Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOL...

By hanwistereia

33.2K 5.2K 1.9K

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini... More

00 : prolog
01 : new page
02 : another side
03 : as if it's
04 : inner
05 : mood
06 : Jongho
07 : play date
08 : all day long
09 : move on? system not found
10 : don't die
11 : I like him
13 : lunch
14 : thinking out loud
15 : day and night
16 : pleasure
17 : like always
18 : conversation
19 : followed
20 : boy-space-friend
21 : reason
22 : let it all go
23 : sweet talking
24 : attached
25 : Cause I'm Envy
26 : coming home
27 : from home
28 : for home
29 : hands on me
30 : next to you
31 : meet up
32 : sick
33 : almost ended
34 : just a dream
35 : how it's ended
36 : summer break
37 : affirmation
38 : another page
39 : roommate
40 : bothered
41 : daily of college
42 : dating on the festival
43 : dating on the festival (2)
44 : two is better than one
45 : confident
46 : under control
47 : who's knows?
48 : he knows
49 : tossed around
50 : the bitter part of life

12 : focus

647 118 42
By hanwistereia

Hari Sabtu malam—atau sebenarnya sudah Minggu karena sudah pukul 00.53 AM dan Beomgyu masih melek bersama lampu belajar dan laptopnya. Untuk apa? Nge-game.

Sendiri? Enggak, ada Shin Ryujin yang nemenin. Hanya dia. Sengaja, karena Jeongin jelas gak diizinkan nge-game karena hari Senin sudah mau ujian—well, memang keluarga Jeongin yang sekarang se-strict itu meski pun putra keluarga Yang sudah kuliah. Sementara Daehwi memang sengaja gak diajak biar gak bacot. Hahaha.

"Berdua aja dah, gece. Mumpung gue belum tidur dan lo lagi online." kata Beomgyu dua jam yang lalu hingga berakhir seperti sekarang.

"Gyu," panggil Ryujin terdengar dari headphone yang digunakan Beomgyu. "lo bukannya mau UTS ya?"

"Ya besok Senin." sahutnya.

"Sinting, terus malah ngajak mabar sekarang."

"Tapi lo ladenin dan demen kan?" Beomgyu berkata lagi. "Kasian lo gak punya pacar weekend, gabut, ya udah gue temenin."

"Taik,"

Beomgyu ketawa menimpali, kemudian mereka lanjut main lagi.

Sebenarnya Beomgyu agak capek sih main daritadi. Matanya sudah berair tapi dia gak mau berhenti.

Bukan gak mau, tapi gak bisa. Karena percuma, Beomgyu yakin kalau dia gak akan bisa tidur. Dan dia gak mungkin minta ke Jeongin atau Daehwi atau Jiheon buat menemani begadang, mending Ryujin aja karena, toh, di tempatnya juga masih siang lagian.

Selain itu... Beomgyu juga butuh seorang pendengar.

"Ryu, Taehyun suka sama gue."

"Oh," sahutnya dari sebrang.

Hening dulu.

Pemuda Choi itu berkedip, mendadak kantuknya hilang setengahnya. "Cuk, gue bilang; Taehyun suka sama gue."

"Ya udah, tahu gue dari dulu, kelihatan kok. Cuman lo-nya goblok, gak peka."

"Anjrit," pekik Beomgyu tertahan. "kok lo bisa tahu? Emang kelihatan banget ya?"

"Pertama, gue satu SMA sama kalian. Ke dua, Taehyun ngintilin lo mulu anjir. Ke tiga, kita bertiga sekelas dari kelas 2 sampai lulus. Dan ke empat—GUE JADI KACANG TERUS DI ANTARA KALIAN, ANJU. GIMANA GUE MAU GAK SADAR????"

Beomgyu meringis pelan. Teriakkan Ryujin bikin konsentrasinya agak buyar meski daritadi juga gak serius banget mainnya. Tapi tetap saja—NGANU!!! (?)

