SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (C...

נכתב על ידי themagicpena

62.3K 6K 816

Siapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan... עוד

Berlin Hauptbanhof
Qarira Nur El-Bakri
Aleppo...Cintaku yang Terkubur
Kenangan
Dinda Abimanyu (1)
Dinda Abimanyu (2)
Sekolah Bahasa Jerman
Christian Martin
Pameran
Promosi
Pertemuan
Ku'damm
Marco Alejandro
Shopping
Konser
Konser (2)
Muhammad Akbar Permana
Luka yang Kurindu
Nasib atau Takdir Ilahi
Sang Model
Praduga
Dear Hati
Serupa tapi tak Sama
Malam yang Na'as
Firasat
Bisnis yang Menjanjikan
Air Tuba dibalas Air Tuba
Pertengkaran
Tangisan
Hati yang Terluka
Mukena Cinta
Dinner yang Penuh Kejutan
Kegaduhan Kecil
Meeting dengan Big Boss
Kecelakaan Tragis
Nyawa di Ujung Tanduk
Rencana Jahat
Luka diatas Luka
Kejutan Ulang Tahun
Selalu Sial
Rencana Yang Lebih Besar
Keadaan Kritis
Duka (1)
Duka (2)
Rahasia yang Terungkap
Bahasa Kalbu
Perang Mulut
Kehamilan
Penangkapan Pedro
Anna dan Pedro
Pukulan Telak
Cinta dan Keserakahan
Dia Bukan Anakku!
Siuman
Tanda Tanya
Sebuah Rahasia Terungkap Lagi
Perampokan Bank
Sang Penyelamat
Marco dan Dinda
Hilang Ingatan
Akan Aku Buktikan Cintaku (1)
Akan Aku Buktikan Cintaku (2)
Christian atau Akbar?
Nasib Qarira
Liburan
Aku Rela
Bunuh Diri?
Aku Cinta Padamu
Tragedi Opera
Candle Light Dinner
Double Wedding (1)
Double Wedding (2)
Tiga Pria
Segalanya Berakhir
Selamat Tinggal, Akbar!
Epilog

Mama

687 63 4
נכתב על ידי themagicpena

"Honey Lemongrass Sparkle, please."

Christian memesan minuman kesukaannya. Ditatapnya Qarira dalam-dalam. Gadis itu tersenyum kemudian menunduk malu. Senyum manis lesung pipit itu yang selalu diingat Christian.

"Ada lagi, Chris?" tanya Qarira tanpa memandang Christian.

"Aku mau cheesecake itu deh." Christian menunjuk kue yang ada dalam etalase.

"Ok, aku buatkan minumannya ya, silahkan duduk," ucap Qarira.

Anna yang sedari tadi memperhatikan segera melengos dan berjalan masuk ke arah dapur sambil berkata pelan, "Gatal!"

Christian menghenyakkan pantatnya di tempat duduk favoritnya. Dia membuka laptop yang ia bawa dari tempat kerja. Membuka-buka file kerja dan merevisi beberapa kekurangan yang ada di sana.

Kriing kriing

Ponselnya berdering nyaring, sampai-sampai seorang nenek yang duduk di dekatnya kaget.

"Entschuldigen Sie bitte,"ucap Christian pelan pada nenek itu. "Ya, Ma?"

Ternyata telpon dari Mamanya, wanita yang selalu rajin menanyai kabarnya.

"Chris, kamu masih di tempat kerja?" tanya Mamanya disebrang telpon.

"Aku lagi di kafe,Ma. Sambil merevisi beberapa file kerja yang masih ada kekurangan."

"Chris, kamu itu selalu kerja ... kerja ... dan kerja. Beristirahatlah sebentar. Ambil liburan, nikmati waktu yang ada. Bekerja boleh tapi juga ingat waktu, Nak."

"Iya, Ma. Chris tahu. Tapi untuk saat ini banyak proyek-proyek baru yang harus dikerjakan. Apalagi Chris sebentar lagi harus terbang ke Asia. Chris harus menyelesaikan persiapannya semua, kontrak-kontrak kerja dengan beberapa klien di Asia serta bahan-bahan untuk beberapa meeting dan presentasi di sana." Christian menjelaskan panjang lebar pada Mamanya.

"Ingat Chris, kamu itu sudah hampir 30 loh. Dan kamu masih sendirian. Kemarin sama Sarah, Mama sudah setuju banget. Dia cantik, ramah, baik hatinya. Apalagi sih yang kurang sama dia, sampai kamu memutuskan hubungan kalian."

