada buku yang ia baca.

Lan Qiren bahkan tak menggubrisjya sama sekali, ia membalik halaman demi halaman buku ditangannya, seolah sangat menikmati setiap paragraf yang tertuang disana.

"Apa semua Lan memang kaku sepertimu ya?" Changse Shanren kembali bersuara, ia telah meletakan penanya dan menumpu pipi dengan tangan kiri.

"Ah, bosaaaaaan~" tangan kurusnya mendorong dan menarik kursi disampingnua hingga menimbulkan suara mengganggu.

"Pintu keluar tepat dibelakangmu, silahkan menghilang dari sini." Ujar Lan Qiren dingin.

Mendengar itu Changse Shanren tertawa sinis, "wah, lihat itu, Lan Er Gege, apa kau mengusirku? Aku ada disini juga karena kau, aku sangat baik hati ingin menemanimu disini dan kau? Wah, kau memang raja kejam, pantas saja tidak ada wanita yang mau dekat-dekat denganmu, ckck."

Duk

Lan Qiren melempar buku ditangnnya keatas meja, mata yang biasa menatap sinis kini semakin terasa menyeramkan.

Changse Shanren dibuat bergidik ngeri.

"Siapa yang menyuruhmu mengikutiku? Aku tidak butuh ditemani oleh manusia berisik sepertimu, aku tidak pernah memintamu ada disekitarku. Kau itu sangat mengganggu." Setelah menyelesaikan kalimat panjangnya Lan Qiren mengambil kembali bukunya lalu pergi dari sana, tak peduli pada Chanhse Shanren yang menatap sedih kepergiannya.

26 Januari 19xx

Hari dimana aku mengatakan kalimat itu adalah hari terakhir aku melihatnya.

Dikeesokan harinya, aku tak lagi bertemu dengannya.

Begitupun di hari berikutnya, dan hari berikutnya lagi.

Bahkan sampai hari kelulusan tiba.

Perempuan berisik itu telah pergi.

5 Mei 19xx

Aku selalu menyangkal perasaan ini.

Aku tak pernah menyadari perasaanku sampai aku benar-benar kehilangannya.

Tiga tahun berlalu, dan perasaanku tak sekalipun pernah padam.

Kebodohanku dimasa lalu menimbulkan sesal yang terlampau dalam.

Menguburku dalam sebuah pengandaian semu,

'Jika saja aku berhenti egois, mungkin aku tak akan pernah kehilangannya.'

Wanita yang bahkan namanya tak berani kusebut.

17 Desember 19xx

Aku menemukannya.

Setelah delapan tahun tanpa seharipun aku melupakannya, akhirnya aku menemukannya.

Meski ditempat dan waktu yang tak tepat.

Apakah aku harus bahagia? Namun ini juga merupakan hari pemakaman kakakku.

Dia selalu saja menyebalkan.

Kenapa harus muncul disaat semua orang bersedih?

.
.

"Mama."

Sosok bocah berusia sekitar 2 tahun berlari kearah wanita yang turut berkabung.

Ini adalah upacara pemakaman mendiang sahabat suaminya.

"A Xian, jangan berlari, duduk sini." Wanita itu memangku putranya dan mendudukannya pada kursi kosong disampingnya.

"Mama, kenapa semuanya berpakaian hitam?" Tanya anak itu dengan nada lucu, Changse Shanren mengusak rambut halusnya, namun ia tak menjelaskan apapun.

Dan disisi lain Lan Qiren harus kembali menelan kekecewaan.

Sepertinya ia kembali kalah.

Wanita itu sudah memiliki kehidupan bersama seseorang disampingnya.

"Paman." Lan Qiren merasakan tangan mungil yang menggenggam telapak tangannya, ia menunduk dan mendapati keponakan bungsunya memandangnya dengan mata sembab dan pipi merah.

Ia langsung mengangkat anak itu dan mendekapnya, "Wangji." Bisiknya.

Anak itu kembali terisak, "apa mama dan papa akan kembali?" Tanya bocah itu dengan suara bergetar, "mama dan papa ada ditempat yang sangat baik, mereka tak ada disini tapi mereka selalu mengawasi Wangji." Ia mengelus punggung sempit keponakannya.

"Lan Er Gongzi?"

Lan Qiren tersentak, ia menoleh dan mendapati Changse Shanren yang sudah berdiri dihadapannya.

"Kau-" suaranya bergetar gugup.

Lan Qiren tak siap dengan pertemuan yang seperti ini.

"Sudah lama sekali. Bagaimana kabarmu?" Wanita itu tersenyum lembut.

Berbeda sekali dengan apa yang ia ingat tentangnya.

"Baik." Jawabmya singkat.

Changse Shanren tersenyum maklum, ia melirik Wangji yang masih memeluk teman lamanya erat, "apa dia putramu?"

