20.12

Autorstwa NurAzizah504

2.6K 363 162

Katanya, euphorbia adalah lambang keberuntungan. Ketika Flower memutuskan untuk merawatnya, dia berharap kebe... Więcej

PROLOG
1. Namanya Flower Edelweiss
2. Batas Pertahanan
3. Patah yang Sengaja
4. Yang Mengerikan
5. Tentang Dia
6. Berbicara Tentang Perasaan
7. Cerita di Pemakaman
8. Bisakah Kita Lebih Dekat?
9. Luka Tak Kasat Mata
11. Si Penyair Gila
12. Patah Untuk Bahagia
13. Kutakut Kau Pergi
14. Gagal Melupakan
15. Jangan Pergi Terlalu Jauh
16. I'm Always Here
17. Yang Paling Pantas
18. Best Friends
19. Anak Kecil yang Ketakutan
20. Selangkah Lebih Dekat
21. Charlotte Sky
22. Kamar Nomor 37
23. Ungkapan Dalam Diam
24. Si Keras Kepala
25. Rencana Malam Nanti
26. Harapan dan Mimpi
27. Aku Itu Sampah
28. Terlalu Serakah
29. Harapan yang Terlalu Tinggi
30. Terlalu Sayang
31. Bertamu
32. Memilih Pergi
33. Kamu Lebih Tepatnya
34. Mencintai dan Dicintai
35. Banyak Tingkah
36. Egois

10. Kiss Me

57 12 2
Autorstwa NurAzizah504

Jika kamu bahagia, artinya harapanku terpenuhi semua.

* * *

Pagi-pagi sekali Lion mengabari tidak bisa menjemput karena ada urusan penting yang harus diurus. Sambil melirik jam tangan pemberian Aurin, Flower melangkah dengan tergesa menyebrangi jalan raya.

Hidup dan tinggal di kota yang super sibuk membuat Flower terbiasa dengan keadaan seperti ini. Sepagi ini saja, lalu lalang kendaraan tidak terbilang banyaknya. Debu-debu halus, deru kendaraan, bahkan baunya asap knalpot bercampur menjadi satu. Flower mengeluarkan banyak keringat karena kelelahan berjalan. Dia masih mengembuskan napas panjang sebelum kejadian mengerikan itu terjadi tepat di depan matanya. Ia menjerit, refleks menunduk sambil memejamkan mata dan menutup kedua telinga.

Tidak. Flower tidak bisa melihatnya.

"I--bu, tangan aku sakit banget .... Tolongin aku, Ayah. Kenapa kakiku gak bisa digerakin?"

Flower menggeleng kuat-kuat ketika suara mengerikan dari masa lalu terdengar begitu dekat dengannya. Tak sadar dia menangis, semakin menenggelamkan muka dalam lipatan kedua lutut.

"Bu--bukan, bukan aku yang membunuhnya ...."

Keadaan jalan raya berubah kacau dan berantakan, menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan. Beberapa pengendara terlihat turun dari kendaraan untuk mengecek keadaan korban yang terkapar dipenuhi darah. Lebih banyak yang tampak panik, menjerit ketakutan.

Dalam keadaan sekacau itu, tidak seorang pun yang tertarik dengan keadaan Flower. Gadis itu menangis sendirian, mencoba melupakan sesuatu yang nyatanya sangat sulit untuk dilupakan. Flower benci melihat darah. Flower benci mendengar isak pilu yang menyedihkan. Flower benci dan ingin melupakannya, tetapi sayangnya dia tak bisa.

"Flower, kenapa? Apa ada yang terluka?"

Saat sentuhan pada bahunya terasa semakin kuat, ia pun mengangkat kepala. Pikirnya dia akan dipertemukan dengan tubuh luka dipenuhi darah. Atau isak tangis dari korban yang saat ini masih belum bisa dikeluarkan dari mobil yang terguling di tepi jalan.

Namun, tidak. Seorang laki-laki yang entah kapan berjongkok di sebelahnya tampak menatap cemas. Dia mengkhawatirkan keadaan Flower, bertanya tanpa henti dengan suara nyaris tinggi.

"Jawab, Flower! Jangan diam aja! Apa ada yang terluka?"

Flower memanggil nama si lelaki dengan suara bergetar dan berkata, "To--long bawa aku pergi ... dari tempat ini."

