[✓] HOME: sincerity

Door Yeonkkochh

131K 22K 6.9K

‹ 𝐇𝐎𝐌𝐄 › ft Choi Soobin ❝Ayo menikah. Aku tidak mau rumahku ditinggali orang lain.❞ Meer

0.1 HOME
0.2 SUDDEN
0.3 FIANCE
0.4 MORNING
0.5 GARDEN
0.6 AWKWARD
0.7 COME
0.8 DOUBT
0.9 SHOULDER
1.0 DISEASE
1.1 HEARTBEAT
1.2 DON'T LIKE
1.3 HE HOPES ...
1.4 SORRY
1.5 FEELING
1.6 YEONBIN
1.7 RELAPSE
1.8 VISIT
1.9 YOU'RE MY HOUSE
2.0 HONEST
2.1 COMPETE
2.2 PROMISE
2.3 CRY
2.4 KNOW
2.5 HOSPITAL
2.6 FAILED
2.7 YEONJUN
2.8 UNEXPECTED
2.9 UNEXPECTED ²
3.0 TIRED
3.1 THREAT
3.2 CALL
3.3 BAM
3.4 SHE
3.5 LOVE
3.6 HAPPINESS AND PAIN
3.7 DISAPPOINTED
3.9 PLANNING
4.0 YES OR NO
4.1 I'M SORRY
4.2 FIREWORKS
DEAR SOOBIN

3.8 A PLAN

1.6K 364 382
Door Yeonkkochh

"Benar-benar tidak bisa dipercaya. Kenapa Soobin melakukan itu, ya?" Hyeri terus saja memikirkan rumor tentang Soobin. Foto dimana Soobin sedang berciuman di bangku dekat sungai banpo sudah tersebar. Satu sekolah sudah mengetahuinya.

"Aku juga bingung. Bagaimana bisa dia berciuman dengan orang lain. Setahuku kemarin dia pergi bersama dengan Nam Hee untuk menghabiskan waktu berdua," jelas Jiso.

"Iya, kalian tidak curiga jika ada sesuatu?" Tanya Jaemin.

"Sesuatu apa?" Tanya Hyeri.

"Bagaimana jika ini semua sudah direncanakan?"

Brak

Semua yang mendengar itu menoleh ke arah mereka bertiga. Jiso baru saja menggebrak meja sambil berdiri.

"Jangan-jangan memang direncanakan!" Seru Jiso.

"Ya, tidak perlu menggebrak meja juga."

Jiso melihat ke arah teman-teman sekelasnya. Mereka memperhatikan. Jiso pun tercengir dan kembali duduk. "Jadi, ini semua pasti sudah direncanakan oleh seseorang yang tidak menyukai Soobin atau Nam Hee," jelas Jiso menerka.

Sedetik kemudian tatapannya tertuju ke arah seseorang yang duduk di bangku tengah sana. Jiso segera berdiri untuk menghampiri Na Eun.

"Ya!" Teriak Jiso setelah berada di dekat bangku Na Eun.

Na Eun yang sedang sibuk mendengarkan musik sambil memainkan ponsel menoleh.

"Kau yang merencanakan ini semua, kan?!" Tuduh Jiso.

"Merencanakan apa? Soal Soobin?"

"Tentu saja. Kau pasti sengaja, kan? Kau itu kan tidak suka pada Nam Hee."

Na Eun mengerlingkan mata. Tangannya bergerak melepas earphone yang menyumbat kedua telinganya.

"Jika tidak ada bukti jangan menuduh."

"Halah, mengaku saja. Kau pasti dalangnya, kan?! Ayo mengaku! Mau aku laporkan ke pihak sekolah?"

"Jiso-ya, sudah, hentikan." Hyeri segera menarik Jiso untuk menjauh dari bangku Na Eun sebelum kejadian yang tak diinginkan terjadi.

"Ish, kenapa, sih? Kalian tidak curiga jika ini perbuatan Min Na Eun?" Tanya Jiso pada Hyeri dan Jaemin.

"Curiga tidak curiga. Tapi kita tidak punya bukti," balas Jaemin. Hyeri mengangguk setuju.

"Ya! Ya!"

Semua perhatian langsung tertuju pada ketua kelas yang datang dengan heboh.

"Aku dengar Choi Soobin di skorsing. Dia dilarang sekolah selama 2 minggu!"

Semuanya langsung terkejut setelah mendengar pemberitahuan dari Eric.

"Apa? 2 minggu?!" Pekik Jiso.

Drrt Drrt

Hyeri segera mengambil ponselnya yang bergetar di atas meja. Setelah membaca sebuah pesan, matanya sontak melotot. "Ya, Nam Hee berada di rumah sakit."

