EPIPHANY

By Fyraswd

1.2K 426 342

Matanya telah menenggelamkanmu, senyumnya menjadi hal paling indah dalam hidupmu, juga tanpa sadar kau menjad... More

1. Panas Pagi
2. Kali Kedua
3. Spontanitas
4. Rintisan Fragmen
5. Serangan
6. Hai!
7. Surat Pertama
8. Perdana
9. Perlindungan
10. Tutor Ganteng
12. Surat Kedua
13. Lensa
14. Surat Ketiga
15. Debat
16. Kerkom
17. Semesta
18. Dia Lagi
19. Kejutan Semesta

11. Perkara

45 19 12
By Fyraswd

 "Touch her? You dare me."

***

Pelajaran terakhir hari ini adalah Kewirausahaan. Berisik telah terdengar sejak sepuluh menit, kelas memang telah selesai lima menit yang lalu, tetapi Pak Irman meminta sedikit waktu menyelesaikan materi.

Arcelia sedang membereskan barangnya. Sedari tadi Felis nampak gelisah. Cewek itu bahkan telah siap untuk pulang sekarang.

"Lo kenapa Fel?"

Felis menggeleng, "Gue pulang duluan ya, Ar."

Teman sebangku Arcelia itu melangkahkan kakinya. Koridor kelas begitu sesak, sudah menjadi pemandangan biasa ketika pulang sekolah. Tetapi Felis yakin, ini tidak biasanya.

Ia melihat beberapa anak sosial, anak kelas sepuluh sampai dua belas. Ini sangat mudah dideteksi. Dari kerumunan, muncul seorang cewek dengan tubuh sintal, rok lebih ketat dari siswa lainnya dengan dua orang lagi di kanan-kirinya.

Felis menarik oksigen sebanyak-banyaknya atas prasangka yang benar.

Cewek itu adalah Sinta. Mengklaim dirinya sebagai dewi-nya Rama. Slogan utama yang dijunjungnya tinggi-tinggi ialah: 'Rama adalah milik Sinta." Mengukuhkan diri sebagai peringkat nomor wahid dalam daftar admirer Rama. Tak lupa, cewek ini handal sekali mencari informasi. Sedikit saja terdeteksi ada cewek yang dekat dengan Rama meski itu hanya sebatas teman satu kelompok, besoknya akan terdegar berita bahwa Sinta melabraknya.

Pernah sekali, anak kelas sepuluh, belum tahu apa-apa. Kepergok ngegibahin Rama ketika Sinta lewat. Saat itu juga, mulut pedas Sinta beraksi. Menyerang adik kelasnya habis-habisan hingga menangis.

Felis tidak mau hal serupa juga terjadi pada sahabatnya. Ia berbalik ke kelas, harus memberitahu Arcelia tentang ini.

Namun sebelum tumitnya bergerak, Sinta menjegal tangan Felis, menariknya untuk berhadapan langsung dengan iris berlapis softlense berwarna abu yang makin membuatnya nampak sadis.

"Mau kemana lo?" Cewek itu mengangkat dagu. Felis berusaha melepaskan tangannya, "Gue mau masuk."

Gerombolan siswa membuat barikade lingkaran. Persetan. Pokoknya Felis tidak boleh takut dengan Sinta.

Sinta terkekeh, "Dev, inikan yang temennya cewek itu?" Tanyanya pada dayangnya.

"Iya Sin." Dayang bernama Devi itu beralih pada Felis, "Lo Felis kan?"

Felis mengusahkan mukanya sejutek mungkin, "Iya! Kenapa lo?"

"Kasih tau gue dimana temen lo itu."

Felis menyeringai, "Lo anak lambe kan? Cari aja sendiri!"

"Heh! Sok melawan banget ya lo!" Sinta berseru tidak terima, meraih rahang Felis dengan jemarinya. Sentuhan kuku panjang berkuteks itu membuat pipi Felis pedas.

"Kasih tau temen lo di mana. Gue pinta baik-baik. Atau lo mau cara yang lebih sadis?"

Dengan segenap keberanian yang tersisa, Felis menggeleng kuat-kuat, berharap Arcelia punya urusan di kelas lebih lama lagi.

Atas jawaban yang tidak diharapkannya itu, Sinta mengeratkan jemarinya, "Sialan lo!"

Arcelia tidak suka keramaian. Seperti biasa, jika ada gerombolan manusia seperti ini, ia akan cepat menjauh. Tetapi kali ini tidak. Mata almond itu melihat Felis berada di tengah lingkaran manusia. Jelas-jelas sahabatnya itu didesak.

Maka tanpa keraguan dalam hati, Arcelia menerobos kerumunan. Langsung menyentak tangan Sinta agar menyingkir dari pipi Felis saat itu juga. "Ada masalah apa lo sama temen gue?"

Felis mengkode Arcelia dengan gerakan mata yang mengatakan 'Ar! Pulang!'

Tidak keburu Arcelia membalasnya, Sinta lebih dulu memancing sorakan kerumunan. Menepuk tangannya sarat akan atmosfer meremehkan.

"Waw! Jebakan gue mulus." Sinta memulainya dengan mengitari tubuh Arcelia, menatapinya dengan pandangan tidak bersahabat sama sekali.

"Jadi lo yang namanya Arcelia ya?" Dia mengeluarkan dengus merendahkan satu kali. "Heran deh. Nggak tau bagian mana dari diri lo yang menarik." Lanjutnya melayangkan mata ke atas-bawah tubuh Arcelia, memindainya secara keseluruhan.

Arcelia tidak perlu basa-basi. Ia juga tidak perduli untuk terlihat menarik atau tidak di hadapan orang-orang. "Lo ada masalah apa sama gue?"