"Putra kakakku." Mata Lan Qiren melirik pada bocah yang bersembunyi dibalik kaki ramping Changse Shanren, menyadari itu wanita itu menuntun putranya kehadapan Lan Qiren dan memehang bahunya, "A Xian, ucapkan halo."

Bocah itu mendongak menatap sang mama lalu menatap Lan Qiren, "halo paman, namaku Wei Wuxian." Ia membungkuk kecil.

Wangji yang sedari tadi menangis dibelakang leher sang paman akhirnya menoleh dan mendapati sosol bocah seusianya disana.

Iris emasnya bertemu dengan iris bulat berwarna kelabu.

Lalu bocah itu tersenyum lebar padanya.

Lan Wangji kecil menatap pamannya lalu kembali beralih pada bocah itu

Lan Qiren yang mengerti langsung menurunkannya.

"Hai, siapa namamu?" Changse Shanren berjongkok dan mengelus lembut pipi Wangji.

Bocah iti menatap perempuan didepannya takut-takut, "Lan Wangji." Ia mencicit kecil.

"Wangji? Aku Wei Wuxian!" Tiba-tiba bocah disampingnya menyahut.

Bocah Wei itu meraih tangan Wangji dan menariknya menjauh dari sana.

"Kita mau kemana?" Wangji kecil bertanya.

"Aku melihat ladang bunga di sana, ada bangak kupu-kupu cantik juga. Ayo kita tangkap satu."

Kedua orang dewasa disana menatap kepergian kedua bocah itu.

"Kau belum menikah?" Tanya Changse Shanren, Lan Qiren memalingkan wajahnya, "belum."

Wanita itu tertawa kecil, "kau masih belum berubah."

"Sayang?"

Keduanya menoleh dan mendapati lelaki tinggi dengan jas hitam menghampiri mereka, "kau sudah selesai?" Changse Shanren merapikan jas suaminya yang sedikit kusut, "Mn, dimana A Xian?"

"Dia pergi bersama Wangji, mungkin ke ladang bunga." Wei Changze mengangguk, ia lalu mengalihkan tatapannya pada Lan Qiren, "wah, apa kalian saling kenal?" ia bertanya penasaran.

"Tentu, dia temanku saat SMA dulu." Jelas Changse Shanren, Lan Qiren hanya berdehem kecil.

"Kalau begitu aku pamit undur diri."

Lan Qiren berlalu dan menghilang dibalik kerumunan para pelayat yang memenuhi rumah duka.

27 Desember 20xx

Itu adalah pertemuan kami yang terakhir.

Aku tak pernah lagi bertemu dengannya.

Meski, hatiku berharap sekali saja, hanya sekali saja...

Aku bisa menyampaikan perasaan yang selalu terkunci dalam diriku.

Hanya sekali saja, aku memiliki kesempatan untuk mengatakan padanya bahwa aku mencintainya..

Aku tak mau terus tenggelam dalam penyesalan yang menyesakkan ini lagi.

Changse Shanren.

Cinta pertamaku yang tak ubahnya udara di musim semi.

.
.

"Xiongzhang, apa kita harus mencari dimana Changse Shanren berada?"

Wangji menoleh sang kakak.

Lan Xichen mengusap ujung matanya yang telah basah.

Hanya memikirkan bagaimana pamannya hidup dengan semua perasaan itu, membuat hati Lan Xichen teremas.

Paman yang ia tau adalah sosok pria tangguh dan tegas.

Namun melalui semua tulisan ini, ia tau bahwa pamannya memiliki sisi yang rapuh.

"Ya, kita akan menemukannya."

.
.

Lan Wangji dan Lan Xichen menatap bangunan besar dihadapannya.

Menurut informasi yang mereka dapat, Changse Shanren tengah terbaring di rumah sakit ini.

Keduanya memasuki lobby rumah sakit dan bertanya pada bagian resepsionis mengenai kamar rawat Changse Shanren.

"Kenapa kalian ingin menemui ibuku?" Kedua menoleh pada sosok pemuda dengan jas putih dan stetoskop yang menggantung dilehernya.

Dokter muda itu menyenderkan sisi tubuhnya pada meja resepsionis dan memandang keduanya heran.

"Aku-"

"Ah, gongzi, kami harus menyampaikan wasiat dari paman kami untuk ibu anda." Lan Xichen tersenyum ramah pada Wei Wuxian.

"Paman?" Alisnya menukik waspada.

"Ya."

Wei Wuxian mengangguk, "ikuti aku."

Keduanya berjalan mengekori Wei Wuxian menuju kamar rawat sang ibu.

Pemuda itu berhenti disebuah kamar di ujung koridor, ia membukanya perlahan.

"Mama?"

Wanita yang tengah membaca buku diatas ranjangnya menoleh dan tersenyum lembut, "A xian?"

Wei Wuxian berjalan kearah ranjang mamanya dan mengecup pipinya, "apa pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya wanita yang masoh cantik diusia lima puluhnya itu.

"Aku sedang istirahat."