"Ma, Chris kan sudah bilang. Dia memilih yang lain. Di antara kita sudah tak ada apa-apa lagi. Kita hanya sebatas teman biasa sekarang."

"Mama tahu. Itu pasti menyakitkan buatmu. Tapi setidaknya kamu juga harus berpikir untuk dirimu sendiri. Tak selamanya kamu mesti sendirian begini. Kamu itu ganteng, pinter, rajin bekerja plus anak Mama lagi. Pasti ada saja gadis yang tertarik padamu. Bukan begitu, Chris?" Mamanya mulai menggodanya.

"Sepertinya Mama sebentar lagi akan mengenalnya, mungkin bahkan bertemu dengannya."

"Oh sungguh? Mama seneng sekali mendengarnya. Cantikkah dia? Pinterkah dia? Ramahkah dia?" sang Mama mulai banyak bertanya.

Christian tahu pasti Mamanya akan banyak bertanya dan sedikit menginterogasinya seperti maling yang baru ketangkep.

"Lebih dari itu, Ma. Semuanya ada pada dia, aku menjamin itu. Dan satu lagi ... dia seorang muslimah."

"Seperti yang kamu harapkan dan impikan, Nak. Mama bahagia sekali mendengarnya. Semoga kali ini dia benar-benar jodohmu. Mama berharap kamu segera ada pendamping dan Mama segera menimang cucu. Kamu tahu adikmu itu masih suka kesana kemari. Kalian itu berbeda sekali."

"Kalau Mama mau, aku akan perkenalkan sama Mama hari Jumat lusa. Kami sepakat untuk makan malam bersama sebelum aku pergi ke Asia."

"Dengan senang hati, Nak. Mama sudah tak sabar."

"Chris, ini pesananmu," Qarira datang membawa pesanan Christian.

"Terima kasih,"ucap Christian sambil melempar senyum. "Ma, kebetulan dia bekerja di kafe ini, dia ada di sebelahku sekarang."

"Tolong berikan telponnya padanya, Mama ingin ngomong sebentar," pinta sang Mama sepertinya penasaran.

Lalu Chris memberikan ponselnya pada Qarira sambil berbisik, "dari Mamaku."

Spontan Qarira memelototkan matanya dan terlihat gugup.

"Hallo," sapa Qarira pelan.

"Hallo, ini Mamanya Christian. Wie geht es dir?"

Qarira mengeryitkan dahinya. Sepertinya suara itu tak asing baginya.

"Es geht mir gut danke und Ihnen?"

"Auch gut danke."

"Maaf, saya harus kembali kerja, senang bisa mengenal Anda," Qarira melihat ke arah Anna saat gadis itu melambai-lambaikan tangannya supaya Qarira segera balik ke dapur.

Qarira segera memberikan ponsel itu kembali pada Christian dan menghambur pergi sambil berkata, "Sampai ketemu hari Jumat ya."

Christian mengangguk dan tersenyum  ketika melihat Qarira tergopoh-gopoh berjalan ke arah teman sekerjanya.

"Chris, kok Mama seperti mengenal suara itu ya?"

"Ah Mama bisa saja. Yang jelas Mama harus datang hari Jumat."

"Mama pasti datang, Nak. Mama janji."

❤❤❤❤

"Cobalah sedikit ini, Akbar," seorang wanita paruh baya menyuapkan sesendok bubur kacang ijo ke mulut Akbar.

"Hmmm ... masakan Ibu memang selalu enak," ucap Akbar menelan bubur  yang barusan dibikin ibunya.

Akbar dan ibunya duduk berhadapan di dapur. Walau mamanya seorang wanita Jerman, Akbar memanggilnya "Ibu". Wanita yang sangat lembut dan tidak pernah memarahinya meski Akbar berbuat salah. Seorang ibu yang sangat menyayanginya. Akbar selalu mengunjungi kedua orangtuanya hampir setiap minggu. Kedua orangtuanya adalah panutan baginya dalam hal percintaan. Sudah 30 tahun lebih mereka menikah dan seperti terlihat mesra seperti orang pacaran

"Bagaimana kabar si Dinda, Bar?" tanya Ibu sambil mengatur piring diatas meja.

"Dinda alhamdulillah baik, Bu. Kenapa ibu tanya tentang dia?" jawab Akbar mulai curiga.

