Brilian

By farizamuzhaffara

397K 16.7K 425

[mohon maaf jika ada kesalahan dan ketidak nyamanan, cerita ini ditulis hanya dengan ketidak sengajaan, deng... More

Prolog
BRILIAN|01
BRILIAN|02
BRILIAN|03
BRILIAN|04
BRILIAN|05
BRILIAN|06
BRILIAN|07
BRILIAN|08
BRILIAN|09
BRILIAN|10
BRILIAN|11
BRILIAN|12
BRILIAN|13
BRILIAN|14
BRILIAN|15
BRILIAN|16
BRILIAN|17
BRILIAN|18
BRILIAN|19
BRILIAN|20
BRILIAN|21
BRILIAN|22
BRILIAN|23
BRILIAN|24
BRILIAN|25
BRILIAN|26
BRILIAN|27
BRILIAN|28
BRILIAN|29
BRILIAN|30
BRILIAN|31
BRILIAN|33
34|DUKA ANGKASA
BRILIAN|35
Epilog
Extra part
INFO!!
PEMBERITAHUAN
CURHATAN
CAST
GC Brilian
Ayo gabung
Seputar Brilian

BRILIAN|32

9.5K 307 8
By farizamuzhaffara

"Untukku rasa ini adalah pertemuan awal dari mencintai maka, aku akan mengingat perpisahan ini sebagai akhir dari permulaan cinta itu!"

-----

"GUE BENCI!!" teriak Brilian kemudian melemparkan vas bunga yang berada di atas meja belajarnya.

"KENAPA SEMUA ORANG PERGI? KENAPA? GUE BENCI!!!" teriak Brilian.

Kehilangan bisa membuat seseorang mengalami gangguan mental, sebab tak ada kata menerima bagi mereka yang menderitanya.

"Gue mau mati aja! GAK ADA GUNANYA JUGA GUE HIDUP." teriakan Brilian semakin menjadi hingga terdengar ke lantai bawah.

"Ada apa dia? Kayaknya semua barang-barang di pecahin!" tebak Dewi saat tak sengaja mendengar suara pecahan kaca samar-samar dari kamar Brilian.

"Kita lihat aja Bun, takut dia nanti nekat malah melakukan hal yang aneh!"

Setelah sampai mereka tak langsung masuk, takut jika nanti mereka masuk cowok itu akan semakin menjadi.

"Nak! Tolong buka pintunya." pinta Dewi lalu mengetuk pintu kamar putranya itu dengan ragu.

"GAK! KALIAN PERGI, KALIAN JAHAT! SEMUA ORANG SAMA AJA!!" bentak Brilian dari dalam kamarnya.

Brilian yang hampir gila mengambil sebuah pecahan kaca tersebut lalu tersenyum menyeringai, hidupnya akan berakhir sekarang!

Srakk...

"Aww! Sakit ini gak seberapa sama luka yang gue kasih sama Lo ven!" gumam cowok itu sambil menatap kosong ke depan tanpa memperdulikan lukanya yang semakin mengeluarkan banyak darah.

"Bri! Buka pintunya!! Gue dobrak nih." ancam Angkasa namun, tak ada reaksi dari dalam sana.

"Woy! Lo harus makan bego, mau mati Lo?" ucap Angkasa mencaci-maki Brilian.

"IYA! Semua sudah selesai." ucapan dari arah dalam membuat kedua orang yang sedang berada diluar kamar cowok itu merasa was-was.

"Jangan gila Lo! Awas aja ya!" bentak Angkasa.

"Dan gue emang gila, karena Venny!!" jawab Brilian tanpa sadar.

"Dasar! Caranya gak gini juga woy, dan Lo harus menerima kenyataan bahwa Venny sudah pergi!! Jangan gila!"

"Emang Lo tahu apa?" tantang Brilian.

"Tahu, kalau Venny pergi! Dan gue sempat nganterin dia ke bandara." ucap Angkasa jujur.

Brilian semakin gencar akan aksinya, ia meraih vas bunga yang berceceran di lantai kemudian, menggoreskan pada setiap tubuhnya.

"Woy!! Buka!!" teriak Angkasa namun, tak ada jawaban melainkan hanya suara kesunyian.

"Bun, gimana?" tanya Angkasa pada akhirnya.

"Dobrak aja!" saran Dewi.

Brak...

"Oh, shit!" umpat Angkasa saat melihat Brilian terkulai lemas di lantai.

"Astagfirullah, bangun nak." ucap Dewi seraya menepuk pipi putranya itu.

"Bawa ke rumah sakit sekarang! Cepat Angkasa." ucap Dewi mulai khawatir saat darah mulai membanjiri seluruh tubuh Brilian.

"Ayo Bun!" ajak Angkasa kemudian memapah Brilian menuju mobil, ke rumah sakit terdekat.

"Cepatan sa!" khawatir Dewi saat melihat darah itu semakin banyak keluar.

-----

"Sussterr! Tolongin!" teriak Angkasa.

"Baik saya akan menangani pasien, mohon tunggu di luar." ucap suster tersebut kemudian memasuki sebuah ruangan entah apa namanya.

"Bunda khawatir banget sama adik kamu, gimana ini! Telefon papa buruan!! Dara suruh kesini juga sekarang, bunda gelisah banget Angkasa, emangnya ada kejadian apa sih? Sampai adik kamu bisa seperti itu." ucap Dewi sambil mondar mandir.

"Venny pergi Bun, dan itu membuat bri merasa bersalah!" jawab Angkasa seadanya.