* * *

"Lo lagi di mana?"

"Pustaka. Kenapa?"

"Buruan ke kantin. Flower syok berat dan gue lagi sama dia."

Tak perlu meminta dua kali, Lion bergegas mematikan panggilan. Samuel yakin, saat ini Lion luar biasa cemas karena kabar yang ia berikan.

"Nih, minum dulu. Biar keadaan lo sedikit lebih tenang."

Sudah hampir lima menit, tetapi Flower tidak menunjukkan respons sama sekali. Sementara itu, di sebelahnya Samuel hanya bisa menghela napas pasrah. Dia meletakkan botol air mineral ke atas meja lalu menyapu semua arah. Dan, Lion belum ditemukan.

"Sabar, ya. Lion bentar lagi ke sini."

Di tengah-tengah mahasiswa yang sedang menikmati sarapan, Lion akhirnya muncul dengan tas di tangan.

Samuel pun berdiri, mempersilakan Lion untuk mengisi kursinya yang terletak di sebelah Flower. Samuel tahu, bukan dirinya yang bisa membuat Flower buka suara. Bukan dia yang Flower butuhkan ataupun inginkan.

"Kamu kenapa, Flower? Apa yang terjadi?"

Itu adalah pertanyaan pertama yang Lion tanyakan sewaktu mendapati Flower terduduk diam seraya menatap lurus ke depan. Melihat tak ada respons, Lion memutuskan bertanya kepada Samuel melalui tatapannya.

"Tadi ada kecelakaan di jalan raya. Karena macet banget, mobil gue berhenti gak jauh dari sana. Terus gue liat Flower nunduk sendirian di trotoar. Pas gue samperin, dia lagi nangis dan ketakutan gitu. Tapi, pas gue tanya kenapa, dia malah gak mau jawab."

"Flow ...." Lion kembali memanggil, kali ini dengan suara yang cukup lembut. "Kenapa?"

"A--aku takut. Aku ta--takut banget."

Lion tak kuasa melihatnya. Flower benar-benar ketakutan. Tubuhnya menggigil, bibirnya bergetar, tatapannya memohon untuk diselamatkan.

"Gak usah takut lagi. Udah ada aku di sini, ada Samuel juga. Ya?"

Namun, Flower menggeleng tegas. Air matanya kembali berjatuhan.

"Bukan aku yang bunuh mereka. Bukan aku pembunuhnya. Aku gak tau kalau kecelakaan itu bakalan terjadi. Aku gak salah, Lion. Bukan aku pembunuhnya. Kamu percaya, kan, sama aku? Bukan aku yang bunuh mereka. Tolong jangan benci aku, Lion. Jangan benci aku ...."

Lion tidak mengatakan apa pun selain menarik tubuh Flower hingga jatuh ke dalam peluknya. Ia mendengarkan isak tangis yang tidak diketahui penyebab pastinya. Saat ini, dia hanya ingin Flower kembali tenang.

Akan tetapi, Lion lupa mengucapkan terima kasih kepada laki-laki yang menyelamatkan Flower. Sadar-sadar Samuel telah pergi, hanya meninggalkan segelas green tea di atas meja.

* * *

Tiga hari kemudian, Lion dan Flower pulang lebih cepat karena dosen mata kuliah terakhir berhalangan hadir. Keduanya berada dalam satu mobil yang sedang melaju di jalan raya menuju rumah Flower.

"Kamu punya lagu kesukaan gak?"

"Lagu kesukaan? Em ... kayaknya punya."

"Oh, iya? Lagu apa?"

Lion melirik Flower sekilas, tersenyum kecil sebelum akhirnya menjawab, "Lagunya Duncan Laurence, Arcade."

"Hm, it's so sad, Lion," lirih Flower sewaktu mengingat lagu tentang apa itu.

Lion membenarkan, tetapi kemudian dia tertarik menanyakan soal yang sama kepada Flower.

"Apa, ya? Lagu kesukaan aku banyak."

"Yang paling sering didengerin?"

"Love Is Gone."

"Itu malah lebih sedih," timpal Lion yang membuat Flower langsung tertawa.

Kemudian sebuah lagu berjudul Beautifull In White terdengar dari mobil Lion. Keduanya sama-sama terdiam, menikmati setiap lirik yang mengalun pelan. Flower bahkan terlihat merebahkan punggung dan memejamkan mata. Dia tersenyum lalu ikut bernyanyi bersama Shane Filan.