Ucapan Ryujin jadi membuat Beomgyu berpikir. Kalau Jeongin saja yang lebih jarang ketemu Taehyun—selain karena mereka berdua bertemu karena sering main ke rumah Beomgyu—bisa menyadarinya, bukan aneh kalau Ryujin yang jelas satu sekolah dan juga main bersama menyadarinya.

Sejelas itukah Kang Taehyun? Atau sebaliknya... Beomgyu yang terlalu buram sampai cuek terhadap rasa yang ditimbun padanya. Padahal yang memberikannya sendiri begitu dekat. Beomgyu tinggal menoleh dan dia akan bertemu dengannya.

Mendadak ingatan Beomgyu berputar pada ucapan Jeongin lampau lalu, yang dulu dianggapnya sebagai candaan atau asal diperdengarkan.

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..."

Nyebelin, benar-benar deh dulu Beomgyu sama sekali gak menggubris hal itu. Dirinya sendiri sebenarnya gak merencanakan buat jatuh cinta apalagi buat sakit hati karena cinta.

Kuliah dulu baru cinta-cintaan.

Tapi cinta itu datang ketika Beomgyu lagi kuliah. Hahaha, tai ledig.

Namun, tetap saja Beomgyu selalu coba serealistis mungkin. Biar bagaimana pun, akademiknya jauh lebih penting dibanding cinta—tai 🐈—seperti ini. Tapi kan balik lagi—

—SIAPA GITU YANG SENGAJA MAU JATUH CINTA, HAH? MANA TAHU BEOMGYU KALAU BAKAL BAPER SAMA MINKYU. MANA TAHU BEOMGYU KALAU MINKYU CUMAN ANGGAP MEREKA TEMAN. MANA TAHU BEOMGYU—

—mana tahu kalau Kang Taehyun justru gak menganggap Beomgyu cuman teman.

Hahahanjing, pusing.

"Jadi," suara Ryujin kembali terdengar setelah pikiran Beomgyu mengambang gak menentu. "akhirnya Taehyun bilang suka ke elo?" tanya cewek itu.

Beomgyu menggigit bibir bawahnya. Ah, sumpah, percakapan ini buat fokusnya buyar tapi juga kesadarannya jauh dari somnolen.

"Eng-nggak..." jawab Beomgyu akhirnya.

"Hah? Gimana? Terus kalian gak jadian dong? Atau lo sadar begitu aja? Terus kalian gim—"

"Gak, Ryu, gue sama Taehyun gak ada yang bahas soal ini sama sekali." seenggaknya di antara kita berdua gak ada. "Pokoknya... akhirnya gue tahu. Gue... sadar kalau gue tahu dan gak ngelak lagi."

Dan Beomgyu gak bisa bilang kalau dia tahu itu dari orang lain.

Sebut dia cupu, tapi memang begitu kenyataannya. Beomgyu takut orang lain menudingnya lagi dan lebih lagi karena kebodohannya sendiri. Karena apa yang mereka bilang itu benar. Semua makian yang bilang kalau Beomgyu itu 'goblok' itu benar.

Jadi, biarkan dia bersikap jadi seseorang yang paling sial saja sekarang—seenggaknya dalam urusan percintaan.

"Ouch," Ryujin meringis. "Sad yah, sebenarnya aneh sih pikir gue dulu kalau lo gak sadar, jadi selama ini lo juga pura-pura gak tahu?"

"Yah... gitu..." Beomgyu menghela napas. "Jahat ya gue?"

"Kalau menurut gue sih, gak juga. Toh, dibanding kalian berdua malah ngejauh satu sama lain. Kan gak tahu juga Taehyun tipe yang bakal menjauh atau tetap bertahan dalam lingkaran pertemanan ini. Tapi kayaknya kalau lo bilang ke Jeongin apalagi Daehwi pasti dimarahin habis-habisan; goblok lo, Taehyun udah sempurna gitu naksirnya sama elu malah lo tinggalin demi yang lain, dan bla bla bla... Yah gue jadi kangen si tukang bacot eta.