"Maksud kamu?" tanya Dewi tak mengerti.

"Jadi dulu Venny selalu disakiti sama bri tapi, Venny selalu sabar dengan sikap bri hingga Renata meninggal sekalipun bri masih tetap membenci Venny Bun namun, sebuah kejadian membuat bri sadar bahwa dia mencintai Venny dan sekarang Venny pergi ikut orang tuanya ke luar negeri, dan itu buat bri gila seperti itu." jelas Angkasa.

"Anak itu! Biar bunda kasih pelajaran nanti." tegas Dewi.

"Bagaimana dok keadaannya?" tanya Angkasa kemudian berdiri menghampiri dokter tersebut.

"Alhamdulillah pasien baik, bisakah saya berbicara dengan keluarganya? Orang tuanya?" izin dokter tersebut.

"Baik saya saja dok." jawab Angkasa.

"Mari ikut saya!" ajak dokter tersebut.

"Anda bisa melihatnya namun, pasien tidak diperbolehkan untuk berpikir terlalu berlebihan, karena itu akan mengancam mentalnya." ucap suter tersebut.

"Terimakasih sus." ucap Dewi.

"Saya permisi dulu." pamitnya kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

"Jadi begini, pasien mengalami depresi ringan tak ada resiko apapun hanya saja sebaiknya kurangi untuk memikirkan hal yang bisa membuat depresi pasien kambuh kembali." jelas dokter Nino.

"Dan satu hal lagi, pasien mengalami gagal hati mungkin, itu sudah cukup lama namun, pasien tak menyadarinya sebab gejalanya terjadi secara bertahap dan biasanya setiap satu tahun sekali." ucapan dokter tersebut membuat pertahanannya runtuh seketika.

"Apa dok? Gagal hati? Jangan bercanda dong dok!" ucap Angkasa tak percaya seraya tertawa kecil.

"Itu benar, dan lebih baik secepatnya di operasi agar pasien bisa pulih kembali." saran dokter Nino membuat Angkasa seperti kembali terhantam ribuan batu.

"Kami tidak memiliki stok untuk pasien yang berdonor darah AB+ karena itu sangat langka."

"Kalau begitu saya siap dok! Apapun resikonya, demi adik saya." ucap Angkasa dengan keyakinan penuh.

"Baik, kami akan mempersiapkan semuanya b Dan satu lagi bahwa resikonya adalah nyawa apakah Anda siap?" tanya dokter Nino.

"Saya siap dok!"

"Kalau begitu saya permisi." ucap Angkasa kemudian bangkit meninggalkan ruangan tersebut.

-----

"Bagaimana keadaan kak bri Bun?" tanya Dara.

"Bunda gak tahu Angkasa masih berbicara mengenai hal itu."

"Wi, bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Darren dari arah pintu.

"Aku juga gak tahu mas, dia jadi seperti ini karena Venny, gadis itu sudah membuat anak kita tumbuh semakin dewasa." ucap Dewi penuh air mata.

"Sudah, kita berdoa yang terbaik buat bri ya." saran Darren.

Cklekk..

"Gimana sa? Apa kata dokter?" tanya Dewi bertubi-tubi.

"Dia hanya butuh istirahat Bun, dan jangan buat pikirannya memikirkan hal yang berat." kata Angkasa kemudian menuju sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya.

"Syukurlah, dia baik-baik saja." ucap Dewi sembari menghela nafas lega.

Maafin Angkasa Bun, Angkasa terpaksa bohong untuk ini.

Dara menghampiri Angkasa yang sedang duduk bersandar pada kepala sofa kemudian, mengikuti Angkasa untuk beristirahat sejenak.

-----

Hari ini tepat dimana Brilian dibolehkan pulang, Brilian cowok tersebut keadaannya kian membaik namun, tanpa ia sadari penyakit itu semakin membuatnya lemah.

Angkasa berpikir keras bagaimana caranya menemukan pendonor hati yang sama dengan sang adik, apa ia harus mengorbankan nyawanya? Sebenarnya tidak masalah hanya saja ia memang belum benar-benar siap.

Dokter telah mengkonfirmasi bahwa pasien harus secepatnya di operasi agar tidak berakibat pada anggota tubuh lainnya, dan Angkasa mengiyakan hal tersebut mungkin, Minggu depan atau tidak secepatnya ia akan berusaha buat keselamatan sang adik walau itu nyawanya sendiri taruhannya.

"Kamu jangan banyak pikiran, paham!" ucap Darren pada Brilian.

"Iya pa!" jawab Brilian.

"Kamu makan lalu minum obat kemudian istirahat, mengerti?" ucapan Darren diangguki oleh Brilian.

"Yasudah, papa keluar dulu! Jangan melakukan hal gila lagi!" peringat Darren sebelum keluar dari kamar putranya itu.

-----

Hampir ending guys! Tungguin terus ya:)

Jangan lupa vote and komen!

Terimakasih atas kunjungan anda ❤️

29 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
654K 80.1K 45
"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale c...
623K 17.2K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
303K 19.5K 44
"β„¬π’‚π’‰π’Œπ’‚π’ π’•π’‚π’Œπ’…π’Šπ’“ 𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 π’‘π’–π’π’šπ’‚ 𝒄𝒂𝒓𝒂 π’–π’π’•π’–π’Œ π’Žπ’†π’Žπ’Šπ’”π’‚π’‰π’Œπ’‚π’ π’Œπ’Šπ’•π’‚." -𝓐𝔃𝓴𝓲π“ͺ. Hujan itu indah, hujan itu...