Sinta mendorong bahu Arcelia hingga kacamata dalam saku kemejanya terjatuh. "Lo yang punya masalah sama gue!"

Arcelia melempar senyuman jengah. Seluruh sel dalam tubuhnya juga tahu jika dia tidak pernah ada niatan untuk berurusan dengan cewek itu.

"Eh! Selain kecentilan, lo songong juga ternyata!"

Sumpah cewek ini!

"Gue banyak urusan. Lebih baik lo ngomong langsung."

Balasan Arcelia meriuhkan kerumunan. Hal itu membuat Sinta melotot marah. Ia tidak akan membiarkan Arcelia menang sedikitpun. Harga dirinya dipertaruhkan.

"Heh bitch! Lo jangan gatel ya pake minta dibonceng Rama!"

Sorakan bertambah dua kali lipat. Memperkuat keterkejutan Arcelia atas apa yang dikatakan Sinta barusan. Ia hanya tak habis pikir untuk dua hal. Yang pertama atas penyebab datangnya Sinta kemari. Dan yang kedua, bahwa ada manusia yang mengurusi hal remeh seperti itu.

Ketimbang mengiyakan, Arcelia malah tertarik memberikan sensasi lebih panas kepada cewek yang seenaknya ini, "Apa urusan lo?"

Benar saja. Sinta sontak menghempas tubuh Arcelia hingga punggungnya menabrak dinding, diikuti oleh kaki yang menjejak pada kacamata yang terjatuh di lantai. Dia berang, tersadar bahwa Arcelia, tidak satu tipe dengan cewek-cewek yang takut untuk berhadapan dengannya.

"Rama itu punya gue!"

Arcelia belum mau melibatkan fisiknya. Sinta sudah pasti memakai perawatan mahal, kasihan sekali jika sentuhannya merusak itu semua.

Ternyata pengagum Rama -atau jangan-jangan benaran pacarnya?- itu tidak jauh menyebalkan daripada Rama-nya sendiri. Membuat Arcelia hanya terkekeh tanpa minat.

"Ambil sana. Lo nggak perlu ngelabrak gue karena gue nggak minat sama Rama-nya lo itu."

Reputasi Sinta benar-benar telah dirusak oleh Arcelia. Dia tidak terima. Cewek berambut terurai dengan ujung bawah keriting hasil catokan itu merapatkan diri pada tubuh Arcelia, menguncinya paksa. Dihunuskannya tatapan sinis andalan yang akan membuat siapapun lawannya bertekuk lutut. Tetapi sayangnya, Arcelia membalas dengan tatapan acuh. Tak merasa terintimidasi sedikitpun.

Sinta benar-benar dibuat naik pitam. Ia mengangkat telapak tangan yang terbuka ke udara, bersiap memberikan tamparan ke pipi Arcelia.

Arcelia tidak sempat menghindar.

Namun semua manusia di kerumunan ini bisa melihat tangan seorang laki-laki yang menjadi pokok bahasan mencegah tangan Sinta melakukan perbuatan biadabnya.

Dia adalah Rama.

Yang melirik Arcelia dari ujung mata.

Saat itulah Arcelia benar-benar ingin memakinya. Karena atas ulahnya-lah semua ini terjadi.

Cowok itu menurunkan tangan Sinta. Air mukanya dingin, "Lo nggak perlu ngelakuin ini."

Sinta malah tersenyum. Datangnya Rama kesini adalah sebuah kemenangan baginya. Setidaknya Rama mulai notice dengan cara yang dia lakukan. Dan itu sukses membuat Arcelia berdecih.

"Mending lo pulang."

"Pulangnya sama Rama ya! Gue kan lebih berkelas daripada cewek buluk ini."

Heh! Enak saja mengatainya seperti itu! Justru cewek itu yang buluk! Melabrak orang tanpa sebab hanya takut ditinggal cowok. Dasar tidak berkelas!

Rama hanya berdehem dingin, menjauhkan tangan putih Sinta yang mencoba melingkari lengannya.

"Jangan lakuin ini lagi."

Rama melirik Arcelia di belakang Sinta. Rautnya nampak begitu keki. Felis dan Gita ternyata telah menarik Arcelia dan mengusap-usap bahunya khawatir.

Sedang Sinta memandang Rama dengan mata penuh binar, "Jadi ini artinya, lo beneran suka-"

Rama cepat memotong, "Gue nggak suka sama cara lo. Dan gue-" Ia menatap Sinta intens dalam jarak dekat. Menerbangkan Sinta ke puncak genteng gedung sekolah-

"Dan gue. nggak. suka. sama. lo."

-lalu menjatuhkannya ke dalam selokan penuh sampah.

Senyuman Arcelia terukir jumawa di belakang sana. Bukan merasa terbela karena ucapan Rama, justru karena memikirkan betapa malunya Sinta saat ini.

Setelah mendengar itu, Arcelia menggandeng kedua temannya keluar dari kerumunan. Cewek itu sengaja melewati Sinta dengan santai. Ditambah sedikit senggolan dari Gita yang kontan membuat pipi Sinta merona murka.

Sinta menggeram, sempurna sudah hancur harga dirinya hari ini.

***

Author Note:

It's been awhile? isn't it?

Maafkan author ya:)

I thought this part is so klise, one of the reason why I hesitate to post.

I'll happy if you enjoy:)

Thanks a bunch,,

~Fyraa

[18.07.20]


Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 129K 82
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
2.8M 259K 67
"Kalau umur gue udah 25 tahun dan gue belum menikah, lo nikahin gue ya?" "Enggak mau ah, lo tepos!" Cerita ini tentang Mayluna dan Mahesa yang sudah...
3.6M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
293K 9.8K 24
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...