"Tapi balik lagi ke elo. Soalnya sih yah... emang suka itu kadang gak terencana, tapi apakah lo mau balik suka lagi atau enggaknya apakah itu juga perlu direncanakan? Kalau lo balik suka lagi sama si Taehyun ya syukur, gue dapat Pajak Jadian, kalau enggak ya udah gak pa-pa. Lagian yang ngejalanin lo ini, gue mah ikut bacot sama makan-makannya doang."

"Hahaha, taik ah." biar begitu, Beomgyu mengiyakan perkataan Ryujin dalam hati.

"Nah, ya udah, jangan dipikirin dalem banget, nanti otak lo meledak. Terus juga, buruan lo tidur. Mau mati duluan sebelum wisuda?"

"Tai, temen-temen gue pada bangsat semua napa sih,"

"Tapi kan sayang."

"AHAHHAHA, diem ah, nanti gue terbang!"

"ALAH, DASAR GOLONGAN DARAH AB DIGITUIN DOANG UDAH MESEM-MESEM, TSUN TSUN EWH."

"Ya udah sih, emang kenapa kalau AB? Dasar B, bacot."

"Shut ah, udah lo bobo ya sheyenk, gue mau makan. Met bobo tsun tsun,"

Geli banget Beomgyu dengar panggilan Ryujin buat dia. BEOMGYU GAK TSUNDERE YAK, POKOKNYA ENGGAK.

Setelah beberapa perbacotan, akhirnya mereka berhenti bermain dan Beomgyu bersiap untuk tidur.

Itu pun kalau Beomgyu sungguhan bakal langsung terlelap. Nyatanya dia masih berhadapan dengan sinar ponselnya di antara kegelapan ruang kamarnya. Menatap—atau tepatnya membaca percakapannya antara dirinya—

—dan Minkyu.

"Haah, ngeselin," keluhnya lantas memilih opsi 'Delete Conversation'.


❒❒❒


Lebih dari seminggu berlalu, tepatnya di hari ke 9 ini adalah jadwal terakhir untuk ujian Beomgyu dan kawan-kawan. Atau persisnya buat di jurusan Beomgyu dan kawan-kawan, gak tahu jurusan sama fakultas lain. Bodo amat ah, pokoknya mereka sudah merdeka.

"OTAK GUE NGEBUL, COY!" teriak Junseo selepas mereka ke luar dari ruangan.

"Emang lo punya otak?" Wonjin di belakangnya nyahut.

"Otak implan dari kuda dia mah." Nakyung nyahut juga sambil berlalu.

Junseo sedih.

Mari kita kembali pada Beomgyu dan kawan-kawan sungguhannya.

"Main atau balik? Gue sih balik." tanya Jeongin dijawab sendiri pula. Minta dihajar.

"Ya udah, bubar gan, bubar semua." Beomgyu merangkul ke dua temannya di satu sisi tangannya masing-masing. Tapi belum ke luar gerbang, Jeongin didorong—eh, dilepas maksudnya, karena cuman dia seorang yang pulang ke rumah sementara Beomgyu dan Jiheon pulang ke asrama dan biasanya ke luar lewat gerbang lain dekat koperasi, bukan gerbang masuk kampus.

Jiheon juga pilih balik setelah mereka jajan es krim dulu di koperasi. Mau hibernasi di kamar setelah beberapa hari begadang mengejar deadline untuk tugas pengganti UTS di beberapa matkul juga belajar.

Mereka pun berpisah di selasar asrama. Beomgyu langsung menuju asramanya sambil memakan es krim stroberinya. Sudah rindu tak terbendung pada kasurnya dan bermalas-malasan, padahal besok juga masih kelas seperti biasa.