Sang mama mengangguk mengerti, "Ada yang ingin menemui mama."

"Hm? Siapa?"

Wei Wuxian menoleh ke arah pintu, "masuklah."

Lan bersaudara memasuki kamar rawat Changse Shanren.

Wanita itu seketika tertegun, sebelah tangannya menutup mulutnya merasa tak percaya.

"Apa kalian keponakan Lan Qiren?" Tanyanya.

"Mama mengenal mereka." Wei Wuxian bertanya bingung.

Sang mama menggeleng kecil, "mama hanya bertemu mereka sekali saat kalian masih kecil, tapi wajah mereka benar-benar mirip sekali dengan ayah mereka dan Lan Qiren."

Keduanya membungkuk, "bibi, bagaimana kabarmu?"

Wanita itu kembali tersenyum, "seperti yang kalian lihat." Ia tertawa kecil.

"Duduklah."

Keduanya duduk diatas kursi yang disiapkan Wei Wuxian.

"Jadi, apa yang membawa kalian kemari?"

Lan Xichen mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Paman kami barusaja meninggal seminggu yang lalu."

Wanita itu membulatkan matanya tak percaya, iris matanya bergetar dan mulai memerah.

"Lanjutkan." Ujarnya lemah.

"Kami menemukan jurnal yang paman tulis di kantornya dan kami membacanya. Tetapi, semua yang ia tulis hanya tentang anda."

Lan Xichen menyerahkan jurnalnitu pada Changse Shanren, wanita itu membukanya dan membacanya satu persatu.

Air matanya jatuh.

Ia membaca bagian akhir yang diukurkan Lan Xichen, bibirnya melengkung kecil namun air matanya tak berhenti mengalir.

"Dia memang bodoh." Bisiknya.

"Jika saja dia bisa lebih jujur."

Jika saja dia bisa lebih jujur, mungkin kami memiliki kesempagan untuk hidup bersama.

Karena jujur saja, akupun memiliki perasaan yang sama, Lan Qiren.

.
.

Bulan-bulan telah berlalu.

Musim dingin akan segera tiba.

Pohon-pohon telah menggugurkan daunnya, udara menjadi lebih dingin dan membeku.

Langit kelabu menggantung setiap hari.

Malam hampir menjelang, lampu jalanan telah menyala menghiasi jalanan yang tertutup daun maple yang berserakan.

"Kau menunggu lama?" Wangji menoleh pada pemuda yang berlari kecil kearahnya.

"maaf, aku baru selesai melakukan operasi." Ujarnya lembali saat jarak mereka sudah dekat.

Wangji tersenyum kecil, ia membenahi manyel hitam yang melingkari leher kekasihnya, "tidak apa-apa. Ayo kita pulang."

Wei Wuxian mengangguk, ia tersenyum lebat ketika Lan Wangji meraih tangannya dan menggenggamnya dibalik saku mantel Wangji yang hangat.

"Kau mau makan malam apa hari ini?" Tanya Wangji.

"Hmm, apapun yang kau masak aku menyukainya."

Wangji menyentil hidung Wei Wuxian gemas membuat pemuda itu tertawa.

Selama beberapa saat mereka tenggelam dalam hening.

"Lan zhan, apa tidak apa-apa kita seperti ini?" Wei Wuxian mendongak menatap Wangji yang juga menatapnya.

"Apa yang salah?"

"Tidak ada, hanya saja setelah kematian pamanmu dan mamaku-"

"Tidak apa-apa."

Wangji menghentikan langkah mereka, ia berdiri dihadapan kekasihnya.

"Pamanku dan mamamu tak bisa menyatukan perasaan mereka. Tapi mereka memiliki kita, kau dan aku, yang akan mewujudkan perasaan mereka yang tak pernah bersambut."

"Wei Ying, ini adalah takdir. Takdir yang membawaku padamu."

Wei Wuxian tersenyum, ia memeluk tubuh hangay Lan Wangji.

.
.

Okay satu lagi reques yang diberesin.
Aku tau ini gak sesuai yang diminta, but hope you like it❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 1.1K 9
Yizhan fanfic BxB 🚨 Setelah 11 tahun akhirnya Xiaozhan kembali bertemu dengan seseorang yang pernah dan masih menjadi pemilik hatinya di sebuah rest...
433K 56.2K 43
setelah keluarga angkatnya menjualnya pada sekelompok lintah darat, Wei Wuxian lantas diseret dan dipamerkan diatas panggung pelelangan. ratusan oran...
316K 17.2K 19
[VOTE AND COMMENT] [Jangan salah lapak‼️] "Novel sampah,gua gak respect bakal sesampah itu ni novel." "Kalau gua jadi si antagonis udah gua tinggalin...
71.5K 8.4K 64
Series 1 of Subject Series [COMPLETED] Mo Dao Zu Shi Fanfic Pair: Nie Ming Jue×Jin Guang Yao Rate: T A/N: mungkin akan sedikit ooc karena author baru...