"Salah satu lagu kesukaan kamu juga?"

"Kesukaannya Mas Genta. Dia sering banget dengerin lagu itu. Kalau lagi main piano, lagu itu gak pernah lupa dia bawain."

"Oh, dia bisa main piano juga?" Lion sedikit terkejut. Setahunya laki-laki itu adalah penulis. Ternyata dia bisa bermain alat musik juga. Benar-benar sosok serba bisa.

"Bisa, dong! Dia udah diajarin main piano dari umur lima tahun sama neneknya."

"Berarti udah jago banget, dong, ya?"

"Kamu kalau tertarik sama piano boleh, tuh, minta diajarin sama dia. Pasti anaknya bakalan mau."

"Enggak, deh. Aku gak tertarik sama piano."

Tepat setelah kalimatnya selesai, mobil Lion pun berhenti di depan rumah Flower. Sembari menunggu gadis itu melepaskan sabuk pengaman, Lion memperhatikannya dalam diam.

Syukurlah .... Keadaannya udah membaik.

"Makasih, ya, udah mau nganterin sampai rumah."

"Emangnya pernah, ya, aku turunin kamu di pinggir jalan?" tanya Lion sebagai ke bentuk protes.

"Bercanda, Sagara, bercanda. Bawaannya serius mulu, ah," timpal Flower seraya tertawa kecil.

Untuk mencairkan suasana, dirinya mencoba merapikan susunan rambut Lion agar terlihat lebih rapi plus enak dipandang. "Kayaknya ini bakalan jadi kebiasaan aku, deh."

"Gak suka emang?"

"Kalau aku bilang gak suka, emangnya kamu bakalan terus jagain rambut kamu biar gak berantakan?"

"Enggak juga, sih. Aku biarin aja palingan."

"Dasar." Flower menyentuh ujung hidung Lion usai memastikan rambutnya terlihat lebih rapi dari sebelumnya. Ia berkata, "Karena tau aku bakalan gak tahan buat gak rapiin ini, 'kan?"

"Tepat sekali." Lion membenarkan. Dan, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, tiba-tiba saja dia mendapatkan sebuah pelukan yang cukup erat di tubuhnya.

"Makasih banyak karena kamu udah baik banget sama aku. Maaf karna kemarin sempat bikin kamu cemas dan khawatir. Aku sayang kamu."

Lion mendadak berubah kaku. Sejujurnya dia sangat ingin membalas pelukan Flower dengan sayang yang lebih besar. Akan tetapi, jantungnya terlalu cepat berdetak. Membuat khawatir kalau-kalau gemuruh itu terdengar sampai ke telinga Flower.

"Em, Flower ...."

Merasa terpanggil, Flower meninggalkan kedekatan ini. Dia menatap Lion seraya menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga. "Aku lancang banget, ya? Maaf kalau kamu gak nyaman."

"Bukan gitu. Gak ada yang bilang aku gak nyaman sama kamu."

Flower percaya dan akhirnya ia tersenyum lagi. "Aku sayang sama kamu."

"Me too."

Mendengarnya membuat Flower kembali mendekat dan menyentuh pipi Lion secara perlahan. "Boleh aku minta sesuatu?"

"A--apa?" Lion terbata dan refleks menahan napas sewaktu sentuhan Flower terasa nyata pada kulitnya.

"Kiss me."

Lion melotot kaget sewaktu permintaan itu diucapkan. Jantung yang berdegup kencang, mendadak dibuat semakin tidak karuan. Wajah Flower semakin tak berjarak. Sialnya, Lion tak bisa untuk tidak menolaknya.

Hawa dingin yang menguar dari mesin pendingin perlahan-lahan mengenai sekujur tubuhnya. Dorongan itu bertambah kuat, mengambil alih kewarasan Lion yang tersisa entah di mana. Kegilaan itu tak dapat ditahan ketika Flower menutup matanya tanpa ragu. Membuat Lion tertarik untuk mengikis jarak tanpa sisa lalu melakukan hal gila yang tak seharusnya ia lakukan.

* * *

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

2.2M 33.6K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.3M 327K 59
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
609K 44K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
1.5M 6.7K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...