Tidak ada libur setelah UTS, lau pikir ada jeda buat remedial kayak di SMA? Ha-ha-ha, enggak ya coeg.

Sampai di lantai lima, dari jauh, Beomgyu melihat ada seseorang yang berjongkok di depan kamar Soobin dan Jongho.

Perlahan Beomgyu mendekat tanpa mau menginterupsi. Dan cowok itu juga sama sekali gak menoleh, sibuk dengan sesuatu yang sedang dicarinya sambil berjongkok. Sampai—

"KEBAKARAN!!!!!"

"ANJING GILA!"

"WAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Beomgyu ngakak sampai membungkuk sambil memegangi perutnya. Menertawakan cowok yang jongkok itu sekarang jatuh terduduk sambil ternganga campur kemusuhan menatap yang lebih muda.

Iya, itu Choi Soobin yang dikagetin Beomgyu. Akhlakless :')

Kasihan sekali Soobin sudah mangap-mangap di tempat kena syok sambil megangin dada kirinya. Sementara Beomgyu malah nunjuk wajahnya masih ngakak.

"Badan gede, gitu doang kaget. Mana langsung nge-cursing lagi. Kasar ih kamu mas." Beomgyu meledek dengan sepenuh hati. Tampangnya itu loh.

Untung Soobin sabar.

"Bacot," namun bukan berarti Soobin gak akan memaqi.

Masih dengan sisa tawanya, Beomgyu tetap membantu Soobin berdiri. "Ya lagian, lo ngapain gitu kak jongkok di tengah jalan? Kalau mau berak mah jangan di sini."

"Dek, maaf ya kalau gue sering ngeledek lo, tapi itu semua cuman bercanda soalnya gue sayang sama lo."

"Kak, lo tahu gak sih dosa berkata bohong itu lebih berat daripada ngomongin orang tua di belakang?"

Soobin berdecak dan pilih membereskan barangnya yang sempat bercecer. Sementara Beomgyu memantau saja, lantas menyodorkan es krimnya yang tinggal separuh. "Kak Soobin mau es krim?"

"Yang bener aja lo ngasih orang barang sisaan."

"Ya udah kalau gak mau."

"Mau lah,"

Yeu, bujank.

Soobin mengambil satu gigitan. Rasanya manis dengan sedikit asam perisa stroberi. Lelehan itu didominasi oleh susu di dalam mulutnya.

Dalam diam, ekor mata Soobin melirik Beomgyu yang menggigit potongan es krim bekas lahapan Soobin di sana.

"Kunci kamar gue gak ada, entah ketinggalan atau hilang di mana." kata Soobin menjawab tanya Beomgyu di awal.

"Wah, kasihan amat. Udah uzur sih, wajar gampang teledor apalagi lupa, jadi gue maklum."

Soobin hanya tersenyum manis. Semanis jitakannya pada kepala Beomgyu.

"Ke kamar gue aja, ayok. Dibanding lo homeless di mari kak." biar begitu, Beomgyu menawarkan dan diiyakan begitu saja oleh yang lebih tua.

"Permisi,"

"Iya," sahut Beomgyu yang masuk lebih dulu. "taruh aja tasnya di lantai. Terserah mau duduk di kasur atau di kursi, mau di atas wastafel juga gak pa-pa."

Soobin mendelik sementara sang empu kamar cuman nyengir lucu sambil cengengesan.

Akhirnya Soobin pilih duduk di kursi untuk meja belajar Beomgyu. Selain karena Soobin sungkan buat seenaknya menduduki kasur, area meja belajar Beomgyu cenderung lebih rapih dibanding yang diduganya.

Pastinya begitu sebab barang-barang seperti tumpukan print out, makalah, buku paket, jurnal, dan perkakas lainnya berada di meja yang seharusnya milik teman sekamar Beomgyu.