◍◍◍

Soobin berjalan di belakang ibunya. Mereka berdua baru saja keluar dari ruang konseling. Ibu Soobin benar-benar merasa kecewa dan ingin sekali menangis. Putra semata wayangnya mendapat skorsing selama 2 minggu akibat mabuk.

Siswa-siswi yang masih berada di koridor menjadikan Soobin pusat perhatian. Tak sedikit dari mereka yang berbisik membicarakan Soobin. Foto itu benar-benar tersebar. Dan tidak tahu siapa yang sudah menyebarnya.

"Choi Arin... Aku tidak akan memaafkanmu," batin Soobin.

◍◍◍

Soobin memperhatikan air mancur pelangi itu sendirian. Nam Hee sedang menerima panggilan seseorang dan pergi menjauh. Sebenarnya Soobin berniat untuk mengikuti karena penasaran dengan siapa Nam Hee berbicara di panggilan itu.

"Choi Soobin."

Mendengar namanya di sebut, Soobin menoleh. Dia menekuk alis bingung karena melihat kehadiran teman lamanya. Choi Arin.

"Arin-ah, kau di sini?" Tanya Soobin.

"Ya... Begitu. Aku sedang berjalan-jalan saja. Sekalian bertemu dengan teman-teman yang lain. Dari kejauhan, aku bisa mengenalimu tahu. Karena itu aku memanggil, dan ternyata benar-benar kau. Tebakanku memang tidak salah, haha..."

Soobin tersenyum.

"Kau ke sini sendirian?" Tanya Arin.

"Tidak, dengan seseorang, tapi dia sedang menerima panggilan telepon."

Arin manggut-manggut paham. "Aku boleh duduk di sebelahmu sebentar, kan?"

"Ah, tentu saja."

"Terima kasih."

Arin duduk di ruang kosong sebelah Soobin. "Tadi aku membeli Bungeoppang. Kau dulu suka ini, kan? Mau tidak?" Tawar Arin sambil menyodorkan bungkusan Bungeoppang.

"Tidak perlu."

"Ayolah, satu saja. Aku tidak bisa menghabiskannya sendiri."

"Hm, baiklah kalau begitu." Soobin mengambil satu Bungeoppang dari bungkusannya.

Arin tersenyum senang. Lalu dia menghela napas.

"Setelah pindah, kau jadi banyak berubah. Kau bahkan melupakanku, dan menghapus nomorku," ucap Arin dengan nada kecewa.

"Ah, maaf. Aku ganti ponsel, dan nomormu tidak tersimpan di kartu, jadi semua kontak hilang," jawab Soobin.

"Begitukah? Jahat sekali menyimpannya hanya di ponsel, bukan di kartu," kata Arin.

Soobin hanya tersenyum. Keduanya diam beberapa saat. Arin diam-diam melirik Soobin yang sedang memakan Bungeoppang pemberiannya.

"Choi Soobin, aku menyukaimu."

Soobin yang saat itu hendak menelan Bungeoppang yang sudah dikunyah nya langsung tersedak.

"Soobin-ah." Arin panik.

"Ada airuhuk uhuktidak?"

"Ada, ada. Sebentar."

Arin mengeluarkan botol minum dari dalam tasnya. Dengan gerakan cepat dia membuka penutup botol, setelah itu memberikan botol berisi air pada Soobin.

"Ini, minum. Maafkan aku."

Soobin segera menerima botol tersebut dan langsung saja meminumnya. Diam-diam Arin tersenyum.

"Habiskan saja agar kau merasa lebih baik," ucap Arin.

Air di botol yang tadinya penuh kini tersisa setengah.

"Rasanya... Air apa ini?" Tanya Soobin.

"Air biasa, kenapa memangnya?"

"Rasanya aneh. Ini, terima kasih."

"Tidak kau habiskan saja? Tinggal setengah, memangnya kau sudah merasa baik?"

"Sudah."

"Baiklah, maafkan aku, ya. Kau tersedak karena terkejut, kan?"

"Hm. Kau tiba-tiba mengatakan itu."

"Tapi aku bersungguh-sungguh, Soobin."

Arin menatap Soobin.

Beberapa detik setelah Arin mengatakan itu, Soobin merasa kepalanya pusing. "Kenapa kepalaku tiba-tiba pusing, ya?" Tanya Soobin sambil memegang pelipisnya.

"Benarkah? Kenapa bisa?"

"Aku tidak tahu."

Arin tersenyum. Soobin benar-benar tidak menyadari bahwa air yang tadi diminumnya adalah alkohol. Arin sengaja membeli soju yang berkemasan seperti air mineral.