Sang ibu menatap menyelidik balik. "Sudah lama Ibu tak mendengar kabar tentangnya dari kamu. Kalian baik-baik saja, kan?"

"Iya, Ibu. Kami baik-baik saja. Hari Sabtu besok dia merayakan hari ulang tahunnya. Aku akan pergi kesana kok. Jadi ibu nggak usah khawatir tentang kami."

"Dinda itu anaknya baik, cantik, dari Indonesia lagi. Apa sih yang kurang dari Dinda di matamu?"

"Ibu, kami itu hanya teman biasa, boleh dikatakan sahabatlah. Diantara kami nggak ada apa-apa. Dinda menganggapku seperti kakaknya sendiri dan aku pun sebaliknya."

"Kamu itu makin hari nggak makin muda, Bar. Umurmu semakin bertambah. Emang kamu nggak pengen menikah, punya istri dan punya anak, gitu?"

"Ibu, tentu itu sudah ada dalam pikiranku. Ibu tahu aku tak mau lama-lama pacaran. Ketemu langsung nikah, itu mauku. Tapi kalau belum ketemu harus gimana?"

"Iya, Ibu tahu. Tapi setidaknya Dinda sudah masuk dalam kategori kamu, bukan begitu?"

"Kategori Ibu mungkin," canda Akbar.

"Akbar-- Akbar, kamu itu ya. Diajakin ngomong serius kok ini malah bercanda."

"Iya, Ibu. Sebenarnya Akbar sudah ada calon. Kami baru saja berkenalan. Dan dia seorang muslimah juga."

"Tapi bukan Dinda?"

"Ibu, kenapa pikirannya selalu ke Dinda. Bukan Bu, bukan Dinda. Dia seorang gadis berasal dari Suriah."

"Pasti dia gadis yang cantik dan sopan."

"Sangat Ibu. Aku menyukainya saat pertama kali aku melihatnya," Akbar mulai menjelaskan.

"Kalian ketemu dimana?" tanya sang ibu mulai penasaran.

"Di pameran yang aku selenggarakan beberapa waktu lalu. Kami tak sengaja bertabrakan," Akbar menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Cie ... cieeh kayak adegan film drama saja kamu itu," goda sang Ibu.

Akbar merona merah. Kalau dia pikir apa yang ibunya barusan katakan memang ada benarnya. Itu seperti adegan-adegan dalam sebuah film drama. Akbar tersenyum tipis.

"Ehem ... ehem," tiba-tiba ayahnya datang dari ruang tengah. "Sepertinya aku melewatkan sesuatu."

"Ini, Yah. Si Akbar lagi jatuh cinta sama cewek kayaknya," sang ibu mengerling ke arah suaminya.

"Ah Ibu bisa saja," malu-malu Akbar mulai menjelaskan pada kedua orangtuanya.

Mereka berbicara sambil bersantap malam, menikmati hidangan semur jengkol yang dimasak sang Ibu dan dilanjutkan dengan penutup bubur kacang ijo.

❤❤❤❤

Entschuldigen Sie bitte= tolong maafkan saya
Wie geht es dir= bagaimana kabarmu
Es geht mir gut= saya baik-baik saja
Danke= terima kasih
Und Ihnen= dan Anda

Hallo semuanya, assalamualaikum...

Semoga masih menunggu kelanjutan ceritanya ya hari Selasa depan

VOTE, SPAM KOMMEN disini

Dan jangan lupa di SHARE juga ke teman kalian ya, kali aja juga kepincut kayak kamu...

Wassalam,

DS. Yadi

המשך קריאה

You'll Also Like

482K 17.3K 17
#KARYA 4 Dian sangat membenci TNI. Sangat-sangat benci. Karena bagi gadis Tionghoa itu, TNI bertanggungjawab atas peristiwa 1998 dan diskriminasi yan...
2.8K 368 33
Spiritual-fiksiremaja "Maaf, aku nggak bisa kayak Sayidah Fatimah yang bisa tahan dengan cinta diam-diamnya kepada Ali bin Abi Thalib. Aku juga tidak...
28.7K 5.3K 27
Namaku Radya Alluna, cewek biasa yang nggk ada istimewanya kecuali kesayangan ayah bunda. Usia tujuh belas tahun, bentar lagi aku lulus SMU dan berci...
39.6K 1.7K 32
Ketika kenyataan tak selara dengan harapan, cukup diam dan mengagumi menjadi langkah selanjutnya. Tidak ada kata menyerah untuk cinta yang tulus, kar...