"Lo tuh emang minta sekamar sendiri atau ditempatin sendiri sama pihak asrama?" tanya Soobin.

"Tauk, ditempatin sendiri kayaknya." sahut Beomgyu dari konter dapur, entah sedang apa, figurnya terhalangi sekat dinding. "Kak Soobin dah makan belum? Mau mi gak?"

"Makan siang udah, makan sore belum, tapi mau mi."

"Dih, gak tahu diri."

"Ya udah, gak usah kalau ngerepotin."

"Yah, udah kadung dicampurin bumbunya."

Soobin gak menyahut lagi, pilih mencari ponselnya yang tadi mati dan berniat numpang charger yang stop kontaknya tepat di sisi meja belajar kayu berwarna cokelat tua.

Rasanya seperti diciduk maling duit dari laci ketika suara Beomgyu terdengar lagi dari konter dapur. "Kak, mau pakai keju gak?"

"Terserah."

"Mau ditambahin tteokboki gak?"

"Terserah."

"Mau dicampur rumput laut lagi gak?"

Soobin menghela napas. "Seikhlasnya lo aja dek."

"Kalau gitu gak usah ya, lagian gue cuman bikin satu minya."

Soobin sabar. "Lo tuh sengaja bukan sih?"

Lantas wajah Beomgyu menyembul dari balik sekat, diiringi cengiran menyebalkan tapi lucu.

"Bercanda sedikit kak, soalnya gue sedikit sayang sama elo."

"Gue juga sayang diri gue."

Beomgyu menatap datar kemudian menyerahkan mie cup pada soobin, yang sudah diracik sedemikian rupa dengan ingredient yang disebutkan sebelumnya.

"Banyak amat," kata Soobin melihat cup yang penuh.

"Sama-sama." sahut Beomgyu sambil duduk di kasur dan bersandar pada tembok.

"Makasih banyak."

Lantas Soobin mulai memakan minya dan Beomgyu sendiri memakan sereal yang dicampur potongan buah pisang.

Jangan tanya motivasi Beomgyu meracik makanan seperti itu untuk apa, yang penting lidah dan lambungnya siap menerima campuran—mistis—tersebut. Lagian rasa racikan 'sereal'nya gak mirip sesuatu yang lain seperti odol misalnya.

Kembali ke dua pemuda Choi itu yang mana gak ada satu pun yang saling bicara lagi. Mungkin Soobin lapar betulan dan Beomgyu sendiri terlampau menikmati serealnya.

Tapi gak juga sebenarnya, sebab setelah beberapa kali melirik yang lebih tua dan menghabiskan separuh serealnya, Beomgyu bersua duluan. "Kak, tanya dong."

"Sokin,"

"Kakak punya pacar gak?"

Uhukkk

"Oh, enggak punya berarti." kata Beomgyu melihat respon Soobin.

Soobin menelan minya kepayahan dan mendelik. "Lo kalau ngomong mikir gak sih?"

"Ya mikir lah, kalau enggak mikir ngapain nanya."

"Ya iya sih—terus, lo sendiri punya pacar apa kagak emangnya berani nanya gituan segala."

"Kaga, makanya gue nanya."

"Kenapa? Lo mau jadi pacar gue?"

Giliran Beomgyu yang tersedak sesaat. "Kak, keluarga lo punya perusahaan gak? Kalau dah lulus lo bakal ngewarisin perusahaan dan ngelola saham gitu-gituan gak?"

"Dahlah, lo diem aja. Kuliah aja udah yang bener. Kebanyakan mikir yang gak jelas entar otak lo ngececer di mana-mana."

"Hm..." tapi Beomgyu belum mau berhenti di sana. "Kalau orang yang lo suka ada gak?"

"Uhuk—kalau pun ada juga emang kenapa? Bakal bisa bikin lo jadi mapres? (Mahasiswa Prestasi)"

"Gak sih, cuman bisa jadi bahan julid aja mungkin." Beomgyu masih bertanya lagi, "Kak, lo pernah pacaran gak selama kuliah?"