"Aku antar pulang saja, ya?"

"Ti... Tidak usah.. aku... Menunggu Nam.. Hee."

"Tapi kau, kan, sedang pusing. Sebaiknya kita pulang saja. Ayo." Arin berdiri, dia memegang tangan Soobin untuk membantu lelaki itu berdiri. Setelah Soobin berdiri, lelaki itu benar-benar tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga kembali terduduk.

"Aku... Tidak bisa... Berdi.. ri..." Kata Soobin dengan susah payah.

Arin tersenyum. Dia ikut duduk lagi.

"Soobin, kau mabuk."

"Hah... Benar.. kah?"

"Iya."

"Haha.. kenapa... Aku bi.. sa.. mabuk?"

"Choi Soobin. Lihat aku." Arin menangkup kedua pipi Soobin hingga mereka saling menatap. "Soobin-ah, aku menyukai sejak lama. Tapi aku tidak berani mengatakannya. Dan sekarang, aku diberi keberanian untuk mengatakannya," jelas Arin. Sedetik kemudian dia mencium bibir Soobin.

Hanya bertahan 10 detik, setelah itu Arin menarik kepalanya lagi.

"Nam Hee..."

"Aku Arin, bukan Nam Hee."

"Aku... Aku hanya... Su.. ka... Nam... Hee.."

Cup

Arin kembali mencium bibir Soobin. "Lupakan dia. Sukai aku."

Soobin menatap mata Arin. Mungkin karena pengaruh alkohol, dan pikirannya yang mengingat Nam Hee, wajah Arin terlihat seperti wajah Nam Hee di mata Soobin. Karena itu, Soobin mendorong tengkuk Arin, dia menciumnya.

Arin sedikit terkejut, tapi dalam hati dia merasa senang. Keduanya pun saling berciuman tanpa mengetahui bahwa ada seseorang yang sedang melihatnya.

◍◍◍

"Nam Hee, ayo makan dulu. Kau harus minum obat."

Ucapan seorang perawat tidak digubris oleh Nam Hee. Perempuan itu duduk di atas brangkar rumah sakit dengan tatapan kosong.

Matanya berkaca-kaca hingga air matanya turun secara perlahan-lahan.

"Cho Nam Hee." Sang perawat segera menghampiri Nam Hee. "Kau tidak apa-apa? Kenapa menangis?"

Bukannya menjawab, Nam Hee malah kembali berbaring. Dia menarik selimut dan tidur membelakangi sang perawat. Setelah kejadian yang terjadi semalam, Nam Hee menjadi kehilangan semangat hidup. Baru saja dia bahagia dengan Soobin, tapi Tuhan malah merenggutnya lagi.

◍◍◍

"Choi... Soobin..."

Nam Hee menangis saat itu juga. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika Soobin akan berciuman dengan perempuan berambut pendek itu tepat di depan matanya.

Tangan Nam Hee terkepal. Ada sesuatu yang tak bisa ditahan lagi oleh matanya. Nam Hee semakin menangis tanpa suara, hanya terdengar isakan saja.

"Nam Hee-ya."

Yeonjun segera berdiri dihadapan Nam Hee.

"Choi Yeonjun?"

Yeonjun menoleh ke belakangnya. Matanya melihat dua orang yang sudah pasti penyebab Nam Hee menangis.

"Kita pulang, ya?"

"Soobin... Hiks."

Yeonjun segera memeluk Nam Hee.

"Jangan menangis. Dia berengsek. Sebaiknya aku antar pulang, ya?"

Nam Hee terus menangis di pelukan Yeonjun. Hingga tiba-tiba saja Yeonjun merasa tubuh perempuan itu memberat. "Nam Hee-ya."

Tubuh Nam Hee ambruk bersamaan dengan Yeonjun yang menangkap tubuhnya. Kini kepala Nam Hee ditahan oleh lengan Yeonjun. Yeonjun menoleh lagi ke belakang dengan tatapan benci ke arah dua orang itu. Kemudian dia segera mengangkat tubuh Nam Hee dan membawanya pergi menjauh dari sana.































"Rencana berhasil."







Eaaa kiw

Gimana perasaanmu setelah membaca part ini???????












Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

1M 61.8K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
224K 53.2K 60
bagi lino, jisu adalah satu-satunya. ft. lee know, lia. est. 2020 ⚠️ violence, murder, harsh words, lowercase, unrevised
1.7K 334 23
menemani Yuna yang trauma sebab neneknya meninggal dengan sangat tidak wajar di rumah tua peninggalan sekte pemuja setan, kini teman-temannya akan me...
114K 16.1K 42
Ares; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah pe...