"Kenapa sih nanya itu mulu? Lo naksir gue atau gimana?"

Wajah Beomgyu langsung sepet. "Kalau lo seganteng Andrew Garfield atau Benedict Cumberbatch, bisa jadi sih."

"Alah, bocah, dibilang fokusin kuliah aja dulu yang lulusin." Soobin melayangkan jitakan pada Beomgyu untuk ke dua kalinya. "Pacaran atau enggaknya mah itu bonus."

Beomgyu meringis dan mengusap kepalanya, biar begitu dia masih belum berhenti. "Terus kalau kuliah tapi gak dapat pacar, bonusnya apa?"

"Mutualan sama rektor."

"Oh, kak Soobin temenan sama salah satu rektor?"

Soobin tersedak kuah mi. "Dek, otak lo geser karena UTS atau emang tiap masa ujian lo kumat?"

"Udah lah, lupain aja. Mending lo pikirin aja nasib balik kamar gimana, kak." tukas Beomgyu kemudian. Seperti gak bertanggungjawab jawab atas pertanyaan yang dimulainya duluan.

"Dek, cinta itu bagian dari hidup. Gak usah lo pikirin terlalu dalam, mending lo yakinin sama diri sendiri aja, lagian cinta itu gak melulu soal pacaran. Emang kalau lo cinta dan sayang Pak Jehop berarti kalian kudu pacaran?"

"Ya gak gitu lah. Gue cinta dan sayang Pak Jehop soalnya dia kocak dan pernah ngasih kripik yang dibeli." Beomgyu merengut.

"Nah, ya udah. Hubungan antar manusia gak cuman soal pacaran. Jodoh mah gak akan ke mana, soalnya ujung-ujungnya juga ketemu di pelaminan kalau gak di akhirat."

"Ya itu mah berarti mati sebelum nikah dong?"

"Auk ah, gak jawab." Soobin melengos sesaat tapi—lagi—dia melirik cowok yang lebih muda setelahnya. "Omong-omong, gue boleh ikut belajar gak, dek? Besok masih ada ujian."

"Sok aja, perlu laptop gak kak? Kalau perlu dan gak dibawa, pakai punya gue aja. Ujian gue dah selesai."

"Bawa kok, tenang. Sorry ya, ganggu waktu lo jadinya."

"Santai kak, Jeongin juga kan sering mampir ke mari—inget kan dia? Yang waktu itu nerima bolu, yang matanya kayak rubah." Beomgyu terkekeh pelan. "Lagian gue lebih suka ditemenin daripada sendirian di kamar. Sepi. Cuman bisa bengong."

"Oh, gitu..." Soobin mengangguk pelan. Terbersit ide iseng di dalam kepalanya membuatnya ikut tertawa pelan sambil menoleh pada Beomgyu. "Kalau gitu, gue sering main ke kamar lo aja biar lo gak kebanyakan bengong terus tahu-tahu kesambet dan jadi gila."

"Hahahaha, sialan lo kak," Beomgyu memukul pelan Soobin di sebelahnya. "Tapi ya kalau mau main mah ya main aja. Ngapain juga gue larang."

"Ahahaha, oke, tungguin aja lain kali." sahut Soobin begitu, lantas mereka kembali menghabiskan makanannya masing-masing.

Bukan mungkin lagi, tapi Beomgyu memang gak tahu. Yang lebih muda gak tahu kalau ada rasa girang yang menggebu-gebu yang sangat jelas ditunjukkan dengan sepasang telinga yang memerah.


###


[16 Juni 2020]

Continue Reading

You'll Also Like

301K 26.6K 51
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
172K 19.2K 47
#taekook #boyslove #mpreg
YES, DADDY! By

Fanfiction

305K 1.8K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
46.5K 6.4K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...